Daftar Isi
Menjadi seorang penulis diketahui rawan sekali mengalami stres dan burn out. Mahamai bahwa burn out lebih berbahaya dampaknya sehingga para penulis perlu memahami tata cara mengatasi burn out tersebut.
Secara psikologis, efek negatif dan burn out cenderung lebih berbahaya. Salah satunya menghilangkan minat penulis untuk menulis yang bisa berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.
Oleh sebab itu, burn out tidak hanya perlu dipahami definisinya tetapi juga perlu dipahami bagaimana mengatasinya. Selain mempengaruhi produktivitas dan kualitas karya tulis, burn out pada akhirnya juga menurunkan kualitas kesehatan.
Tanda Mengalami Burn Out pada Penulis
Dikutip melalui website Kindle Preneur, burn out adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami kelelahan mental sebagai dampak dari penumpukan stres dan berkepanjangan.
Seseorang bisa mengalami burn out karena mengalami stres di tempat kerja, kehidupan keluarga, masalah kesehatan, dan kehidupan sosial. Stres yang menumpuk dan bersumber dari banyak hal bisa memicu burn out.
Burn out tidak hanya bisa dialami oleh pegawai kantoran, tapi juga penulis. Aktivitas menulis membutuhkan kinerja otak yang baik dan penulis biasanya memaksa otak bekerja lebih keras.
Apalagi jika sumber penghasilan utama adalah dari proses menulis tersebut, risiko burn out meningkat pada penulis dengan kondisi ini. Lalu, apa saja cara mengatasi burn out pada penulis?
Sebelum mengetahui solusi atas kondisi burn out, para penulis perlu memahami tanda ketika mengalami kondisi psikis tersebut. Setidaknya ada 3 tanda yang akan dialami ketika burn out, yaitu:
1. Perubahan Fisik (Kondisi Kesehatan)
Tanda yang pertama ketika penulis mengalami burn out adalah dari aspek fisik. Hal ini mengacu pada perubahan kondisi kesehatan penulis tersebut. Umumnya, beberapa keluhan kesehatan yang awalnya dianggap ringan atau sepele akan muncul.
Keluhan tersebut seperti lebih sering sakit kepala dari biasanya, lebih sering mengalami kelelahan padahal tidak beraktivitas berat. bangun tidur sering merasa kelelahan, dan bisa juga sering sakit tanpa penyebab yang jelas.
2. Perubahan Emosional
Tanda burn out pada penulis yang kedua adalah terjadi perubahan emosional. Emosi yang dimiliki penulis mengalami perubahan signifikan dan hal ini berdampak pada perilaku sampai hubungan sosial. Bentuk perubahan emosional ini seperti:
- Sering merasa putus asa.
- Merasa semakin jauh dengan orang sekitar.
- Mengalami depresi.
- Motivasi menjadi rendah.
- Perasan tidak suka pada hasil tulisan.
- Tidak bisa menikmati proses menulis.
- Tidak bisa tenang dan selalu gelisah.
- Mudah lupa.
- Mood swing atau mudah mengalami emosi negatif sampai mudah murung.
3. Perubahan Perilaku
Tanda burn out yang ketiga sekaligus yang terakhir bagi penulis adalah terjadi perubahan perilaku yang tidak disadari. Setiap orang tentu memiliki perilaku yang khas.
Misalnya, ketika seseorang sebenarnya rajin lalu mendadak malas. Ada kemungkinan mengalami burn out. Sebab tidak ada asap tanpa api, seseorang tidak mungkin mengalami perubahan perilaku mendadak tanpa suatu sebab.
Perubahan perilaku bisa menjadi efek yang bisa langsung terlihat dan dirasakan pelakunya sendiri. Tanda burn out dari sisi perubahan perilaku disini seperti:
- Mendadak selalu ingin sendiri seperti selalu ingin diam di rumah padahal sebelumnya sering berkumpul dengan orang terdekat.
- Muncul perilaku negatif, seperti mendadak minum alkohol.
- Mendadak lebih sering menunda pekerjaan menulis.
- Lebih sering ngemil.
- Sering bingung dengan pekerjaan menulis di tengah waktu istirahat.
Tingkatkan keterampilan menulis berikut untuk mendukung Anda saat menyelesaikan naskah anti malas:
- 6 Cara Meningkatkan Keterampilan Menulis yang Efektif
- Keterampilan Berbahasa dan Arti Pentingnya untuk Menulis Buku
Perbedaan Burn Out dan Stres
Jika dilihat dari penjelasan tanda burn out di atas, beberapa orang mungkin menganggapnya sama dengan stres. Tidak heran, gejala yang ditimbulkan memang cenderung mirip. Namun, burn out dan stres sebenarnya adalah dua kondisi berbeda.
Lalu, apa saja yang membedakan burn out dan stres tersebut? Terdapat 6 hal yang membedakan dua kondisi psikis ini, diantaranya:
1. Faktor Penyebab
Hal pertama yang membedakan antara burn out dengan stres adalah faktor penyebabnya. Penyebab stres bisa diketahui dari definisinya. Dimana stres adalah respon individu terhadap situasi eksternal yang disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.
Jadi, stres dialami pada saat seseorang berada di situasi yang tidak menguntungkan. Sementara itu, burn out disebabkan dari paparan stres secara terus-menerus dan bisa saja dari stres yang disebabkan banyak faktor.
Stres yang sering dialami akan berujung pada burn out. Maka mencegah burn out salah satunya adalah dengan melakukan manajemen stres. Hal ini ternyata masih menjadi PR besar bagi banyak orang sehingga banyak yang rawan burnout.
2. Dampak yang Ditimbulkan
Perbedaan yang kedua dari burn out dan stres adalah dampak yang ditimbulkan. Kondisi stres membuat seseorang merasa cemas, murung, hingga menyalahkan diri sendiri.
Hal ini berbeda dengan dampak burn out dimana seseorang bisa mengalami hipertensi, depresi mental, tidak sabar, mudah tersinggung, dan lain-lain. Sehingga, dampak yang ditimbulkan memang khas satu sama lain meski cenderung mirip.
3. Level Kelelahan
Level kelelahan juga menunjukkan perbedaan antara burn out dan stres. Seseorang yang mengalami stres cenderung mudah lelah. Namun, pada burn out lebih parah karena kelelahan yang dialami sudah kronis.
Sehingga burn out membuat seseorang mudah lelah, kehilangan motivasi, dan lebih sering mengalami masalah kesehatan. Kelelahan akibat stres bisa reda dengan istirahat tetapi tidak dengan kelelahan dari burn out. Meski sudah istirahat, biasanya tetap merasakan lelah yang sangat.
4. Sikap pada Pekerjaan
Poin keempat yang membedakan burn out dan stres adalah pada sikap ketika berhadapan dengan pekerjaan. Stres yang dialami seseorang membuat mereka tidak puas dengan hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan.
Lain halnya dengan burn out, efeknya seseorang bisa membenci pekerjaan tersebut dan tidak ingin lagi menekuninya. Jadi, pada penulis yang mengalami burn out sangat mungkin membenci profesi penulis itu sendiri maupun karya tulis yang dibuat.
Jadi, sebelum mencari cara mengatasi burn out dan mempraktikkannya, kita lebih baik mencari tahu dulu apakah yang dialami memang burn out atau justru stres, mengingat perbedaan keduanya akan menentukan solusi dalam mengatasinya.
5. Komitmen Kerja
Perbedaan yang kelima adalah dari komitmen kerja. Seseorang yang mengalami stres memang bisa kehilangan komitmen dalam menjalankan pekerjaan rutinnya. Namun, tidak butuh waktu lama bisa bangit dan kembali bekerja lagi.
Lain halnya dengan burn out. Seseorang dengan kondisi ini akan merasa”terpisah” dari perusahaan yang memberikan pekerjaan sehingga komitmen dalam bekerja bisa hilang total.
Bagi penulis, burn out bisa membuatnya kehilangan keinginan untuk menulis. Komitmen untuk terus membuat karya tulis baru bisa hilang begitu saja sehingga bisa membuat penulis benar-benar berhenti dari aktivitas menulis.
6. Dampak pada Kesehatan
Perbedaan yang terakhir antara burn out dan stres adalah pada dampak yang ditimbulkan di aspek kesehatan. Baik stres maupun burn out bisa mempengaruhi kesehatan seseorang.
Orang dengan kondisi stres biasanya akan mengalami gangguan fisiologis. Seperti mengalami hipertensi atau tekanan darah meningkat. Sampai detak jantung yang meningkat dari biasanya.
Berbeda dengan burn out, orang dengan kondisi ini lebih sering mengalami keluhan keluhan psikosomatik. Keluhan psikosomatik adalah keluhan secara fisik yang dialami oleh seseorang namun tanpa penyebab pasti, melainkan dari pikiran atau emosi.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami masalah kesehatan (misalnya maag sampai gerd dan tidak ada kebiasaan yang memicu penyakit ini), ada kemungkinan mengalami burn out tapi tidak disadari sebelumnya.
Baca Juga: 16 Aplikasi Menulis Buku yang Mudah Digunakan.
Penyebab Burn Out
Selain memahami tata cara mengatasi burn out, seorang penulis tentu perlu memahami penyebab burn out tersebut karena tidak ada masalah yang muncul tanpa penyebab. Semua hal bisa dicari penyebabnya dan menjadi penyebab logis.
Burn out pun demikian, dimana memang ada banyak hal yang menjadi penyebabnya. Umumnya, seorang penulis bisa mengalami burn out karena beberapa penyebab berikut ini:
1. Mengalami Stres Berlebihan atau Berkepanjangan
Penulis rawan mengalami burn out ketika sering stres dan menjadi berlebihan kemudian berkepanjangan. Sebab burn out bisa terjadi sebagai akumulasi stres yang terus menerus.
Tak hanya stress, penulis bisa saja mengalami writer’s block. Ini cara mengatasinya:
- Apa itu Writer’s Block? Kenali Penyebab dan Cara Menghadapinya
- Mengatasi Writer’s Block hingga Naskah Sampai ke Penerbit Buku
2. Punya Banyak Tanggung Jawab
Menjadi penulis, kadang menerima banyak tanggung jawab. Misalnya menerima tanggung jawab menulis banyak proyek buku, mengerjakan tugas editor, dan sebagainya. Semakin banyak tanggung jawab yang diemban, semakin rawan mengalami burn out.
3. Lingkungan Kerja Tidak Teratur
Seorang penulis bisa mengalami burn out jika berada di lingkungan kerja tidak teratur. Apalagi jika termasuk tipikal orang yang rapi secara administrasi dan suka kegiatan rutin. Sesuatu di tempat kerja yang cenderung tidak teratur bisa memicu stres dan menjadi burn out.
4. Menerima Proyek Menulis yang Tidak Sesuai dengan Prinsip
Ada kalanya, penulis menerima proyek menulis yang tidak sesuai dengan prinsip atau nilai-nilai kehidupan yang dipegang sehingga menjadi stres saat menggarap tulisan tersebut dan berujung burn out.
5. Sering Tidak Dihargai
Penulis juga bisa mengalami burn out ketika sering merasa tidak dihargai atau memang tidak pernah dihargai. Baik terkait karya tulisnya maupun dalam aspek di luar dunia kepenulisan. Misalnya tidak dihargai keluarga sendiri, teman dekat.
6. Kurang Sukses sebagai Penulis
Setiap orang tentu ingin sukses dengan profesi yang ditekuni, penulis pun demikian. Namun, ada kalanya karya yang dibuat masih jauh dari definisi sukses yang dipegang. Sehingga merasa tidak sukses dan memicu burn out.
Misalnya, mendefinisikan sukses sebagai penulis dengan menjual 1 juta eksemplar buku. Jika bertahun-tahun tidak tercapai maka akan merasa gagal menjadi penulis dan berujung burn out.
Baca selengkapnya : Cara Membuat Buku agar Diterima Penerbit dan Pembaca
7. Kurang Tidur
Menjadi penulis tentu sering begadang. Apalagi jika kondisi sekitar lebih mendukung untuk menulis di malam hari. Dampaknya menjadi kurang tidur yang perlahan membuat penulis rentan stres dan berujung burn out.
8. Kurang Dukungan
Tidak semua penulis beruntung mendapat dukungan dari orang sekitar, termasuk keluarga sendiri. Minimnya dukungan bisa memicu stres dan rasa kecewa pada diri sendiri. Sehingga rentan mengalami burn out.
Cara Mengatasi Burn Out dalam Menulis
Bagi penulis, kondisi burn out memang rawan dialami dan sudah seharusnya tidak disepelekan. Penting sekali untuk segera mencari cara mengatasi burn out tersebut, berikut beberapa diantaranya:
1. Berhenti Dulu dalam Menulis
Memaksakan diri tetap menulis dalam kondisi burn out akan memperparah kondisi tersebut. Maka salah satu cara cepat mengatasinya adalah berhenti sejenak dari menulis. Anda bisa mengambil cuti jika memang diperlukan.
Jika menulis dilakukan tanpa ikatan kerja, maka bisa memutuskan untuk istirahat sejenak. Menulis bisa dihentikan dulu sampai pikiran dan fisik kembali membaik. Jadi, silakan menghentikan aktivitas menulis sebagai penanganan pertama.
2. Meningkatkan Kualitas dan Durasi Jam Tidur
Cara kedua yang menjadi solusi mengatasi burn out adalah meningkatkan kualitas tidur. Selain itu juga berusaha untuk meningkatkan durasi jam tidur. Anda bisa mulai dengan mengatur waktu tidur agar tidak terlalu larut.
Sekaligus menyiapkan tempat tidur yang nyaman dan tenang. Sehingga minim gangguan saat sudah berhasil tidur. Tidur yang cukup bisa menjadi solusi dalam mengatasi stres dan bahkan mengatasi burn out.
3. Menikmati Hobi yang Lama Terhenti
Cara mengatasi burn out juga bisa dilakukan dengan melakukan aktivitas yang bisa membuat hati senang. Paling direkomendasikan adalah menikmati hobi. Terutama hobi yang lama terhenti karena jadwal menulis yang padat.
Anda bisa mencoba menikmati hobi tersebut untuk mengingat masa-masa tanpa beban. Hobi juga bisa membantu meringankan beban pikiran dan menurunkan stres. Sehingga efektif mengatasi burn out, apalagi jika lebih sering dilakukan dari sebelumnya.
Pahami teknik menulis agar naskah buku Anda segera diterbitkan. Penulis pemula tidak boleh melewatkan insight berikut:
4. Menulis Karya Tulis Jenis Lain
Melakukan rutinitas yang sama tanpa henti dan tidak ada habisnya bisa memicu stres. Melakukan rutinitas yang sama dalam jangka panjang menyebabkan stres berkepanjangan dan berujung pada kondisi burn out.
Maka salah satu cara mengatasi burn out karena penyebab ini adalah mencoba rutinitas baru. Bagi penulis, rutinitas menulis dengan topik A bisa memicu burn out. Maka bisa mengganti topik lain yang bisa memberi jalan agar tidak jenuh.
Langkah lainnya adalah mencoba menulis jenis karya tulis lain. Jika selama ini sudah sering menulis buku ilmiah dan mengalami burn out, artinya sudah masuk ke masa dimana perlu menulis buku nonilmiah. Misalnya novel.
5. Mencari Kisah Inspiratif
Burn out juga bisa menyebabkan seseorang kehilangan motivasi dan membenci rutinitas atau pekerjaan yang selama ini ditekuni. Cara mengatasi burn out bisa dengan mencari kisah inspiratif.
Misalnya dengan membaca buku tokoh alias biografi. Kisah perjuangan tokoh dalam buku yang nyata dialami bisa memberi motivasi dan inspirasi. Sehingga bisa menjadi obat dari burn out yang dialami.
6. Mengurangi Kesibukan
Burn out juga bisa diatasi dengan mengurangi kesibukan karena burn out bisa disebabkan tanggung jawab yang banyak. Jika Anda menerima terlalu banyak proyek menulis buku maupun karya tulis jenis lain. Pertimbangkan untuk dikurangi.
Mengurangi beban kerja akan membantu otak lebih rileks dan tubuh punya lebih banyak waktu istirahat. Secara alami beban kerja dan beban pikiran berkurang sehingga burn out bisa diatasi dengan sendirinya.
7. Menulis Bebas
Menulis bebas juga menjadi salah satu cara mengatasi burn out yang bisa dicoba. Anda bisa menghentikan proyek menulis yang sedang berjalan sebentar. Kemudian menulis jenis tulisan lain dengan gaya bebas.
Sangat disarankan untuk menulis di buku diary, membuat cerpen, menulis puisi, dan artikel opini. Ada banyak jenis tulisan bisa dipilih untuk menulis dengan gaya bebas sehingga bisa menjadi obat bagi kondisi burn out yang dialami.
8. Mengubah Cara Pandang atau Mindset
Cara berikutnya yang bisa dicoba adalah mengubah cara pandang atau bisa disebut mindset. Misalnya, jika selama ini mendefinisikan penulis yang sukses adalah punya banyak karya, buku terjual jutaan eksemplar, Anda bisa mengubah definisi penulis sukses.
Misalnya produktif menulis, tulisan diterima penerbit, dan lainnya yang cenderung lebih mudah dicapai karena target yang melebihi kemampuan dan realita yang tidak sesuai bisa menjadi penyebab burn out.
9. Menghabiskan Waktu dengan Orang yang Disukai
Cara terakhir yang bisa dicoba adalah dengan menghabiskan waktu berkualitas bersama orang yang disukai. Bisa dimulai dari keluarga sendiri, misalnya dengan anak, pasangan, orang tua, dan lain sebagainya.
Selain itu, bisa juga menghabiskan waktu dengan teman. Menghabiskan waktu dengan orang yang disukai dan disayangi memberi pengalaman berkualitas. Hal ini akan membantu meredakan burn out.
Selain dari beberapa cara mengatasi burn out yang sudah dijelaskan, tentunya masih bisa mencoba cara lainnya. Sebab memang ada banyak cara bisa dipilih penulis agar bebas dari kondisi burn out dan melanjutkan kegiatan berkarya.
Apakah Anda pernah mengalami burn out? Jika iya, bagaimana cara Anda mengatasinya? Yuk, share pengalaman Anda melalui kolom komentar agar penulis lain yang mengalami burn out terbantu.