Search
Close this search box.

Cara Menyusun Kalimat yang Mudah Dipahami pada Buku Ilmiah

Cara Menyusun Kalimat yang Mudah Dipahami

Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf atau buku ajar), memahami tata cara menyusun kalimat yang mudah dipahami sangatlah perlu. Jika naskah buku berisi kata-kata ilmiah, maka Anda sebagai penulis perlu meningkatkan kemudahan keterbacaan. 

Para pembaca pun bisa dengan mudah memahami isi dari buku. Ilmu pengetahuan dan wawasan di dalam buku akan sampai kepada pembaca dengan tepat. Selain itu, pembaca akan memiliki pengalaman baik dalam membaca buku ilmiah sehingga terdorong untuk membaca buku ilmiah lainnya. 

Hanya saja, dosen yang lebih terbiasa menyusun karya tulis ilmiah kebanyakan masih kesulitan menyusun kalimat yang lebih mudah untuk dipahami. Lalu, bagaimana solusinya?

Kriteria Kalimat yang Mudah Dipahami 

Kalimat yang mudah dipahami sama dengan kalimat efektif. Jika seorang penulis menyusun kalimat efektif, kalimat tersebut bisa dipahami oleh pembaca, apapun latar belakang pembaca tersebut. 

Sementara itu, definisi dari kalimat efektif adalah kalimat yang mengikuti kaidah bahasa yang berlaku dan telah menjadi pedoman penyusunan kalimat yang baik dan benar, yaitu sesuai dengan aturan yang diatur dalam pedoman ejaan bahasa Indonesia. 

Kalimat efektif akan menggunakan struktur baku, baik itu struktur lengkap berupa SPOK maupun struktur versi pendek berupa SP (subjek dan predikat). Kemudian, pemilihan kosakata adalah yang baku. Ditambah dengan jumlah kata yang pendek untuk membentuk kalimat pendek, sederhana, dan langsung pada inti pesan.

Adapun kriteria kalimat yang mudah dipahami diantaranya:

  1. Menggunakan kosakata umum
  2. Struktur kalimat jelas
  3. Tidak bertele-tele
  4. Menghindari istilah teknis
  5. Kalimat sesuai konteks

Baca Juga: Kalimat Rancu, Penyebab, Contoh, dan Perbaikannya

Cara Menyusun Buku yang Mudah Dipahami Pembaca 

Semua dosen tentu ingin hasil penelitiannya diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Mencapai hal tersebut, publikasi hasil penelitian perlu dipastikan mudah dipahami oleh para pembaca. 

Menyusun artikel ilmiah untuk prosiding dan jurnal ilmiah tentu tidak ada kendala. Sebab memang target pembacanya adalah masyarakat ilmiah. Dimana sudah paham betul istilah teknis yang tercantum di naskah. 

Namun, jika hasil penelitian dipublikasikan dalam bentuk buku. Maka ada kebutuhan untuk memastikan isinya kalimat yang mudah dipahami. Lalu, apa saja yang perlu dilakukan dosen agar bukunya bisa dipahami semua pembaca? Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan: 

1. Memilih Kosakata Umum dan Sederhana 

Cara yang pertama adalah selalu memilih kosakata umum, yakni kosakata yang sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Sehingga di dalam hal ini, penulis perlu menghindari penggunaan istilah teknis. 

Pertama, selalu menggunakan kosakata dalam bahasa Indonesia. Jika ada istilah asing, silahkan mencari padanan kata. Jika ada kosakata asing, silahkan diterjemahkan dul dalam bahasa Indonesia. 

Kedua, menghindari penggunaan istilah teknis. Misalnya, dibanding memakai istilah “Analisis SWOT” sebaiknya memakai “kelebihan, kekurangan, peluang, dan tantangan yang dihadapi”. 

Contoh lain, dibanding memakai istilah “inflasi” maka bisa memakai istilah “perubahan nilai uang dengan harga barang”. Semakin banyak kosakata umum digunakan, semakin memudahkan pembaca memahami isi buku. 

2. Menyusun Kalimat dan Paragraf Pendek 

Cara kedua adalah menyusun kalimat pendek. Disusul dengan paragraf pendek. Sebab isi buku yang terdiri dari kalimat dan paragraf pendek akan lebih disukai pembaca. 

Sebab mereka bisa dengan mudah menangkap pesan dari penulis di dalam buku tersebut sehingga isi buku lebih mudah mereka pahami. Selain itu, pembaca juga tidak kelelahan ketika membaca karena isi buku adalah kalimat dan paragraf pendek yang sering memberi jeda (istirahat) bagi pembaca. 

3. Gunakan Daftar atau Poin-Poin (Penomoran) 

Cara ketiga untuk menjadikan isi buku mudah dan bisa dipahami para pembaca adalah menyajikan informasi dalam bentuk penomoran. Jika di dalam satu bab ada beberapa sub judul, beri penomoran yang runtut. 

Menyusun naskah buku dalam bentuk daftar, poin-poin, atau penomoran menjadikan informasi tersaji secara sistematis. Hal ini akan memudahkan pembaca memahami isi dari seluruh isi buku di setiap bab. 

Jadi, alih-alih menyusun naskah buku yang hanya berisi teks narasi dan deskripsi. Sebaiknya mulai menambahkan beberapa sub judul dan diberi penomoran. Hal ini akan membantu meringkas dan memperjelas informasi dari buku tersebut. 

4. Ejaan dan Tanda Baca Sudah Tepat

Kalimat yang mudah dipahami adalah kunci utama menjadikan buku bisa dipahami dengan baik oleh pembaca. Kalimat tersebut bisa disusun jika penulis selalu memakai ejaan yang tepat. 

Jadi, utamakan penggunaan kosakata baku dalam bahasa Indonesia agar makna jelas dan bisa dicari sendiri oleh pembaca jika mendapati kosakata yang masih asing. 

Tidak kalah penting, penulis perlu memperhatikan penggunaan tanda baca. Tanda baca memberi jeda istirahat agar pembaca menikmati kegiatan membaca. Sekaligus memperjelas pesan yang ingin disampaikan penulis kepada mereka. Jadi, tanda baca harus tepat dan penempatannya harus benar. 

5. Melakukan Visualisasi Informasi 

Supaya buku yang disusun lebih mudah dipahami pembaca, perlu dilakukan visualisasi informasi. Penulis bisa menyediakan tabel, grafik, dan teknik visualisasi lain yang membantu pembaca memahami data yang disajikan. 

Selain itu, jika memang memungkinkan bisa diberikan ilustrasi. Baik dalam bentuk gambar animasi maupun bentuk lain. Sehingga isi buku tidak hanya teks. Sebab buku dari hasil penelitian kadang sulit dipahami karena terlalu banyak teks. Sehingga perlu ditambahkan ilustrasi sebagai penjelas. 

Baca Juga: Kalimat Ambigu: Jenis, Ciri-Ciri dan Contoh

Contoh Parafrase untuk Meningkatkan Keterbacaan 

Mengubah kalimat di dalam artikel ilmiah yang terlalu ilmiah adalah kewajiban dan kebutuhan dosen ketika melakukan konversi. Jadi, isi buku tersebut bukan lagi kalimat yang terlalu ilmiah dan susah dipahami. Melainkan kalimat yang mudah dipahami para pembaca. 

Parafrase menjadi kunci utama. Oleh sebab itu, perlu meningkatkan kemampuan dalam melakukan parafrase. Berikut beberapa contoh parafrase kalimat di artikel ilmiah jurnal menjadi kalimat untuk buku: 

  1. Artikel ilmiah: “Prevalensi hipertensi pada populasi urban menunjukkan peningkatan signifikan yang berkaitan dengan gaya hidup sedentari dan pola makan tinggi sodium.”
    Hasil parafrase untuk buku: “Jumlah orang yang mengalami tekanan darah tinggi di kota-kota semakin meningkat, terutama karena kebiasaan duduk terlalu lama dan konsumsi garam yang berlebihan.”
  2. Artikel ilmiah: “Metode penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan statistik untuk menganalisis data numerik guna menemukan pola yang signifikan.”
    Hasil parafrase untuk buku: “Metode penelitian ini menggunakan angka dan perhitungan untuk mencari pola penting dalam data.”
  3. Artikel ilmiah: “Pada skala global, perubahan iklim berkontribusi terhadap fluktuasi suhu ekstrem yang mengakibatkan efek negatif pada ekosistem dan keanekaragaman hayati.”
    Hasil parafrase untuk buku: “Di seluruh dunia, perubahan iklim menyebabkan perubahan suhu yang drastis dan merusak lingkungan serta kehidupan berbagai makhluk hidup.”
  4. Artikel ilmiah: “Keterkaitan antara pola tidur yang tidak teratur dengan gangguan kognitif pada lansia semakin diakui dalam berbagai studi ilmiah.”
    Hasil parafrase untuk buku: “Penelitian menunjukkan bahwa tidur yang tidak teratur bisa mempengaruhi kemampuan berpikir pada orang lanjut usia.”

Bagaimana Cara Mengecek Tulisan Sudah Mudah Dipahami atau Tidak? 

Salah satu pertanyaan yang banyak diajukan para dosen adalah mengenai cara mengecek tulisan sudah bisa dipahami atau belum. Dalam teks yang menggunakan bahasa Inggris, memang sudah ada tools untuk membantu mengecek tingkat keterbacaannya. Misalnya dengan Grammarly. 

Sayangnya, hal serupa belum ada di Indonesia. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan meminta umpan balik dari pembaca. Jika ingin mengecek sebelum buku diterbitkan, Anda bisa melakukan riset dengan meminta orang lain membaca dan memberi penilaian. Kemudian, penulis bisa bertanya apakah isi bukunya bisa dan mudah dipahami atau tidak? Jawaban yang diberikan akan membantu menerima koreksi maupun masukan. 

Apakah Anda sudah pernah meminta feedback ke orang lain sebelum menerbitkan buku? Kalau belum, Kami merekomendasikan Anda untuk melakukannya. Tak hanya kepada pembaca yang awam dengan topik buku Anda, Anda juga bisa meminta bantuan seseorang yang ahli di bidang yang Anda tulis terseut untuk memastikan konteks keilmuan yang ada di naskah Anda sudah tepat.

Agar pesan atau ilmu tersampaikan dengan tepat ke pembaca. Silakan pelajari lebih dalam kalimat efektif. Kami sudah merangkum pembahasannya untuk Anda, cek dan terapkan satu per satu:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan