Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu memahami cara mengutip ayat Al-Quran. Karya tulis ilmiah berbasis ilmu agama Islam biasa ditemukan kutipan ayat dalam Al-Quran maupun hadis.
Namun, mengutip ayat dalam kitab suci Al-Quran maupun kitab suci agama lain tentunya tidak bisa sembarangan. Artinya, ada aturan yang perlu dipahami para penulis untuk menghindari kesalahan pengutipan.
Proses mengutip bagian kitab suci Al-Quran juga perlu memperhatikan gaya sitasi yang digunakan. Lalu, bagaimana cara mengutip ayat Al-Quran yang benar? Baca sampai habis untuk melihat perbedaan cara APA, MLA hingga Chicago style!
Berikut cara mengutip ayat Al-Quran dalam berbagai gaya sitasi:
Dalam APA Style, cara menulis kutipan dari ayat Al-Quran dimulai dengan menuliskan ayat yang dikutip dan diapit tanda petik dua (“…”). Lalu, di akhir kutipan ayat tersebut ditambahkan informasi dalam format “(Qur’an nomor surat:nomor ayat)”. Berikut contoh cara menulis kutipan dari ayat Al-Quran:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Qur’an 13:11).
Penjelasan:
Dalam APA Style, mengutip ayat Al-Quran yang diambil dari kitab suci tanpa terjemahan tidak dicantumkan dalam daftar pustaka karena di gaya sitasi ini, Al-Quran dianggap sebagai kitab klasik atau kitab suci.
Jika menggunakan Al-Quran yang sudah diterjemahkan atau ada terjemahan, Anda wajib dicantumkan di dalam daftar pustaka dengan format sebagai berikut:
Nama Penerjemah. (Tahun). Judul Buku dalam Bahasa Asli. Kota terbit: Nama Penerbit.
Contohnya: Kementerian Agama Republik Indonesia. (2019). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Baca Juga: Cara Mengutip Hasil Wawancara dan Penulisannya di Daftar Pustaka
Gaya sitasi kedua adalah MLA Style, gaya sitasi ini juga cukup sering digunakan di bidang akademik di Indonesia. Secara sekilas, cara mengutip ayat Al-Quran dengan gaya sitasi ini nyaris sama persis dengan APA Style.
Dikutip melalui website MLA Style Center, ada beberapa pilihan cara penulisan ayat Al-Quran di dalam karya tulis ilmiah. Para penulis dibebaskan hendak memakai cara yang mana ketika memakai MLA Style. Berikut pilihan cara mengutip ayat Al-Quran berdasarkan MLA Style:
Dalam gaya sitasi MLA, Anda tidak perlu menuliskan daftar pustaka apabila referesi Anda Al-Quran tanpa terjemahan. Aturan ini sama seperti APA Style.
Namun, jika memakai terjemahan Al-Quran, Anda wajib dicantumkan dalam daftar pustaka. Berikut format penulisan daftar pustaka Al-Quran menurut MLA style:
Nama Penerjemah. Judul Terjemahan Qur’an. Nama Penerbit, Tahun.
Contoh: Ali, Abdullah Yusuf. The Holy Qur’an: Text, Translation, and Commentary. Amana Corporation, 1989.
Dalam gaya sitasi Chicago Style, ada dua pilihan cara menulis kutipan ayat Al-Quran, yaitu (1) di dalam teks dan (2) dengan catatan kaki. Berikut penjelasannya:
Bagi penulis yang akan menulis ayat Al-Quran di dalam teks, penulisan diawali dengan mencantumkan ayat yang dikutip dan diapit oleh tanda petik. Pada akhir kutipan dilakukan sitasi dengan format “(Qur’an nomor surat:nomor ayat)”. Berikut contohnya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Qur’an 13:11).
Chicago Style menjadi salah satu gaya sitasi yang memakai sistem catatan kaki sehingga saat mengutip ayat Al-Quran, penulis bisa menuliskan ayat yang dikutip di dalam teks. Sementara sitasi diletakkan di catatan kaki atau footnote. Berikut contohnya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”¹
¹ Qur’an 13:11.
Dalam Chicago Style, ada satu persamaan dengan APA dan MLA Style, yaitu tidak mencantumkan Al-Quran di daftar pustaka kecuali untuk terjemahan. Jika penulis menggunakan Al-Quran terjemahan, format daftar pustaka Al-Quran sebagai berikut:
Nama Penerjemah. Judul Terjemahan Al-Qur’an. Tempat Penerbitan: Nama Penerbit, Tahun Terbit.
Contoh:
Selain beberapa gaya sitasi di atas, Anda sangat mungkin perlu memakai gaya sitasi lain. Jika memakai gaya sitasi lain sebaiknya menyesuaikan dengan aturan yang ada. Pihak perguruan tinggi biasanya menyediakan buku panduan penulisan karya tulis ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai standar cara mengutip ayat Al-Quran.
Misalnya, seperti dikutip dari website IAIN Manado, penulisan ayat Al-Quran yang digunakan adalah menggunakan rasm Utsmani dengan cara menuliskan sumbernya dalam teks (dimulai dengan singkatan Q.S. yang diikuti secara berurutan dengan nama surah, garis miring, nomor surah, titik dua dan nomor ayat) mendahului ayat yang dikutip. Berikut contohnya:
… Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran/3: 104
Jadi, silakan cek kembali aturan penulisan karya ilmiah yang diatur di instansi Anda. Apabila Anda memiliki pertanyaan terkait penulisan sitasi dan daftar pustaka Al-Quran, silakan tulis pertanyaan Anda di kolom komentar. Yuk, bagikan artikel ini ke rekan penulis Anda apabila sama-sama menggunakan gaya sitasi yang sama seperti yang dicantumkan di atas. Semoga bermanfaat!
Ketahui cara mengutip dari sumber referensi yang berbeda:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…