Daftar Isi
Impact factor atau faktor dampak menjadi hal penting untuk dipahami, termasuk memahami cara mengetahui impact factor jurnal internasional. Sebab di dunia akademik, faktor dampak ini dijadikan salah satu syarat untuk loncat jabatan fungsional dosen.
Bagi dosen tentu muncul kebutuhan untuk mengetahui bagaimana cara mengecek faktor dampak yang berhasil didapatkan. Sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk mengajukan kenaikan jabatan fungsional, khususnya di jalur loncat jabatan.
Sebelum membahas ke masalah cara mengetahui impact factor jurnal internasional. Maka dibahas dan dipahami dulu mengenai apa itu impact factor atau faktor dampak. Impact factor disebut sebagai indikator penilaian publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal.
Secara umum, impact factor merupakan standar penilaian yang dibuat oleh The Institute of Scientific Information (ISI) yang digunakan untuk mengukur kualitas publikasi dalam bentuk jurnal ilmiah, khususnya jurnal internasional berkaitan dengan jumlah sitasi.
Jadi intinya, impact factor adalah skor untuk mengetahui perbandingan antara jumlah jurnal yang dipublikasikan dengan jumlah sitasi yang didapatkan dalam kurun waktu tertentu. Biasanya perhitungan impact factor adalah dalam jangka 2 tahun.
Jadi, misalnya seorang dosen mempublikasikan jurnal internasional bereputasi di tahun 2010 maka impact factor baru dihitung di tahun 2012. Cara menghitung impact factor jurnal internasional pun baru bisa dilakukan setelah 2 tahun pasca publikasi dilakukan.
Lalu, kenapa impact factor dianggap penting dalam publikasi ilmiah? Sebagaimana penjelasan sebelumnya, impact factor dijadikan indikator penilaian kualitas publikasi dalam bentuk jurnal ilmiah internasional.
Semakin angka impact factor sebuah publikasi semakin menunjukan jika isi publikasi tersebut berkualitas, berpengaruh, dan bermanfaat secara luas. Sebab sebuah publikasi akan sering dijadikan referensi jika memang isinya berkualitas dan relevan.
Hal inilah yang menjadikan impact factor sebagai tolak ukur kualitas publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal. Metode penilaian ini sudah digunakan sejak tahun 1960 dalam edisi pertama Science Citation Index (SCI).
Sejak saat itu juga, impact factor menjadi pembahasan hangat di kalangan peneliti karena menuai perhatian sekaligus kritikan. Kritikan muncul karena cara mengetahui impact factor jurnal internasional adalah dari jumlah sitasi.
Semakin tinggi jumlah sitasi sebuah jurnal maka nilai impact factor semakin tinggi. Padahal, kualitas jurnal tidak cukup hanya dilihat dari aspek jumlah sitasinya saja. Mengingat ada banyak faktor yang mempengaruhi popularitas sebuah publikasi ilmiah.
Meskipun penuh pro dan kontra, akan tetapi faktual di lapangan memang banyak jurnal berkualitas tinggi memiliki sitasi yang tinggi juga. Tidak heran jika impact factor masih digunakan sampai sekarang, dan bahkan di ranah akademik di Indonesia.
Aturan baru di Indonesia menyebutkan jika impact factor dalam angka tertentu menjadi syarat bagi dosen untuk loncat jabatan. Misalnya dari Asisten Ahli menuju ke Lektor Kepala. Sehingga selain ada syarat publikasi jurnal internasional bereputasi sebanyak 2 buah.
Juga harus memenuhi ketentuan impact factor sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni dosen. Sekaligus sesuai dengan database jurnal internasional bereputasi yang berhasil dipilih saat melakukan publikasi.
Sebab melalui PO PAK 2019 + Suplemen + Penyesuaian 2022 ada perbedaan nilai minimal impact factor di Scopus dan WoS. Lalu, bagaimana cara mengetahui impact factor jurnal internasional agar bisa mengetahui kapan bisa mengajukan kenaikan jabfung? Berikut penjelasannya:
Cara pertama dalam cara mengetahui impact factor jurnal internasional adalah yang terdata di Scopus. Pengecekannya sendiri bisa dilakukan melalui situs Scimagojr dan berikut langkah-langkahnya:
Impact factor juga bisa di cek untuk jurnal-jurnal internasional bereputasi yang masuk ke database WoS. Pengecekan bisa dilakukan melalui situs Clarivate. Berikut langkah-langkahnya:
Pada dasarnya untuk membantu dosen mendapatkan impact factor tinggi adalah bisa menerbitkan artikel ilmiah buatannya di jurnal bereputasi tinggi. Masuk ke jurnal seperti ini dikenal susah, resiko ditolak pun tinggi jika artikel tidak sesuai standar mereka.
Jadi, kuncinya adalah paham bagaimana membuat artikel ilmiah yang bisa diterima oleh jurnal bereputasi tinggi tersebut. Sehingga memperbesar peluang mendapatkan impact factor yang tinggi. Berikut beberapa tips yang bisa dicoba:
Tips yang pertama adalah menghindari tindakan plagiarisme baik ke karya orang lain maupun karya milik diri sendiri. Plagiarisme adalah sebuah tindakan kriminal, alih-alih artikel diterima yang ada justru langsung ditolak dan masuk blacklist.
Tips yang kedua adalah mencari jurnal internasional yang sudah mendapatkan peringkat Q1. Perlu dijadikan prioritas dan jangan berpikir bahwa akan sulit, karena belum dicoba. Jadi, silahkan mencari dulu dan mencoba mengirimkan naskah.
Jika ada penolakan, baru kemudian beralih ke jurnal Q1 lainnya. Jika susah juga, silahkan masuk ke jurnal Q2, Q3, sampai Q4. Jurnal dengan peringkat ini biasanya lebih mudah masuk database bereputasi seperti Scopus dan WoS.
Sehingga bisa dijadikan prioritas karena jurnal-jurnal di database bereputasi sudah dikenal luas punya kualitas baik. Semua jurnal di dalamnya dijadikan referensi dan hal ini akan memperbesar peluang mendapat IF yang tinggi.
Jika sudah menemukan jurnal Q1 maupun tingkatan lain yang sesuai bidang keilmuan dan aspek lainnya. Maka untuk memperbesar peluang artikel diterima silahkan perhatikan detail berikut:
Masuk ke jurnal internasional dengan peringkat Q1 memang cukup susah, tapi perlu dicoba karena bisa jadi kualitas tulisan di dalam artikel ilmiah yang disusun sesuai standar redaksi. Setelahnya baru menerapkan cara mengetahui impact factor jurnal internasional yang sudah dijelaskan.
Baca informasi seputar indeks jurnal yang penting Anda ketahui:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…