Peluang menulis buku ajar masih terbuka lebar. Meskipun peluang masih besar, penulis yang fokus di penulisan buku ajar masih sangat kecil. Hal ini karena tidak sembarang orang menuliskannya. Penulis buku ajar adalah penulis yang menguasai bidang ilmu tersebut.
Penulis buku ajar adalah mereka yang memiliki kompetensi dibidangnya. Proses penulisan buku ajar tidak sekedar menulis begitu saja. Penulis juga memperhatikan tingkat keterbacaan buku ajar, apakah bisa diterima? Mudah dipahami atau sebaliknya?. Sebagai media pembelajaran, buku ajar benar-benar diperhatikan lebih teliti, agar tingkat keterbacaan buku ajar pun tepat sasaran.
Apakah Anda tertarik ingin membuat buku ajar? Perhatikan beberapa aspek penting meningkatkan keterbacaan buku ajar sebagai berikut.
Aspek komunikatif
Hal pertamakali agar buku ajar memiliki keterbacaan yang tepat, perhatikan aspek penulisan menggunakan bahasa yang komunikatif. Hindari penulisan yang sifatnya kaku dan memerintah. Hal yang perlu ditekankan oleh penulis adalah, membayangkan segmentasi pembaca. Jika diperuntukan untuk mahasiswa atau pelajar, maka penggunakan bahasa pun menyesuaikan usia mereka.
Apa ciri bahasa yang komunikatif? Bahasa komunikatif memiliki tiga syarat, yaitu tidak menyimpang dari kaidah bahasa. Dari segi nalar pun harus logis agar dapat diterima oleh pembaca, yang mayoritas masih anak-anak. Syarat terakhir ditulis secara jelas dan dapat menyampaikan maksud isi buku yang ingin di sampaikan.
Aspek dialogis dan interaktif
Aspek dialogis lebih menekankan pada penggunaan bahasa penulisan lebih interaktif. Agar kesan interakstif lebih terasa, Anda dapat menggunakan sapaan, tanda baca dan menggunakan kalimat Tanya. Selama tidak terlalu banyak menulis pertanyan, hal ini dibolehkan. Atau agar terlihat lebih halus, bisa menggunakan penekanan. Penekanan dapat dilakukan dengan memberikan tanda baca dan kalimat tanya.
Aspek lugas
Di aspek lugas, penulis dapat menyampaikan ke dalam tulisan secara mono semantis, atau menggunakan satu makna saja. Tujuannya agar tidak terjadi ambigusitas dan tidak menyulitkan pembaca dalam memahami. Selain ditulis secara monosemantis, proses penulisan juga memperhatikan pemilihan kata dan diksi.
Pemilihan diksi (pemilihan bahasa) memang tampak sederhana dan sepele. Namun jika salah memilih bahasa yang tepat, bisa menimbulkan masalah besar, karena buku yang ditulis adalah buku ajar. Ketika ditemui tidak tepat pemililhan bahasa bisa berujung panjang, mengingat era digital saat ini pembaca lebih cepat menyebarkan informasi lewat media sosia, dan menjadi viral di medsos.
Alih-alih ingin membranding nama menjadi seorang penulis buku ajar yang baik, justru mendapatkan teguran dari pihak pemerintah dan komentar pengguna medsos. Jadi kesimpulannya, pemilihan diksi benar-benar sangat berhati-hati. Pilih diksi disesuaikan dengan materi buku ajar.
Aspek keruntutan
Tingkat keterbacaan buku ajar yang lain memperhatikan aspek keruntutan pola pikir. Hal terpenting di poin ini adalah menata kronologi penalaran. Penting sekali untuk menganalisis ulang, apakah yang ditulis sudah masuk akal atau tidak. Tinjau ulang buku Anda dapat diterima oleh pembaca atau tidak.
Agar tidak bekerja dua kali akibat ada hal-hal yang kurang, lebih baik sejak awal mematangkan naskah sampai benar-benar runtut. Naskah runtut saja belum tentu diterima secara mudah oleh pembaca, apalagi jika naskah ditulis secara acak, sudah pasti akan membuat pembaca mengeryitkan dahi saat membaca.
Aspek koherensi
Aspek koherensi tidak kalah jauh untuk diperhatikan. Ketika masa membuat konsep, pastikan informasi yang ingin disampaikan saling terkait dan berkesinambungan. Buku ajar yang tidak memiliki koherensi sudah pasti akan ditolak penerbit buku. Bagaimanapun juga, koherensi ini menjadi kunci yang tidak boleh terlepas.
Aspek penggunaan istilah
Aspek keterbacaan menulis buku ajar terkait penggunaan istilah. Pada dasarnya istilah disarankan. Bagaimanapun juga, istilah ilmiah mampu membantu menambah kosakata peserta didik/mahaasiswa. Hanya saja, penggunaan istilah tidak boleh mendominasi buku ajar, karena akan mempengaruhi pemahaman peserta didik. Syarat penggunaan istilah adalah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik dari segi tatabunyi, paragraph maupun kalimat.
Aspek simbol
Keterbacaan buku ajar yang terakhir memperhatikan aspek penggunaan istilah dan simbol. Kita tahu bahwa setiap beberapa tahun ada eranya sendiri-sendiri. Jika ingin menggunakan simbol, gunakan simbol yang sesuai dengan era peserta didik. Atau agar aman, gunakan simbol yang sifatnya sudah baku.
Itulah beberapa aspek agar keterbacaan buku ajar Anda dapat diterima oleh pembaca. Setidaknya agar buku yang disebarkan dapat dinikmati dan tentunya mendapatkan manfaat besar. Semoga ulasan ini bermanfaat. (Elisa)
Anda mau menerbitkan buku? Maka pilihlah penerbit yang menerbitkan buku ber-ISBN dan anggota IKAPI agar buku diakui Dikti.
Terbitkan saja buku di Penerbit Deepublish! Sudah 5000+ lebih akademisi dari doktor hingga profesor mempercayakan bukunya terbit di sini. Anda tak perlu bingung soal format hingga proses penerbitan, konsultan kami akan membantu hingga buku Anda berhasil terbit!
Tak perlu ragu lagi. Yuk, daftar melalui laman Menerbitkan Buku di Deepublish sekarang juga!
Masih bingung dengan buku ajar? Daftar artikel berikut akan memantu Anda memahaminya lebih dalam:
- Ebook Rahasia Menulis Buku Ajar
- Instrumen Penilaian Buku Ajar Perguruan Tinggi
- Menentukan Segmentasi Buku Agar Diterima Oleh Penerbit Buku
- Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan Buku yang Tepat
- Buku Ajar Anda Selalu Ditolak Penerbit? Kuasai 4 Dasar Kwadran Penilaian Buku Layak Terbit
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!