Manfaat Menulis Jurnal; Mengenal Publikasi Jurnal Scopus.
Lembaga pendidikan termasuk Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) menulis publikasi sudah merupakan kewajiban dari dosen, baik lektor kepala maupun profesor. Sesuai dengan Permenristekdikti No. 20 Tahun 2017, seorang ilmuwan sudah semestinya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menyebarluaskannya kepada masyarakat. Tapi sayangnya, dari 5.366 orang guru besar yang ada di Indonesia, masih ada sekira 3.800 orang yang belum melakukan publikasi jurnal ilmiah internasional. Artinya, hanya ada sekira 1.500 orang yang telah memenuhi kewajiban mereka sebagai profesor.
Terlebih karena alasan Indonesia memiliki kebiasaan menulis yang masih kurang. Sementara negara di ASEAN yang sudah memiliki kebiasaan menulis yang baik yakni Singapura dan Malaysia. Padahal jika ditelisik lebih jauh menulis memiliki banyak keunggulan. Dengan menulis jurnal, mau tidak mau dosen dituntut untuk mempelajari bahkan melakukan penelitian sendiri. Hasil dari penelitian akan menambah wawasan dosen dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya. Bahkan dengan menulis buku, dosen justru tidak dirugikan, tetapi diuntungkan dengan banyak hal.
Berbagai penelitian yang dilakukan dosen, baik berasal dari proyek ataupun individu tentu bisa dijadikan sumber inspirasi untuk menulis buku. Kondisi yang demikian seharusnya dapat mendorong dosen untuk menerbitkan buku karya ilmiah sebagai tambahan sumber ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari oleh mahasiswa di kelas. Selain itu, dengan menulis buku berarti dosen telah melaksanakan tanggungjawab dan kewajiban yang harus dilakukan di lingkungan akademis.
Kewajiban menulis publikasi atau sering disebut jurnal tidak hanya dilakukan oleh dosen atau tenaga pendidik saja. Sebagai seorang sarjana harus memiliki kemampuan menulis secara ilmiah. Sarjana harus punya kemampuan menulis secara ilmiah. Apa saja yang ia pelajari selama kuliah, termasuk bisa juga ringkasan skripsi.
Kemudian aturan ini sengaja dibuat untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam hal membuat karya ilmiah. Berdasarkan data Kemdikbud, jumlah karya ilmiah yang dihasilkan perguruan tinggi Indonesia saat ini masih rendah, hanya sepertujuh jika dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
Selain itu, membuat jurnal, kita bisa merekam ide kita, ketertarikan, rencana kita dalam hidup, dan yang terpenting kita bisa merekam cara kita berpikir. Dengan begitu, kita bisa mencari tahu siapa kita sebenarnya, apa yang sebenarnya kita inginkan, dan kita juga bisa dapat mengerti diri kita sendiri dengan sangat baik. Saat kita menulis, kita belajar. Jadi, setiap kita menulis buah pemikiran kita, kita bisa mempelajarinya atau mengembangkan diri kita ke level yang lebih baik lagi.
Lalu saat kita membuat jurnal, kita bisa kembali ke masa lalu dan melihat apa saja yang sudah kita raih, atau apa saja yang belum kita raih. Kita bisa menemukan kepuasan tersendiri melihat kesuksesan kita atau mempelajari kesalahan kita. Dan itu bisa membuat kita untuk meningkatkan apa yang sudah kita raih dan menambah semangat untuk meraih apa yang belum kita raih. Selain itu, kita juga bisa melihat perkembangan diri kita sendiri, dan kita bisa melihat diri kita sendiri sebagaimana orang lain melihat kita, karena mungkin saja saat kita membacanya, kita merasa bahwa diri kita terlalu arogan, dan jadi kita bisa mengubahnya.
Perlu diingat juga bahwa menulis jurnal juga merupakan investasi ilmu bagi anak cucu kita kelak. Jurnal dapat dijadikan bahan inspirasi untuk anak cucu kita. Layaknya sebuah dongeng tentang pahlawan, anak kecil akan terinspirasi dengan keberanian sang pahlawan dalam membela kebenaran. Tapi dengan kita menulis jurnal, kita bisa membiarkan anak cucu kita membaca tentang kita di masa lalu dan itu bisa membuatnya terinspirasi dan membuat dia dapat meraih lebih dari apa yang sudah kita raih. Bagaimanapun, seorang anak pasti lebih senang jika pahlawan di dongeng itu adalah ayah/ibu atau kakek/nenek mereka sendiri, bukan?
Scopus merupakan salah satu database (pusat data) sutasi atau literatur ilmiah yang dimiliki oleh penerbit terkemuka dunia, Elsvier. Scopus mulai diperkenalkan ke masyarakat luas pada tahun 2004. Scopus biasanya bersaing ketat dengan Web of Science (WOS) yang diterbitkan oleh Thomson Reuters yang juga menjadi pusat data terbesar di dunia. Wajar saja, sebab WOS lebih dulu terbit dibandingkan dengan Scopus. Namun kenyataan di lapangan, Scopus lebih banyak diminati dan menyediakan lebih banyak jurnal (20% lebih banyak) jika dibandingkan dengan WOS. Selain scopus, data base lain yang memiliki jangkau data banyak adalah Sciencedirect. Fyi, Sciencedirect juga diterbitkan oleh Elsevier. Kedua database ini berfokus pada 4 bidang ilmiah yakni sains fisik dan teknik, ilmu hayati, ilmu kesehatan dan ilmu sosial humaniora.
Meski begitu, Scopus tetap memiliki cakupan jurnal yang lebih banyak dibandingan dengan sciencedirect. Sementara sciencedirect hanya berisi data tentang artikel dalam jurnal-jurnal terbitan elsebier. Selain menampilkan karya ilmiah, scopus juga menyajikan data hak paten berbagai penelitian di dunia.
Scopus juga menyediakan layanan untuk menilai apakah suatu jurnal berdampak yang signifikan atau tidak. Tingkat pengaruh ini dicantumkan sebagai Simago Journal Rank (SJR). SJR mengukur sejauh mana dampak saintifik rata-rata artikel dalam jurnal. Cara pengukuran tingkat dampak pada SJR pada prinsipnya sama dengan perhitungan Impact Factor (IF) yang dikeluarkan oleh Thomson Reuters. IF adalah rata-rata artikel pada suatu jurnal disitasi pada periode 2 tahun. Dari banyak keuntungan dan diminati banyak orang, tak heran jika banyak juga penulis yang akhirnya berlomba-lomba supaya jurnal terindeks scopus.
Tidak semua jurnal dapat dipublikasikan ke Scopus. Scopus sendiri memiliki standart yang harus dipenuhi. Anda harus banyak latihan terlebih dahulu dan penuhi beberapa cara ini.
Perlu diketahui bahwa menulis jurnal tidak seperti menulis artikel biasa atau buku harian. Menulis jurnal memerlukan keahlian menulis yang baik, setidaknya Anda bisa memilih kata yang pas, tidak bertele-tele, dan yang terpenting mudah dipahami. Seperti yang diketahui, menulis bukanlah sebuah bakat, namun lebih mengarah ke kemampuan. Jadi tak ada alasan untuk mengatakan tidak bisa menulis jurnal. Semua bisa, asalkan tekad untuk belajar.
Kemampuan dalam penulisan akan semakin terasah jika frekuensi penulisan semakin tinggi. Jadi tidak ada alasan ‘bosan’ dalam menulis jurnal ilmiah ini. Menulis membutuhkan kemampuan yang selalu terasah.
Apabila Anda sudah terbiasa dalam menulis jurnal maka akan semakin banyak paper Anda yang diterima di jurnal bereputasi. Selain itu, kesempatan mendapatkan ide-ide dalam menulis juga semakin terbuka.
Membuat tertarik pembaca jurnal adalah hal yang penting, apalagi jika Anda ingin jurnal masuk ke dalam scopus. Pembaca jurnal adalah koreksi terbaik untuk jurnal Anda, karena tidak ada yang membaca jurnal Anda lebih teliti dari pembaca.
Akan lebih menarik lagi jika jurnal yang Anda buat menggunakan referensi dari hasil penelitian pembaca. Boleh kok dilakukan, asalkan benar-benar mendukung paper yang Anda buat tadi.
Poin yang harus sangat-sangat diperhatikan. Apapun karya ilmiah yang Anda tulis, jangan sampai hasil plagiat alias copy-paste. Ibaratnya, sebaik apapun karya ilmiah yang Anda tulis, jika hasil dari copy/paste karya orang lain pasti tidak akan mendapatkan apresiasi dari khalayak umum. Bahkan Anda masih dianggap plagiat jika copy/paste dari hasil karya Anda sendiri yang sudah publish.
Langkah selanjutnya, Anda perlu membuat manuscript jurnal yang mudah dipahami. Pembuatan manuscript jurnal yang baik akan memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Perlu Anda cermati dua hal penting agar pembuatan manuscript dapat optimal yaitu konten dan presentasi.
Konten jurnal yang Anda buat perlu dipikirkan mengenai kemanfaatannya di masyarakat secara umum. Jika sudah memiliki kemanfaatan yang tinggi, tuliskan dalam bentuk narasi yang semenarik mungkin. Supaya paper atau jurnal Anda mudah dipahami oleh pembaca, sampaikan informasi melalui tulisan secara jelas dan dapat diterima oleh akal sehat. Dengan begitu, jurnal Anda akan dicari dan dapat direkomendasikan di scopus.
Sebelum Anda menulis jurnal sebaiknya Anda pikirkan dulu untuk siapa dan tujuannya apa. Dari sana Anda akan menemukan sasaran pasar jurnal yang tepat. Sederhananya cara ini dapat menentukan sasaran pasar, kepada siapa jurnal tersebut Anda tujukan. Penting untuk Anda ketahui terkait minat pembaca, ketahui apa-apa yang paling diminati oleh kebanyakan pembaca dan ketika Anda menulis – ingatlah calon pembacanya.
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini: KIRIM NASKAH
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!
Kontributor: Novia Intan
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…