Daftar Isi
Melakukan publikasi ilmiah bagi kalangan dosen bisa disebut sebagai rutinitas, selain paham cara juga wajib paham pilihan database jurnal. Kenapa? Sebab penilaian publikasi ilmiah juga didasarkan pada jurnal ini terindeks di database mana.
Bagi dosen yang hendak mengajukan kenaikan jabatan fungsional, kemudian mempublikasikan jurnal internasional. Maka di jenjang tertentu ada kewajiban masuk ke database bereputasi. Maka memilih jurnal tidak bisa sembarangan, berikut penjelasan detailnya.
Dalam kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Penelitian Dosen Pemula bagi Dosen PTS (1) yang diunggah di kanal YouTube LLDIKTI WILAYAH 4. Dijelaskan mengenai database jurnal bereputasi.
Oleh Dr. Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes., menjelaskan ada beberapa daftar database untuk jurnal internasional bereputasi. Semua database ini kemudian terbagi menjadi beberapa tingkatan mengacu pada Pedoman Publikasi Ilmiah Tahun 2019 yang dirilis oleh Ristekdikti, yaitu:
Tingkatan pertama dalam daftar database jurnal ilmiah adalah database dengan reputasi tinggi. Suatu jurnal dikatakan bereputasi tinggi ketika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Database dengan reputasi tinggi diketahui memenuhi seluruh ciri tersebut. Sebut saja seperti Scopus, yang selain memiliki data terbesar di dunia. Scopus juga dijadikan acuan dalam menentukan pemeringkatan perguruan tinggi tingkat dunia.
Tingkatan kedua adalah database dengan reputasi sedang. Suatu database publikasi jurnal masuk ke reputasi sedang ketika memenuhi beberapa ciri di bawah ini:
Database dari jurnal bereputasi di tingkatan ini bisa mencakup seluruh bidang keilmuan dan sebaliknya. Contohnya seperti Pubmed, database ini dikenal kredibel dan diakui semua pihak di seluruh dunia.
Hanya saja mengindeks jurnal-jurnal medis (kesehatan dan farmasi) saja. Sehingga berbeda dengan tingkatan reputasi tinggi seperti Scopus yang rata-rata mengindeks jurnal dari seluruh bidang keilmuan di dunia.
Tingkatan terakhir adalah database jurnal dengan reputasi rendah. Biasanya database ini memiliki ciri khas sebagai berikut:
Baca Juga:
Lalu, apakah dalam proses publikasi ilmiah semua dosen di Indonesia harus memastikan artikel ilmiahnya masuk database di tingkatan tinggi? Jawabannya tidak. Sebab semua database, apapun tingkatannya selama dikenal bereputasi maka bisa dijadikan pilihan.
Semua database bereputasi dijelaskan di Pedoman Publikasi Ilmiah Tahun 2019 sebagai database kredibel. Hanya saja, beberapa bersifat sebagai metadata (aggregator). Secara sederhana, artinya database ini hanya menampilkan seluruh jurnal. Selama dipublikasikan maka akan terindeks.
Selain itu, beberapa database juga sangat ketat dalam menyaring jurnal-jurnal yang terindeks di databasenya. Misalnya seperti Scopus, selain dikenal punya kriteria tinggi juga cukup sering menetapkan beberapa jurnal discontinued mendadak jika sudah terindikasi menjadi jurnal predator.
Jadi, berdasarkan tingkatan database jurnal yang dijelaskan di atas berikut adalah daftar database untuk jurnal internasional bereputasi:
Database bereputasi tinggi sampai saat ini hanya diisi oleh dua database dan keduanya dikenal betul oleh akademisi di Indonesia. Yaitu:
Scopus sendiri adalah database jurnal ilmiah yang dikelola oleh perusahaan informasi ilmiah Elsevier. Database ini memiliki kriteria tinggi untuk menerima jurnal masuk ke databasenya.
Sistem di Scopus juga akan melakukan penilaian berkala untuk mengetahui jurnal-jurnal mana saja yang masih layak di dalam database dan yang harus di-discontinued. Sehingga jurnal yang terindeks disini dijamin bukan predator.
Baca Juga: Jurnal Terindeks Scopus: Cara Mencari, Cara Submit, dan Contohnya
Database kedua di tingkatan ini adalah World of Science atau yang lebih akrab disebut WoS. Secara umum WoS adalah penerbit akademis buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah, teknis, dan medis.
Sehingga disini tidak hanya bisa ditemukan jurnal ilmiah dengan kualitas tinggi saja. Melainkan juga publikasi dalam bentuk buku. Sama seperti Scopus, WoS juga punya kriteria tinggi dalam menjaring jurnal yang masuk ke databasenya.
Beberapa database jurnal kemudian masuk ke tingkatan bereputasi sedang. Sesuai penjelasan sebelumnya, jurnal di tingkatan ini memenuhi ciri-ciri dari database bereputasi sedang. Berikut adalah daftar database di tingkatan ini:
Dalam Pedoman Publikasi Ilmiah Tahun 2019 keterangan “yang setara” tidak dijelaskan secara pasti definisinya seperti apa. Namun diperkirakan mengacu pada seluruh database bereputasi lain yang memenuhi ciri-ciri di tingkatan sedang.
Sehingga selain dari daftar database tersebut, diperkirakan masih ada tambahan lainnya. Hanya saja untuk memastikan sudah memilih jurnal internasional bereputasi dan diakui Dikti, maka lebih baik memilih dari daftar yang sudah disebutkan tersebut.
Baca Juga: Daftar Jurnal Indonesia Terindeks DOAJ
Selanjutnya, adalah daftar database jurnal bereputasi rendah yang memenuhi ciri-ciri seperti penjelasan sebelumnya. Berikut adalah database yang masuk daftar tingkatan ini:
Database di tingkatan ini dikenal memiliki kriteria yang tidak begitu tinggi, bahkan cenderung mudah untuk terindeks di dalamnya. Contohnya seperti Google Scholar yang tidak hanya mengindeks jurnal ilmiah.
Akan tetapi juga sejumlah publikasi ilmiah dalam bentuk lain. Seperti makalah, skripsi, dan sebagainya. Semua orang yang memiliki akun di Google Scholar kemudian bisa mempublikasikan karya ilmiahnya.
Karya ini kemudian otomatis terindeks di database ini. Meskipun begitu, karya ilmiah yang terindeks di Google Scholar memang rata-rata ditulis oleh para ahlinya. Baik dari kalangan dosen, mahasiswa, maupun peneliti dari sebuah lembaga penelitian. Sehingga layak dijadikan referensi ilmiah.
Dari semua tingkatan dan seluruh pengisi daftar database jurnal internasional bereputasi tersebut, sebaiknya memilih yang mana? Berhubung semua database bereputasi ini dikenal kredibel maka dosen di Indonesia bebas memilih yang mana.
Namun, jika ingin fokus memenuhi syarat pengembangan karir akademik. Misalnya ingin naik jabatan fungsional Guru Besar maka harus berfokus memilih jurnal terindeks Scopus atau WoS agar dinyatakan memenuhi kualifikasi dan bisa naik jabatan.
Baca Juga:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…