Pada cara membuat buku, footnote adalah satu elemen kecil, namun dapat menunjang kredibilitas seorang penulis dan penerbit buku secara signifikan.
Dalam cara membuat buku, catatan kaki yang dibuat penulis dan diatur penerbit buku bertujuan untuk menyatakan sumber dari kutipan dari data dan argumen. Bisa juga footnote itu berisi komentar tentang sesuatu hal yang dikemukakan ke dalam teks.
Walau hanya sebuah “catatan” semata, peran footnote dalam cara membuat buku sebenarnya cukup besar dalam kegiatan menulis buku. Mengapa? Alasannya adalah setiap catatan kaki yang dibuat berdasarkan sumber referensi yang didapat oleh penulis. Semakin banyak catatan kaki tersebut berarti data yang didapat tidaklah sedikit jumlahnya. Serta, semakin banyak data dengan berbagai sumber referensi akan meningkatkan kredibilitas penulis itu sendiri secara otomatis. Sejatinya, civitas academica tentunya akan lebih memberi trust terhadap buku yang berisikan data valid ketimbang celotehan tak bersumber jelas.
Sayangnya, tidak semua penulis dan penerbit buku memahami tata cara membuat buku dalam hal ini membuat catatan kaki. Alasan paling klasiknya adalah penulis tidak mengetahui ciri-cirinya. Maka dari itu, menurut Drs. Totok Djuroto, M.si dan Drs.Bambang Suprijadi, M.Si (dengan beberapa modifikasi dari penulis artikel ini), ciri-ciri catatan kaki atau footnote dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Pengambilan Referensi. Catatan kaki dapat diambil dari sumber-sumber referensi semacam: buku, majalah, surat kabar, dan karangan yang tidak diterbitkan seperti thesis, disertasi, atau ensiklopedi
- Penulisan catatan kaki diberi nomor. Bila cara membuat buku dalam satu halaman terdapat lebih dari satu footnote, penulisannya diberi jarak 1 spasi saat dilayout oleh penerbit buku
- Penulisan catatan kaki ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan tersebut dan ditulis dengan jarak 6 karakter dari garis tepi kiri.
- Jarak khusus (Bagian I). Catatan kaki dengan kalimat pada teks terakhir pada halaman naskah, adalah 4 spasi dan diberi garis pemisah kurang lebih 3 cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-tengah antara teks dengan catatan kaki
- Jarak Khusus (Bagian II). Nomor catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas dari, tetapi jangan sampai mencapai satu spasi. Nomor tersebut jaraknya 6 karakter ketikan dari garis tepi sebelah kiri. Jika catatan kaki lebih dari satu baris, maka baris kedua diketik pada garis tepi dari teks dengan jarak satu spasi. Contoh:
- Imawan, Riswandha, Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 1997.
- Mc Quail, Dennis, Mass Communications Theories an Introduction, London Sage Publication, 1994.
- Penulisan Referensi. Apabila catatan kaki terdiri dari kumpulan tulisan yang bersal dari suatu buku, penuisannya adalah sebagai berikut:
- Siregar, Ashadi, Analisis atas perspektif genderisme atas majalah wanita di Indonesia, Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta, 1992. Bejana Wanita, Panitia Dialog Perempuan dlam Iklan Kalyanamitra, Jakarta, 1996. Laksono, Karlina, Bahasa untuk Perempuan: Dunia Tersempitkan, Jurnal Perempuan No.6 Februari-April, Jakarta, 1998.
- Penulisan Referensi (Bagian II). Jika catatan kaki mengambil dari buku terjemahan, maka tulislah nama penulis asli buku tersebut, BUKAN penerjemahnya. Misalnya:
- Douglas A Boyd, Critical Studies in Mass Communication, terjemahan Sumarsono, BP3U Surabaya, 2000.
- Penulis Nama. Penulisan nama pengarang dlakukan menurut urutan nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang tertulis pada buku yang diacu. Pangkat atau gelar seperti Prof. Dr. Mr.dan sebagainya tidak disebutkan.
- Keterangan Tambahan (Bagian I). Keterangan atau penjelasan tentang penerbit, harus disusun secara urut seperti nama, tempat, tahun penerbitan, nomor halaman dan sebagainya.
- Keterangan Tambahan (Bagian II). Jika buku tersebut dicetak berulang kali, maka harus ditunjukkan “Cetakan ke..” di belakang judul buku yang dirujuk, denan diberi garis bawah. Antara judul dengan keterangan tentang cetakan dapat diberi pemisah dengan tanda koma.
- Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, Fifth Edition, Wardaworth Publishing Company, USA, 1996.
- Keterangan Tambahan (Bagian III). Jika sumber berasal dari majalah, maka ditulis seperti ini:
- Gunawan Muhammad, Pembreidelan itu, Buku Putih Tempo, Jakarta 1996.
- Keterangan Tambahan (Bagian IV). Jika sumber berasal dari buku yang berjilid-jilid, keterangan jilid itu harus diletakkan sebelum nama penerbit. Contohnya:
- S Susanto, Teori Komunikasi dan Praktek Jilid I, Bina Cipta, Bandung, 1977.
- Keterangan Tambahan (Bagian V). Jika buku yang dirujuk tidak diketahui nama penggarangnya, misalnya dari suatu artikel dalam majalah, maka nama penulis bisa ditiadakan, sehingga catatan kaki bisa dimulai dari judul karangan. Misalnya:
- “Kendala Export Non Migas”, Majalah SWA, September, 1996.
- Keterangan Tambahan (Bagian VI). Jika catatan kaki berasal dari tulisan surat kabar, maka cara menulisnya sebagai berikut:
- “Surabaya Post”, 24 Mei, 1997.
- Abreviasi (Bagian I). Jika buku yang dijadikan catatan kaki tersebut berasal dari 3 orang atau lebih, maka yang disebut adalah pengarang pertamanya saja. Tetapi di belakangnya ditambah dengan kata-kata “et-al” yang diletakkan dalam tanda kurung. Kata-kata et al disini berarti dengan kawan-kawan.
- Abreviasi (Bagian II). Menulis catatan kaki pada cara membuat buku tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika suatu sumber sudah pernah dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka catatan kaki tersebut dapat dipersingkat dengan menggunakan singkatan. Misalnya, ibid, op. cit., atau cit.
- Ibid, adalah kependekan dari ibidem yang artinya, pada tempat yang sama. Ibid digunakan jika suatu kutipa diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
- cit. merupakan kependekan dari Opera Citato artinya, dalam karangan yang pernah disebut sebelumnya. Op.cit. digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah dituliskan sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, serta sudah diselingi dengan sumber-sumber lain. Jadi yang dituliskan: nama penulis, op.cit. (diberi garis bawah) serta nomor halaman. Jika dari seorang pengarang yangmenyebut dua buku ataupun lebih, maka perlu ditambah dengan nama buku tersebut.
- cit., adalah kependekan dari Loco Citato, yang artinya pada tempat yang telah disebutkan. Fungsi loc.cit. adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari sumber yang sudah dituliskan sebelumnya. Yang dituliskan adalah nama akhir pengarang, loc.cit. (digarisbawahi), nomor halaman tidak usah ditulis kembali karena dengan sendirinya sama dengan halaman buku yang telah dituliskan sebelumnya. Contoh pemakaiannya.
- Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Remaja Karya, Bandung, 1984, hal:1977. Ibid. Hal 29 (berarti sama dengan buku yang disebut sebelumnya)
- Tilaar, Martha, Wanita dalam Iklan, Kumpulan Makalah Seminar Wanita dalam Media Massa, hal. 97, SCTV, Jakarta, 1992. Laksono karlina, loc.cit., hal.23.
Demikianlah ciri-ciri footnote atau catatan kaki dalam menulis buku. Diharapkan dengan penjelasan ini, calon penulis dapat memahami tata cara penulisan catatan kaki. Hingga akhirnya salah satu elemen penulisan kecil tersebut dapat menunjang kredibilitas penulis itu sendiri. Karena hal besar dimulai dari yang kecil, maka perhatikan setiap detail sekecil apapun bahkan dalam menulis buku. Semoga artikel Mengenal Cara Membuat Buku: Footnote Pada Buku ini bermanfaat dan selamat menulis buku! Semoga Anda segera menemukan penerbit buku yang sesuai dengan harapan.
[Mas Aji Gustiawan]
Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2009. Menulis Artikel & Karya Ilmiah. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Anda TAK HARUS PUNYA NASKAH siap cetak untuk mendaftarkan diri Jadi Penulis di penerbit buku kami. Dengan mendaftarkan diri, Anda bisa konsultasi dengan Customer Care yang siap membantu Anda dalam menulis sampai menerbitkan buku. Maka, Anda tak perlu ragu untuk segera MENDAFTAR. Silakan isi form di laman ini. 🙂
Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.