Selain membutuhkan kreativitas dan inovasi dalam pembuatannya, menulis buku ilmiah juga membutuhkan ketelitian tinggi untuk menghindari kesalahan logika pemikiran.
Semua penulis buku memiliki aspek yang manusiawi, bahwasanya semua orang tidak akan pernah luput dari kesalahan – Kesempurnaan hakikatnya hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Dari aspek inilah juga penulis terkadang dapat menemukan hal baru bersifat resolusi, dengan belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya. Namun, tidak semua kesalahan dapat menimbulkan dampak positif kepada pelakunya. Justru mayoritas kesalahan memiliki esensi negatif yang terkadang dapat menjatuhkan pelakunya. Maka dari itu, kesalahan adalah yang patut dihindari.
Terutama ketika menulis buku ilmiah, kesalahan atau kekeliruan dalam konteks ini bukanlah perkara sepele. Pasalnya, validitas dan kredibilitas tulisan ilmiah dapat diukur melalui kuantitas kesalahan yang termuat dalam suatu artikel ilmiah. Pada beberapa kasus pula, kuantitas kesalahan yang sedikit juga masih dapat menurunkan nilai validitas dan kredibilitas suatu tulisan, hanya dengan satu kesalahan fatal. Hal ini juga terlahir dari kurangnya tanggung jawab penulis ilmiah dalam menulis. Terutama dalam menulis buku, kekeliruan adalah bentuk barometer tanggung jawab seorang penulis dari sudut pandang negatif.
Berbagai cara diciptakan untuk menghidari kesalahan dalam menulis buku ilmiah. Kesalahan tersebut memuat kekeliruan-kekeliruan logika ilmiah yang terkadang luput dari perhatian penulis. Oleh karena itu, berikut ini 7 (tujuh) kekeliruan logika ilmiah yang dapat menimpa sang penulis dalam menulis buku ilmiah.
1. Kekeliruan Informasi
Kekeliruan informasi adalah kekeliruan yang terdapat dalam penempatan informasi terhadap gagasan yang ingin disampaikan. Kekeliruan tersebut kerap terjadi ketika penulis belum memahami makna dari rangkaian kata terhadap gagasan pokok yang ingin disampaikan. Ditambah lagi, kesalahan tersebut pastinya akan diperparah dengan minimnya pengalaman penulis dalam menggali informasi. Hal itu nantinya membuat penulis untuk menuliskan gagasannya apa adanya. Berikut ini contoh kekeliruan informasi dalam konteks logika ilmiah:
“Kuliah di Universitas Negeri X sangatlah nyaman dan aman”
Pernyataan ini bisa jadi keliru karena konteks “nyaman” dan “aman” hanya diperuntukan kepada lingkungan yang asri dan tenang. Lingkungan tersebut jauh dari kebisingan lalu lintas, yang belum tentu benar-benar aman dan nyaman sebagai lingkungan ataupun tempat untuk berkuliah. Hal ini akhirnya dapat menimbulkan kekeliruan informasi.
2. Kekeliruan diksi
Penggunaan diksi adalah hal yang lumrah dalam menulis buku ilmiah. Diksi dapat memberikan kejelasan gagasan sesuai porsi dan parameter yang diinginkan. Selain itu, penggunaan diksi juga dapat memberikan gambaran imajinatif terhadap kualitas ataupun kuantitas suatu hal yang diperbincangkan. Namun, tidak sedikit dari penulis masih belum paham menggunakan diksi yang pas dengan gagasannya. Berikut ini contoh kekeliruan penggunaan diksi dalam logika ilmiah.
“Dengan daya 200 Watt, lampu tersebut masih tidak terlalu terang”
Penggunaan diksi yang keliru disini terdapat pada prasa “tidak terlalu terang”. Pilihan kata ini membuat kurang tepat karena memberikan penjelasan yang masih mengawang-awang. Jika penulis merasa bahwa lampu yang ditelitinya lebih condong ke tidak terang, sebaiknya tulis saja dengan tidak terang. Jika memang daya pijar lampu berada di titik terang maupun gelap, sebaikya gunakan kata “remang-remang”. Penulis juga dapat membuat level tersendiri supaya lebih jelas. Seperti; Gelap (tidak terang) – Remang-remang – Terang (tidak gelap).
“Baju-baju yang dijual distro itu cukup murah”
Dalam kalimat ini, kekeliruan terdapat pada pilihan kata cukup murah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, diksi semacam ini tidak memberikan sesuatu yang bermakna pasti.
Alasan mengapa makna pasti sangat dituntut dalam hal ini adalah logika ilmiah harus berlandaskan tentang kepastian. Bukan berarti membatasi penggunaan kata ataupun diksi dalam suatu karya ilmiah, logika ilmiah menjadi prioritas utama. Pada hakikatnya gagasan yang pasti akan mengarahkan kepada tulisan ilmiah yang bermutu.
3. Kekeliruan Argumentasi
Jenis kekeliruan ini sifatnya lebih kompleks. Hal ini dikarenakan, kekeliruan jenis ini memiliki ketergantungan terhadap gagasan satu dengan yang lainnya, atau dalam kata lain bertalian. Dalam kata lain, kekeliruan ini dapat disebut juga sebagai kombinasi dari berbagai jenis kekeliruan dalam logika ilmiah. Berikut ini contoh kekeliruannya:
“Program KB sebenarnya tidak perlu dilaksanakan karena Papua, Kalimantan, dan Sulawesi masih belum dipadati penduduk” – Kalimat ini keliru secara logika ilmiah karena penulis “berputus asa” secara tidak langsung, dengan menghindari pokok masalah itu sendiri.
“Kepemimpinan Ahok sangatlah diragukan karena dia seorang etnis cina dan nonmuslim” – Kalimat ini keliru secara logika ilmiah karena alasan yang diberikan bukan mengenai pokok masalahnya yaitu “Kepemimpinan”.
“Menurut Raffi Ahmad, hukuman kebiri bagi para pelaku pemerkosa Yuyun harus ditegakkan” – Kalimat ini keliru secara logika ilmiah karena kutipan yang dituliskan tidak bersumber dari pakarnya.
“Johny adalah pria bule berambut kriting, sehingga dapat dipastikan bahwa dia susah untuk diatur.” – Kalimat ini keliru secara logika ilmiah karena alasan diambil berdasarkan pandangan apriori.
4. Kekeliruan Ambiguitas
Jenis kekeliruan dalam menulis buku ilmiah ini adalah yang termudah untuk dihindari. Mengapa? Alasannya adalah kekeliruan ini dapat ditanggulangi dengan memperhatikan komponen-komponen dasar pada kalimat, seperti tanda baca. Tanda baca adalah alat bantu yang sangat efektif untuk menghindari kekeliruan ini, walaupun tidak hanya tanda baca yang dapat menanggulanginya. Penulis yang peka terhadap makna ganda (ambiguitas) akan mudah untuk mengatasinya. Berikut contohnya:
“Istri rektor universitas yang baru itu memberikan sambutan kepada mahasiswa baru”
Cobalah perhatikan apa saja ‘yang baru’ dari makna kalimat tersebut? Bisa jadi istrinya yang baru, atau istri dari rektor yang baru, ataupun istri rektor dari universitas yang baru saja berdiri. Tentunya akan membuat kita pusing tujuh keliling.
5. Kekeliruan Penegasan
Misalkan ada pernyataan “Para mahasiswa Universitas Z adalah penggerak bangsa”,maka harus ditegaskan pula pernyataan ini. Jangan memberikan statement yang terlalu berlebih agar tidak menjadi blunder. Jika penulis ingin melakukan endorsement terhadap kelompok tertentu, sebaiknya berikan data faktual yang ada di lapangan.
6. Kekeliruan Akibat Peremehan
Meremehkan suatu hal dalam menulis buku ilmiah bukanlah hal yang etis dilakukan oleh penulis. Jikalau memang ada data yang bersifat negatif kepada hal tersebut, maka penulis yang kredibel tidak harus melakukan downgrade terhadap hal tersebut. Contoh kalimatnya “Jangan percaya dengan Doni, karena ayahnya adalah seorang koruptor kelas kakap” Dengan meremehkan orang yang disebut dalam kalimat ini, penulis secara tidak langsung melakukan justifikasi bahwa orang tersebut juga adalah koruptor.
7. Kekeliruan Psikologis
Aspek psikologis juga berperan penting dalam pengembangan tulisan. Misalkan penulis menuliskan “Pemerintahan SBY telah gagal total”, pasti tidak lain tidak bukan ingin menjatuhkan orang tertentu dengan pendekatan emosional. Secara hukum kalimat dan berbagai kaidah berbahasa pernyataan ini tidak salah secara structural, namun tidak baik secara etika. Serta, dalam logika ilmiah, hal ini bukanlah hal yang logis untuk dicantumkan dalam kegiatan menulis buku ilmiah.
Kesimpulannya, segala kesalahan wajib untuk dihindari jika kita mampu melakukannya. Bahkan dalam aktivitas menulis buku apapun jenisnya. Untuk itu, marilah segera introspeksi diri serta berbenah diri untuk dapat melakukan kegiatan yang maksimal. Semoga bermanfaat dan selamat menulis!
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini: KIRIM NASKAH
Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang buku ajar anda dapat melihat Artikel-artikel berikut:
Teknik Menulis Buku Ilmiah untuk Seorang Akademisi atau Peneliti
Cara membuat buku Ilmiah menggunakan 6 Sumber Inspirasi Menulis
Ingin Menulis Buku Ilmiah? Gunakan Tips Jitu Berikut Ini!
Teknik Menulis: Inilah 6 Tips Menulis Buku Ilmiah
Hindarilah Menulis Buku Ilmiah Dengan Bahasa Kaku nan Membosankan!
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!
[Mas Aji Gustiawan]
Referensi :
Wibowo, Wahyu . 2013. Menulis Artikel Ilmiah Yang Komunikatf. Yogyakarta: PT Bumi Aksara
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…