Cara Membuat Buku | Pemahaman terhadap suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap kata-kata.Termasuk kaidah yang terdapat dalam bahasa tersebut. Menggunakan bahasa pada hakikatnya adalah memakai kata-kata dan kaidah yang berlaku dalam bahasa itu.
Aspek Kata
Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk.
Apabila ada seseorang berteriak “Banjir!”, dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti kata tersebut. Karena itu, pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar,dan meluas secara tiba–tiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah semacam kata banjir, sedangkan makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita.
Reaksi tersebut tentu akan berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman setiap orang akan bentuk dan makna suatu kata. Untuk memahami kata, kita harus mengetahui bentuk dan makna kata itu sekaligus. Pemahaman terhadap salah satu aspek saja tidak menjamin pemahaman terhadap kata.
Penggunaan Kata
Seseorang yang mengetahui bentuk atau rupa suatu benda belum tentu mengetahui namanya. Demikian pula halnya, seseorang yang mengetahui namanya saja belum tentu mengetahui bentuk atau rupa benda itu. Jadi, pemahaman terhadap bentuk dan makna kata merupakan syarat bagi pemahaman terhadap kata.Sebagaimana dikemukakan, untuk dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa yang kita gunakan.
Misalnya, kita menggunakan bahasa Indonesia, maka yang harus kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Indonesia. Dalam penggunaan kata, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan.
Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide. Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ideyang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca. Terdapat beberapa poin cara membuat buku dengan penggunaan kata yang benar, dan berguna untuk diaplikasikan saat menulis buku atau karya ilmiah.
Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar atau pembaca akan dapat menerima gagasan atau ideyang disampaikan pembicara atau penulis apabila pilihan kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat.
Pilihan kata yang tidak tepat dari pembicara atau penulis dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang disampaikannya tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Oleh karena itu, cara membuat buku kita perlu memperhatikan hal-hal berikut: kata bermakna denotatif dan konotatif, kata bersinonim, kata umum dan kata khusus, dan kata yang mengalami perubahan makna.
Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep dengan kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya. Makna ini bukan makna kiasan atau perumpamaan.
Sebaliknya, makna konotatif atau asosiatif muncul akibat asosiasi perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atauapa yang didengar. Makna konotatif dapat muncul di samping maknadenotatif suatu kata.
Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kitagunakan adalah kata–kata denotatif agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya asosiasi. Hal ini perlu diperhatikan dalam cara membuat buku karena apabila terdapat kata asosiatif, pemahaman pembaca atau pendengar sangat subjektif dan berlainan. Kita bandingkan kata perempuan dan pandai dalam kalimat berikut.
1) a. Perempuan itu ibu saya.
2) a. Saudara saya termasuk orang pandai dalam memotivasi orang lain untuk berpikir positif.
Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang samaatau hampir sama. Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapikonotasinya berbeda. Akibatnya, kata–kata yang bersinonim itu dalam pemakaiannya tidak sepenuhnya dapat saling menggantikan.
Kata–kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan berpulang memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga, tetapi makna konotasinya berbeda. Relakah Saudara kepada orang yang sangat Saudara hormati dan Saudara cintai mengatakan Dia telah mampus kemarin, sebaliknya kepada binatang Saudara mengatakan Kambing itu telah wafat kemarin.
Dengan contoh tadi jelaslah bagi kita bahwa kata dapat memiliki kekhususan dalam pemakaiannya walaupun kata yang digunakan memiliki makna denotasi yang sama.
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar atau membaca kata yang bermakna kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata seperti itu sering mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi. Karena itu, agar komunikasi berlangsung dengan baik, kita harus dengan cermat menggunakan kata yang bermakna umum dan bermakna khusus secara tepat. Jika tidak, komunikasi terhambat dan kesalahpahaman mungkin muncul.
Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum dapat menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan dalam mengungkapkan gagasan yang bersifat umum, sedangkan kata bermakna khusus digunakan untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas.
1) Dia memiliki kendaraan
2) Dia memiliki mobil
3) Dia memiliki sedan.
Kata sedan dirasakan lebih khusus daripada kata mobil. Kata mobil lebih khusus daripada kata kendaraan. Demikian pula halnya dalam kata beruntun ini binatang, binatang peliharaan, kucing. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah
Sejarah perkembangan kehidupan manusia dapat memengaruhi sejarah perkembangan makna kata. Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain, terdapat kata yang mengalami penyempitan makna, peluasan makna, perubahan makna.
Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami penyempitan makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua cendekiawan. Kini kata tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan yang telah menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi. Kata pendeta semula memiliki arti orang yang berilmu, kini hanya digunakan untuk menyebut guru/pemimpin agama Kristen.
Kata berlayar, bapak, ibu, saudara, dan putra–putri merupakan contoh kata yang mengalami peluasan makna. Kata berlayar semula digunakan dengan makna bergerak di laut menggunakan perahu layar. Kini maknanya menjadi luas, yaitu bepergian di atas laut, baik memakai perahu layar maupun memakai alat transportasi lain. Kata bapak, ibu, dan saudara semula hanya digunakan dalam hubungan kekerabatan. Kini ketiga kata tersebut digunakan juga untuk menyebut atau menyapa orang lain yang bukan keluarga, bukan kerabat.
Begitu pula halnya kata putraputri. Semula kata ini hanya digunakan untuk menyebut anak raja. Kini anak siapa pun berhak dan boleh disebut putra-putri. Demi ketepatan pilihan kata, kita pun harus berhat-lihati menggunakan kata-kata yang berejaan mirip seperti kata bahwa, bawa, dan bawah; gaji dan gajih; sangsi dan sanksi.
Kita pun harus berhati-hati menggunakan ungkapan tertentu seperti bercerita tentang, bukan menceritakan tentang; sesuai dengan, bukan sesuai.
Kesesuaian pilihan kata berkatian dengan pertimbangan pengungkapan gagasan atau ide, dengan memperhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca. Dalam pembicaraan yang bersifat resmiatau formal, kita harus menggunakan kata-kata baku.
Sebaliknya, dalam pembicaraan tak resmi atau santai, kita tidak dituntut berbicara atau menulis buku dengan menggunakan kata-kata baku untuk menjaga keakraban. Faktor kepada siapa kita berbicara atau kita menulis harus diperhatikan agar kata-kata yang kita gunakan dapat dipahami mereka.
Pada saat kita berbicara dengan masyarakat awam, sebaiknya kita gunakan kata-kata umum (popular); jangan kita gunakan kata-kata yang bersifat ilmiah. Tujuan kita berbicara atau menulis buku tentu untuk dipahamiorang lain.
Jadi, kalau kita gunakan kata-kata ilmiah, sedangkan yang kita ajak bicara tidak paham, tentu yang kita sampaikan tidak ada gunanya, percuma. Sebaliknya, jika kita berbicara atau menulis buku untuk golongan intelektual, pejabat, atau para ahli di bidang tertentu, sebaiknya kita menggunakan kita menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan mereka atau kata-kata ilmiah.
Layak diingat bahwa yang termasuk kata-kata ilmiah bukan hanya kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa Indonesia pun banyak sekali kata-kata ilmiah. Agar kesesuaian pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara atau menulis kita perlu memperhatikan hal-hal berikut. Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku. Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata umum.Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus.
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.
Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang cara membuat buku sendiri anda dapat melihat Artikel-artikel berikut:
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!
[Khairul Maqin]
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…