Cara membuat buku, pernahkah kita merasakan bahwa ketika cara membuat buku, kita mengalami degradasi komitmen, semangat kita menurun?
Membosankan, satu kata yang mungkin akan sering dialami oleh penulis ketika mereka sedang melakukan cara membuat buku. Kondisi tersebut tentu tidak dapat dilepaskan dari banyaknya waktu yang harus disisihkan atau diluangkan untuk membuat tulisan. Proses tersebut tentu tidak hanya membutuhkan beberapa hari semata, tetapi juga hingga berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Lama tidaknya proses penulisan sebuah buku pada dasarnya tidak terlalu berpengaruh signifikan pada kualitas buku yang kita hasilkan. Artinya apabila kita selalu menyisihkan waktu 30 menit setiap hari untuk cara membuat buku, tentu kita akan lebih fokus untuk merangkai gagasan. Meskipun demikian, ada beberapa orang yang juga membutuhkan waktu lebih lama setiap harinya dalam menyusun buku. Rasa bosan yang kadang muncul tentu berbahaya bagi komitmen yang kita bangun untuk menulis sebuah buku.
Menjaga komitmen dan semangat kita untuk cara membuat buku tentu menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan. Tentu komitmen tersebut harus terus dijaga supaya apa yang sudah kita kerjakan tidak berakhir sia-sia. Artinya kita tidak pernah berhenti menulis sebelum buku yang kita inginkan berhasil diterbitkan. Proses panjang yang mungkin membuat kita bosan dan lelah tentu akan terbayar ketika buku yang kita tulis tersebut berhasil diterbitkan. Terlebih lagi buku yang kita buat dapat diterima oleh masyarakat luas dan mendapatkan kesan positif dari publik. Selanjutnya, kita juga harus pandai mengatur faktor-faktor internal dan eksternal yang setidaknya dapat berdampak pada semangat kita dalam cara membuat buku. Kita harus mengetahui hambatan yang mungkin muncul, termasuk langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir hambatan tersebut. Berikut adalah beberapa hal yang setidaknya bisa kita lakukan untuk menjaga komitmen dalam cara membuat buku.
Mengikuti Pelatihan
Salah satu langkah yang bisa kita lakukan untuk menjaga semangat kita untuk tetap menulis adalah dengan mengikuti pelatihan atau workshop kepenulisan. Saat ini telah banyak lembaga-lembaga yang sering menyelenggarakan pelatihan seperti itu. Bahkan tidak sedikit dari kegiatan tersebut tidak dipungut biaya atau gratis. Tentu hal tersebut harus bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin. Selain untuk mendapatkan ilmu tentang kepenulisan, satu hal yang akan kita dapatkan adalah semangat untuk kembali menulis. Kondisi tersebut menjadi penting ketika kita sedang berada dalam kondisi yang meurun semangatnya untuk cara membuat buku. Satu hal yang perlu disadari bahwa ilmu kepenulisan intinya sama yaitu berbicara tentang praktik dengan sedikit teori. Oleh karena itu, kita juga akan dituntun untuk mengaplikasikan ilmu tersebut secara langsung atau praktik.
Tidak sedikit orang yang akan kembali bersemangat setelah mengikuti pelatihan menulis tersebut. Biasanya di dalam pelatihan tersebut, pembicara akan memberikan penjelasan tentang manfaat yang bisa kita dapatkan dengan menulis. Pemaparan tersebut tentu secara tidak langsung akan mempengaruhi otak bawah sadar kita bahwa menulis itu tidak membawa kerugian, justru membawa keuntungan. Dari proses itulah kemudian semangat kita untuk menulis bisa kembali. Pada saat itu juga atau beberapa hari setelah kegiatan tersebut, semangat atau mood kita untuk menulis biasanya akan terjaga. Ketika semangat kita kembali menurun, maka kita seharusnya melakukan hal yang sama yaitu mencari kegiatan pelatihan menulis. Terlebih lagi sekarang banyak pelatihan menulis yang dilaksanakan dengan cara-cara yang menyenangkan sehingga membuat pesertanya juga senang untuk mengikuti rangkaian kegiatan tersebut.
Memiliki Mentor
Sebagai seorang penulis, khususnya penulis pemula yang semangatnya terkadang kuat terkadang kendur, tentu kita harus memiliki mentor. Mentor tersebut bisa lebih dari satu orang. Artinya semakin banyak mentor yang kita miliki, maka akan semakin baik juga bagi diri kita sendiri sebagai seorang penulis buku. Mentor yang dimaksud bukan hanya mereka yang ahli di bidang kepenulisan, tetapi lebih dari itu. Keluarga, teman, atau sahabat bisa menjadi mentor kita yang setiap saat akan mengingatkan kita akan komitmen yang sudah kita bangun sendiri untuk cara membuat buku. Ketika kita sedang dalam posisi yang tidak bersemangat, tentu orang-orang tersebut berperan penting untuk mengingatkan kita atas komitmen yang sudah kita bangun di awal. Cara mereka mengingatkan dan menggugah kembali semangat kita untuk menulis tentu saja berbeda-beda. Ada yang dengan bertanya langsung, tetapi ada juga yang menyemangati kita secara tidak langsung.
Berangkat dari kondisi tersebut, alangkah lebih baiknya ketika kita memiliki niat untuk menyusun sebuah buku, keinginan tersebut juga harus disampaikan kepada orang-orang terdekat kita. Orang-orang yang kelak menjadi mentor atau pengingat ketika kita sedang dalam posisi yang tidak bersemangat. Semakin banyak mentor tentu akan semakin baik karena setiap kita bertemu dengan mereka, mereka akan selalu menanyakan nasib buku yang kita buat. Di sisi lain mungkin kita akan terasa bosan dengan pertanyaan yang sama, tetapi pertanyaan tersebut akan menjadi cambuk bagi diri kita sendiri untuk kembali menulis. Ketika buku kita berhasil diterbitkan, tentu orang-orang yang menjadi mentor kita akan turut berbangga diri karena mereka menjadi bagian dari proses panjang yang harus kita lalui untuk menerbitkan sebuah buku.
Bergaul di Komunitas Menulis
Langkah terakhir yang bisa kita lakukan untuk menjaga komitmen kita untuk menulis adalah dengan bergabung ke dalam sebuah komunitas menulis. Tidak sedikit komunitas menulis yang eksis sampai dengan hari ini. Mulai dari komunitas blogger (memiliki website blog) hingga komunitas lain yang cakupannya lebih luas. Apabila kita bergabung ke dalam komunitas menulis, tentu kita akan menemukan banyak model pemikiran. Ada beberapa penulis yang suka membahas tentang wisata, makanan, tempat bersejarah, budaya, dan lain sebagainya. Komunitas tersebut tentu memungkinkan kita untuk saling bertukar pemikiran dan pengalaman tentang apa yang sudah dan akan kita tulis. Ada banyak faktor yang kemudian banyak komunitas terbentuk di Indonesia. Bahkan ketika kita selesai mengikuti workshop kepenulisan, kita bisa membuat komunitas sendiri yang anggota-anggotanya adalah peserta pelatihan tersebut. Oleh karena itu, kita tentu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Fungsi dari komunitas menulis tersebut tentu sama dengan fungsi mentor yang sebelumnya sudah dijelaskan di atas. Terlebih lagi di dalam komunitas, kita akan sering bertemu dengan sesama anggota komunitas. Pertemuan yang dibungkus dengan perbincangan ringan tersebut nantinya akan mendorong kita untuk kembali bersemangat dalam cara membuat buku. Mereka juga akan menanyakan nasib dari buku yang sedang kita tulis. Bahkan dengan adanya pertemuan tersebut, kita justru bisa mendapatkan ide atau inspirasi yang bisa kita gunakan untuk memperkuat argumen yang kita tulis. Pengalaman-pengalaman menarik dari sesama penulis juga bisa kita jadikan rujukan atau referensi bagi buku yang sedang kita buat. Dengan demikian, kita akan kembali bersemangat untuk menyelesaikan buku yang sudah kita mulai sejak lama. Kondisi tersebut menjadi penting untuk menjaga semangat kita.
[Bastian Widyatama]
Referensi
Mawardi, Dodi, 2009, Cara Mudah Cara membuat buku dengan Metode 12 Pas, Jakarta: Raih Asa Sukses.
Anda punya RENCANA MENULIS BUKU
atau NASKAH SIAP CETAK?
Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami.
Anda juga bisa KONSULTASI dengan Customer Care yang siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan.
Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR.
Silakan ISI FORM di laman ini. 🙂
Satu tanggapan untuk “Cara Membuat Buku: 3 Cara Mempertahankan Komitmen Menulis Buku”
Makasih kak sharenya.. smoga bisa segera membuat buku