Daftar Isi
Pada saat menyusun karya tulis, terutama karya ilmiah, sudah tentu akan menghindari berbagai kesalahan penggunaan kata atau bahasa. Kesalahan ini memang menjadi kesalahan yang masih jamak dijumpai.
Hal ini terlihat dari masih banyaknya kesalahan dalam penulisan ejaan, pemilihan kata, sampai struktur kalimat untuk karya tulis yang dimuat di media massa. Alhasil, kesalahan yang terkesan “benar” ini memberi kerancuan bagi para penulis.
Bahasa Indonesia sejak 28 Oktober 1928 melalui Sumpah Pemuda menjadi bahasa pemersatu di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1945 sesuai dengan isi dari UUD 1945 Pasal 3 resmi menjadi bahasa nasional.
Terbaru, pada 21 November 2023 bahasa Indonesia Disetujui Menjadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO. Hal ini tentu menunjukan bahwa bahasa Indonesia diakui secara internasional.
Kebanyakan orang dari berbagai negara menilai bahwa bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang paling mudah dipelajari. Salah satu alasannya adalah karena kosakata yang terbilang sederhana, mudah diucapkan, dan bisa dengan mudah diingat (dihafalkan).
Namun, bahasa Indonesia ternyata juga memiliki sisi lain. Sebab banyak kata serapan, ada kata tidak baku, ada kata yang masuk kategori bahasa gaul, dan lain sebagainya. Semakin mendalami bahasa Indonesia, maka akan menjumpai beberapa hal yang menunjukkannya cukup sulit dikuasai. Baik secara lisan maupun tulisan.
Kesulitan ini meningkat ketika menggunakan bahasa Indonesia untuk menyusun karya tulis. Sebab ada banyak aturan perlu dipahami dan mengacu pada EYD (Ejaan yang Disempurnakan), dimana kembali berlaku di tahun 2022 menggantikan PUEBI.
Kesalahan penggunaan kata, mulai dari ejaan, kesalahan pemilihan kata atau diksi, dan kesalahan dalam menyusun kalimat yang baik dan benar. Menjadi bentuk kesalahan yang masih sering dijumpai.
Penggunaan kata dianggap salah ketika memang tidak baku atau dengan kata lain tidak sesuai dengan EYD. Bagi penulis, kesalahan ini tentu menjadi momok menakutkan apalagi masih sering dijumpai di berbagai teks yang dimuat media massa.
Tak hanya kesalahan penggunaan kata, penulis juga sering malakukan kesalahan penggunaan tanda baca. Hindari kesalahan yang sama dan pelajari selengkapnya:
Memahami bahwa kesalahan penggunaan kata atau bahasa yang masih banyak dijumpai, tentu terjadi bukan tanpa alasan. Kesalahan yang terjadi ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah:
Faktor pertama yang dianggap menjadi salah satu penyebab dari kesalahan penggunaan kata atau bahasa Indonesia adalah perubahan aturan tata bahasa. Hal ini berkaitan dengan perkembangan aturan ejaan bahasa Indonesia.
Sejak masa kolonial sampai saat ini, tercatat ada 7 ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Dari 7 aturan ejaan tersebut, ada EYD yang berlaku dalam kurun waktu yang panjang.
Pada tahun 2015 kemudian diganti dengan PUEBI, kemudian kembali ke EYD di tahun 2022 lalu. Perubahan ini tentu ikut mengubat tata aturan penulisan bahasa Indonesia dalam karya tulis. Kadang kala para penulis masih mengikuti aturan lama tanpa sadar, sehingga menyebabkan kesalahan dalam karya tulisnya.
Faktor kedua yang menjadi penyebab kesalahan penggunaan kata adalah belum paham aturan tata bahasa Indonesia. Paling sering dialami oleh penulis pemula, dimana masih banyak pemahaman tentang penulisan kata baku, tanda baca.
Faktor ini tentu menjadikan karya mereka masih sering dijumpai kesalahan, apapun jenis tulisan yang dibuat. Dalam dunia kepenulisan, kesalahan dalam memilih kata dan penulisan kata yang sesuai EYD dipandang lumrah untuk pemula.
Seiring berjalannya waktu, penulis tersebut akan menerima kritik dan saran sekaligus memiliki motivasi untuk belajar. Kritik dan saran tentu menjadi hal penting bagi penulis, sebab keterampilan menulis tidak diraih dalam semalam. Prosesnya bisa panjang.
Faktor ketiga yang menjadi penyebab adalah adalah masih banyak pula karya tulis yang melakukan kesalahan penggunaan kata. Terutama karya tulis yang dimuat di berbagai media.
Saat Anda membaca artikel di media massa, online dan offline, sangat mungkin menemukan kesalahan. Baik ejaan, pemilihan kata, dan sebagainya. Bagi banyak orang, media massa sering dijadikan patokan mengenai aturan penulisan yang benar.
Jika media massa yang sering dibaca dan dipandang susunan kata di dalamnya sudah benar dan ternyata salah. Maka akan memberi efek “menular”. Pembaca akan melakukan kesalahan serupa ketika membuat karya tulis.
Faktor terakhir yang menjadi penyebab kesalahan penggunaan kata dalam bahasa Indonesia adalah minimnya perbendaharaan kata. Dalam bahasa Indonesia, ada ratusan ribu kosakata dan jumlah ini sangat mungkin bertambah.
Sebab, dalam bahasa Indonesia mengenal kata serapan yang berasal dari bahasa lain. Bahasa lain ini kemudian masuk ke bahasa Indonesia dan diterima, selanjutnya aturan penulisan bakunya akan diatur di EYD versi terbaru.
Minimnya perbendaharaan kata menyulitkan seorang penulis menuangkan ide menjadi tulisan. Kadang kala malah keliru memilih kata, sehingga makna dari tulisan yang dibuat menjadi tidak sesuai konsep atau tidak dipahami pembacanya.
Dikutip melalui berbagai sumber, ada beberapa bentuk kesalahan penggunaan kata dalam bahasa Indonesia. Bentuk tersebut terbagi menjadi tiga kategori utama dan beberapa masih terbagi lagi menjadi beberapa kategori lainnya. Berikut penjelasannya:
Bentuk kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis adalah kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terbagi lagi menjadi beberapa kategori, berikut penjelasan detailnya:
Kesalahan ejaan yang pertama adalah penggunaan huruf kapital. Secara umum, huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf pertama pada kata pertama di suatu kalimat, nama orang, nama produk, dll.
Namun, masih banyak yang keliru dalam menggunakan huruf kapital sesuai ketentuan dalam EYD. Berikut contohnya:
Kesalahan ejaan yang kedua adalah kesalahan penggunaan huruf miring. Secara umum, huruf miring digunakan untuk mencetak kata atau istilah bahasa asing maupun bahasa daerah, nama ilmiah, dan judul dalam teks. Berikut contohnya:
Kesalahan penggunaan kata dalam kategori kesalahan ejaan berikutnya adalah kesalahan penulisan singkatan. Contohnya pada singkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disingkat “iptek”.
Dalam KBBI, singkatan iptek ditulis dengan huruf kecil semua. Namun, masih banyak yang menulis dengan menggunakan huruf kapital untuk seluruh kata iptek tersebut.
Kesalahan berikutnya adalah kesalahan penulisan kata depan. Contohnya penulisan “di” dalam kalimat. Dalam KBBI, kata depan “di” yang diikuti keterangan tempat maka penulisannya dipisah.
Jika diikuti selain keterangan tempat maka aturan penulisannya adalah disatukan tanpa spasi. Berikut contohnya:
Dalam bahasa Indonesia ada dua kata atau lebih yang menjadi satu dan bentuk gabungan ini dianggap baku. Sehingga aturan penulisannya adalah disambung bukan dipisah. Contohnya kata: kacamata, beasiswa, dll.
Dalam EYD juga diatur ketentuan penulisan angka yang baik dan benar seperti apa. Hanya saja masih banyak dijumpai kesalahan. Misalnya untuk bilangan satu sampai dua digit ditulis dengan angka, jika di atasnya maka ditulis huruf.
Pelajari lebih lanjut dalam 10+ Kesalahan Penggunaan Ejaan yang Sering Diabaikan
Bentuk kedua dari kesalahan penggunaan bahasa Indonesia adalah kesalahan pemilihan kata. Pilihan kata sering disebut dengan istilah diksi dan umum juga disebut sebagai kesalahan penggunaan kata.
Terkait kesalahan dalam penggunaan kata atau diksi ini, masih terbagi lagi menjadi beberapa kategori kesalahan. Yaitu:
Kesalahan pilihan kata yang pertama adalah kesalahan dalam memakai kata denotasi dan konotasi. Denotasi adalah kosakata yang memiliki makna sebenarnya, sementara konotasi adalah kata kiasan yang maknanya tersirat.
Denotasi lebih ideal digunakan untuk komunikasi efektif, pada karya tulis ilmiah wajib menggunakan pilihan kata ini. Konotasi lebih umum digunakan untuk karya non ilmiah atau fiksi. Contohnya:
Kesalahan penggunaan kata atau diksi berikutnya adalah penggunaan kata yang mirip dengan sinonim padahal bukan. Beberapa kata memiliki sinonim, satu kata bisa memiliki beberapa sinonim.
Pemilihan sinonim kadang keliru sehingga merubah konteks suatu kalimat. Misalnya:
Dalam bahasa Indonesia ada istilah homofon, yaitu pelafalan sama namun dengan tulisan dan arti yang berbeda. Kondisi ini membuat kesalahan penggunaan kata rawan terjadi. Berikut beberapa contohnya:
Kesalahan penggunaan kata juga dari adanya perubahan makna pada beberapa kata yang sudah lama dikenal. Misalnya pada kata “bau”. Dulu, kata ini identik dengan definisi “aroma”.
Namun saat ini, kata “bau” lebih identik menyebut aroma yang tidak enak. Misalnya aroma busuk, yang ditulis “bau”. Meski hanya menulis kata “bau”, pembaca biasanya paham maksudnya aroma yang tidak sedap.
Pelajari lebih lanjut dalam Macam-Macam Kesalahan Penulisan Kata Baku
Bentuk kesalahan penggunaan bahasa yang ketiga adalah kesalahan struktur kalimat. Kesalahan ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
Struktur kalimat dikatakan lengkap jika ada subjek, predikat, objek, dan keterangan. Namun, keterangan dalam kalimat bisa absen dan tetap membuat struktur kalimat dianggap lengkap.
Dalam bahasa Indonesia juga mengenal klausa, yakni kelompok kata atau kalimat yang hanya terdiri dari subjek dan predikat. Sehingga klausa tidak memiliki objek, akan tetapi bisa berdiri dan makna juga jelas.
Sayangnya masih banyak yang menyusun klausa tanpa ada keterangan di kalimat sebelumnya. Sehingga makna menjadi tidak jelas dan dipandang kesalahan struktur kalimat.
Syarat kalimat memiliki struktur yang baik juga dilihat dari bentuknya, apakah kalimat efektif atau tidak efektif. Kalimat efektif memiliki struktur jelas dan hemat kata. Jika terlalu banyak kata maka menjadi kesalahan struktur kalimat yang membuat makna susah dipahami.
Pelajari lebih lanjut dalam Kesalahan Penggunaan Kalimat Efektif yang Sering Terjadi
Itulah penjelasan mengenai kesalahan penggunaan kata dan bentuk kesalahan lain dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karya tulis. Memahami hal ini tentu membantu menghindari melakukan kesalahan serupa.
Jika memiliki pertanyaan berkaitan dengan topik dalam artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…