Menulis Buku

Contoh Kosakata Emotif dan 5 Ciri-Cirinya

Dalam bahasa Indonesia diketahui terdapat banyak jenis kata yang tentu penting sekaligus menarik untuk dikenal. Salah satunya adalah kosakata emotif yang juga sering disebut dengan istilah kosakata konotatif. 

Kosakata atau kata jenis ini sangat menarik untuk dipahami dan dikuasai, sebab bisa membantu menyusun kalimat yang tidak hanya efektif. Melainkan juga bisa menarik perasaan dari pembaca atau pendengarnya. 

Apa Itu Kosakata Emotif?

Kosakata emotif adalah ragam kata yang dapat menimbulkan emosi subjektif suatu individu atau kelompok. Kata jenis ini membantu memberikan suatu perasaan kepada pembaca atau pendengar. 

Sebab efek dari penggunaan kosakata ini adalah memberi sentuhan kepada pancaindranya (penglihatan, sentuhan, rasa, aroma, dan pendengaran). Sesuai penjelasan sebelumnya, kata lain dari jenis kata ini adalah kosakata konotatif. 

Suatu kata disebut konotatif ketika menjelaskan suatu hal dengan makna tidak sebenarnya. Sehingga kosakata konotatif ini selalu identik dengan penggunaan kata kiasan. Dibutuhkan  pemahaman mendalam untuk menguasai beberapa jenis kata agar bisa langsung mengetahui maknanya. 

Lewat karakter ini pula, penggunaan kosakata emotif ketika berbicara maupun menulis suatu teks bisa memberi kesan lebih indah dan enak didengar atau dibaca. Penggunaannya kemudian identik dengan karya sastra. 

Lalu bagaimana jika Anda mau menulis KTI? Silakan gunakan Ragam Bahasa Ilmiah.

Ciri-Ciri Kosakata Emotif

Kosakata konotatif ini memiliki beberapa ciri khas. Ciri khas atau ciri-ciri ini yang membuatnya lebih mudah dibedakan dengan jenis kata lain dalam bahasa Indonesia.

Berikut ciri-ciri kosakata emotif:

1. Mengekspresikan Perasaan

Kosakata emotif memiliki ciri khas berupa kemampuan untuk mengekspresikan perasaan. Artinya, kosakata jenis ini menggunakan ragam kata dengan makna tidak sebenarnya yang mampu mengungkap apa yang dirasakan. 

Entah itu merasa senang atau bahagia, marah, jatuh cinta, sakit hati, dan lain sebagainya. Secara umum, kosakata ini mengungkapkan perasaan dengan lebih halus atau justru terkesan sarkas. 

2. Bersifat Subjektif

Ciri kedua dari kosakata konotatif ini adalah bersifat subjektif. Misalnya, si A yang mengungkap perasaan marah dengan kata “darah mendidih”. Begitu pula dengan si B, akan tetapi tingkat amarah keduanya bisa saja berbeda, sehingga bersifat subjektif. 

3. Memiliki Kekuatan Psikologis

Kosakata konotatif juga memiliki kekuatan psikologis, artinya bisa mempengaruhi psikologis pembaca atau pendengarnya. Saat menggunakan ragam kata yang menunjukan hal positif, maka akan memberi efek psikologis positif juga. 

Begitu juga sebaliknya, sehingga suasana hati dari pembaca atau pendengar biasanya langsung terpengaruh. Sebagai contoh, saat membaca novel dengan tokoh yang diceritakan sedang sakit hati. Anda bisa seketika sedih dan merasakan sakit hati tersebut, seolah sedang dialami langsung. 

4. Punya Unsur Intensitas

Ciri khas ketiga dari kosakata emotif adalah punya unsur intensitas, yang artinya menunjukan kesungguhan dan tingkatan lebih tinggi dari suatu perasaan. Misalnya mengungkapkan rasa sedih, maka akan ditambah kata “sangat” menjadi “sangat sedih”. 

5. Terdapat dalam Kalimat Pendek

Ciri khas terakhir dari kosakata konotatif adalah terdapat dalam kalimat pendek. Meskipun menggunakan ragam kata yang sifatnya konotatif, akan tetapi penulis atau pembicara yang memakainya tidak memberi penjelasan langsung. 

Biasanya hanya berupa kalimat pendek yang disertai dengan kosakata konotatif tersebut. Tanpa diberi penjelasan lagi dan menjadikan struktur kalimatnya lebih ringkas, padat, dan jelas. 

Contoh Kosakata Emotif

Jika bicara mengenai contoh kosakata emotif, maka sudah tentu akan menemukan banyak sekali. Secara sederhana, kosakata ini merupakan kata kiasan yang memiliki makna lebih mendalam atau tidak sebenarnya. 

Saat seseorang marah, maka tidak seketika mengatakan kata “marah” melainkan bisa memakai kata kiasan dengan makna serupa. Misalnya “darahku mendidih”, sehingga tampak lebih intens dan menyentuh perasaan dari pendengar atau pembacanya. 

Supaya lebih paham lagi mengenai kosakata jenis ini, maka berikut contoh kosakata yang memiliki makna mirip tetapi memberi tingkatan pada emosi yang berbeda, yakni kata birokrat, pejabat pemerintah, dan pelayan publik

Tiga kata tersebut memiliki makna pegawai di lingkungan pemerintahan atau ASN, baik itu PPPK maupun PNS. Namun, ketiganya memiliki pengaruh pada emosi pembaca dan pendengar yang berbeda. 

Pada kata birokrat, biasanya digunakan untuk menyampaikan rasa kesal atau mencela para pegawai di pemerintahan. Sementara istilah pejabat pemerintah dan pelayan publik lebih menunjukan rasa hormat tanpa ada unsur menunjukan celaan atau kekesalan. 

Pemilihan kosakata emotif yang tepat kemudian bisa menentukan seberapa besar dampak kalimat yang dibuat pada emosi pembaca atau pendengar. Sehingga bisa digunakan untuk memperlihatkan kemarahan atau justru kebahagiaan, meski suatu kata maknanya sama. 

Sebelum menulis karya sastra, pahami terlebih dahulu tulisan berikut:

Contoh Kalimat yang Menggunakan Kosakata Emotif

Supaya lebih paham lagi mengenai apa itu kosakata emotif, berikut adalah beberapa contoh kalimat yang menggunakan kosakata jenis ini: 

  1. Jika bertemu dengan keluarga jangan selalu pasang muka masam, terkesan tidak sopan ke keluarga sendiri. (pasang muka masam = cemberut karena marah atau tidak suka terkait suatu hal).
  2. Mari kita mendidik anak-anak dengan baik agar tidak mudah terjebak dalam pergaulan bebas. (pergaulan bebas = pergaulan yang tidak bagus, seperti lingkungan dengan narkoba, seks bebas, dll yang berdampak negatif bagi seseorang).
  3. Senyuman Ratih begitu manis, semanis madu. (semanis madu = senyuman yang manis dan enak dipandang).
  4. Jangan ragu untuk menggantungkan mimpi setinggi angkasa. (menggantungkan mimpi setinggi angkasa = punya mimpi yang tinggi atau besar).
  5. Tidak ada salahnya menuntut ilmu hingga ke ujung dunia. (hingga ke ujung dunia = menuntut ilmu setinggi mungkin dan mendapat ilmu dari siapa saja dan darimana saja).
  6. Tidak tertutup kemungkinan, kamu itu tulang rusukku yang selama ini aku cari. (tulang rusuk = jodoh perempuan, yang mengucapkan kalimat ini adalah laki-laki).
  7. Jangan sampai lengah, anak itu ternyata panjang tangan. (panjang tangan = suka mencuri).
  8. Hati-hati, Ridwan itu ternyata buaya darat dan sudah banyak perempuan jadi korbannya. (buaya darat = pria penggoda yang mendekati banyak wanita).
  9. Kita harus menjaga lingkungan ini agar terhindar dari sampah masyarakat yang meresahkah dan membuat gaduh. (sampah masyarakat = istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang hanya memberikan kontribusi negatif kepada masyarakat).
  10. Seluruh masyarakat disini mengakui kecantikan bunga desa itu. (bunga desa = gadis desa yang terkenal kecantikannya).
  11. Mungkin kamu adalah belahan jiwaku, sehingga kita bisa saling rukun sampai sekarang. (belahan jiwa = seseorang yang sangat cocok ataupun memiliki kemiripan dengan satu orang lain secara kepribadian maupun pendirian).
  12. Setelah puasa Ramadhan selama sebulan penuh, umat muslim ibarat bayi baru lahir. (bayi baru lahir = suci tanpa dosa karena baru lahir di dunia).
  13. Sebaiknya kita menepi dari keramaian sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. (menepi dari keramaian sejenak = berhenti di tepi jalan untuk istirahat sebentar).
  14. Baru belasan tahun, masa depannya saja masih kelabu. (kelabu = masa depan masih buram, atau belum jelas akan menjadi apa dan seperti apa).
  15. Mari singsingkan lengan baju untuk meraih kondisi ekonomi yang lebih baik. (singsingkan lengan baju = semangat tinggi).

Dari beberapa contoh dan penjelasan mengenai kosakata emotif di atas, tentu bisa memiliki pemahaman lebih mengenai kosakata jenis ini. Sehingga bisa digunakan dalam menyusun kalimat yang lebih berpengaruh pada emosi pembaca atau pendengar. 

Jika memiliki pertanyaan, jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda atau kolega. Semoga bermanfaat. 

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Menulis Draft Buku dalam 6 Langkah Mudah

Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…

1 jam ago

7 Hal yang Harus Diperhatikan saat Melakukan Self Editing

Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…

1 jam ago

25 Pilihan Platform AI untuk Parafrase

Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…

1 jam ago

15 Pilihan AI untuk Membuat Mind Mapping

Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…

1 jam ago

13 AI untuk Cek Plagiarisme dengan Akurasi Tinggi

Kemajuan teknologi memberi kemudahan dalam mengecek plagiarisme. Salah satunya melalui teknologi AI untuk cek plagiarisme.…

1 jam ago

Cara Menentukan Indikator Penelitian

Melakukan kegiatan apapun tentu perlu dinilai untuk diketahui berhasil tidaknya mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.…

1 jam ago