Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memang akan terus terjadi dan semakin pesat dari waktu ke waktu. Adanya digitalisasi di berbagai bidang dan munculnya teknologi-teknologi baru, mempercepat perkembangan di berbagai bidang.
Perkembangan ini tentunya ikut mempengaruhi tata kelola perpustakaan di Indonesia dan di negara lain di seluruh dunia. Dimana mendapat tuntutan dari zaman untuk bisa beradaptasi dan berinovasi agar bisa tetap dipandang masyarakat sebagai destinasi mengakses ilmu pengetahuan, wawasan, dan teknologi.
Mendukung perpustakaan di Indonesia bisa beradaptasi dan berinovasi mengikuti perkembangan masa kini, dimana didominasi oleh proses digitalisasi. Penerbit Deepublish menggelar webinar untuk menjawab tantangan zaman tersebut.
Webinar yang diselenggarakan bertajuk Inovasi dan Adaptasi untuk Perpustakaan Masa Kini yang digelar daring melalui aplikasi Zoom Meeting pada Kamis (17/04). Sebagai pemberi materi, dihadirkan Dr. Purwani Istiana, S.I.P., M.A. yang merupakan Wakil Ketua II FPPTI Bidang Penelitian, Pengembangan dan Kerja Sama.
Dalam penyampaian materi, Dr. Purwani menjelaskan mengenai definisi dari perpustakaan masa kini. Yakni sebuah perpustakaan yang sukses atau mampu beradaptasi dan berinovasi sehingga masih dianggap sebagai pusat ilmu pengetahuan, budaya, dan kebutuhan masyarakat.
“Perpustakaan masa kini itu, perpustakaan atau institusi yang beradaptasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Perpustakaan yang mampu beradaptasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan berinovasi agar tetap relevan sebagai pusat pengetahuan, pusat budaya, pusat teknologi,” kata Dr. Purwani.
“Jadi, ketika perpustakaan (yang dikelola) bapak dan ibu bisa beradaptasi menjawab kebutuhan masyarakat dan berinovasi agar tetap relevan sebagai pusat pengetahuan. Kalau perpustakaan umum, ya relevan sebagai pusat pengetahuan, pusat budaya, dan kebutuhan masyarakat yang dilayani,” sambungnya.
Perpustakaan masa kini, dijelaskan Dr. Purwani juga mencakup sarana dan prasarana yang disediakan atau dimiliki perpustakaan tersebut. Penggunaan perangkat dengan teknologi terbaru akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Hal ini sekaligus menjadi indikator bahwa perpustakaan yang dikelola sudah masuk kategori perpustakaan masa kini. Sebab dianggap oleh masyarakat masih relevan dengan kondisi masa sekarang. Sehingga masih menjadi pusat pengetahuan dan budaya, yang artinya akan tetap dirasa menarik untuk dikunjungi oleh masyarakat.
“Kalau perpustakaan bapak ibu masih menggunakan mesin ketik tadi (jaman dulu), itu perpustakaan dikatakan tidak relevan lagi. Masih menggunakan mesin ketik yang manual. Sehingga dikatakan tidak relevan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dr. Purwani juga menjelaskan mengenai beberapa bentuk adaptasi dan inovasi perpustakaan masa sekarang. Dimana sudah diterapkan di sebagian besar perpustakaan untuk bisa relevan dengan kondisi terkini.
Mulai dari penambahan koleksi atau bahan bacaan terbitan terbaru, menggunakan sistem terkomputerisasi untuk tata kelola koleksi dan pelayanan peminjaman oleh masyarakat, menambah koleksi digital seperti berbagai buku elektronik, sampai renovasi ruang baca di perpustakaan.
Dimana sudah ada pembagian ruangan sehingga masing-masing terpisah dan memiliki koleksi serta fungsi tersendiri. Selain itu juga mencakup modernisasi terhadap meja dan kursi baca yang lebih nyaman, peningkatan kapasitas energi listrik, penyediaan WiFi, sampai penyediaan fasilitas podcast.
“Ruang perpustakaan misalnya, perpustakaan sudah membagi beberapa ruang. Ruang awal, semakin ke dalam semakin ke atas semakin berkurang kebisingannya. Semakin ke atas semakin sepi, bisa untuk belajar dengan konsentrasi penuh,” terang Dr. Purwani.
“Kalau ada yang belum, maka bisa mulai dipikirkan karena ini berkaitan dengan kebutuhan pemustaka (masyarakat yang menggunakan layanan perpustakaan),” imbuhnya.
Dr. Purwani juga menjelaskan pentingnya respon cepat dari pustakawan dan seluruh SDM yang mengelola perpustakaan dalam menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga dianggap relevan untuk mereka mengakses pengetahuan terkini.
“Terkait dengan koleksi, mau nggak mau harus sesuai kebutuhan pemustaka. Pemustaka butuh yang seperti apa, dan dicoba dipenuhi. Diupayakan responnya cepat, jadi memungkinkan tidak secara administrasi?” jelasnya.
Tahukah Anda bahwa salah satu cara untuk meningkatkan poin KUM adalah menerbitkan buku. Aturan ini tertuang dalam PO PAK 2019.
Sayangnya, kesibukan dalam mengajar, membuat dosen lupa dengan kewajiban lainnya yaitu mengembangkan karir. Maka dari itu, Penerbit Deepublish hadir untuk membantu para dosen meningkatkan poin KUM dengan menerbitkan buku.
Kunjungi halaman Daftar Menerbitkan Buku agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda!