Model pembelajaran merupakan tingkatan tertinggi dalam kerangka pembelajaran karena mencakup keseluruhan tingkatan. Lingkupnya yaitu keseluruhan kerangka pembelajaran karena memberikan pemahaman dasar atau filosofis dalam pembelajaran. Dalam model pembelajaran, terdapat strategi yang menjelaskan operasional, alat, atau teknik yang digunakan siswa dalam prosesnya. Selanjutnya, di dalam strategi pembelajaran ada metode pembelajaran yang menjelaskan langkah-langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tingkatan ini memiliki fungsi untuk menjelaskan hubungan dari kerangka pembelajaran tersebut.
Istilah model pembelajaran ini sering diartikan sebagai pendekatan pembelajaran. Dalam pendekatan pembelajaran, di dalamnya terdapat rencana-rencana dan alur yang digunakan sebagai petunjuk dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Mengingat model pembelajaran adalah dasar untuk strategi dan metode , perlu diketahui pengertian model pembelajaran menurut beberapa ahli untuk mengetahui lebih jauh.
Istilah model pembelajaran mengarah pada pendekatan tertentu terhadap instruksi yang terdiri dari tujuan, sintaks (pola urutan atau alur), lingkungan, dan sistem pengelolaan secara keseluruhannya. Instruksi yang dimaksud adalah segala ketentuan yang dimaksudkan untuk dikerjakan, dalam hal ini adalah siswa. Menurut Arends, seperangkat instruksi ini perlu memenuhi berbagai komponen agar dapat menjadi kesatuan model pembelajaran yang utuh dan berfungsi dengan baik untuk siswa.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dalam hal ini penentuan model pembelajaran tidak lepas dari mempertimbangkan tujuan pembelajaran. Kesinambungan model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran cenderung akan mempermudah dalam penyusunan model pembelajaran secara menyeluruh. Ketika keduanya sinkron dan penggambaran keseluruhannya sudah jelas, penyusunan strategi dan metode pembelajaran bisa menjadi lebih mudah.
Baca Juga: 14 Aplikasi Pembelajaran Daring yang Bisa Kamu Coba
Fungsi model pembelajaran yaitu sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar dan mengajar sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu dan model pembelajaran yang digunakan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. Oleh sebab itu, model pembelajaran sebagai kerangka konseptual menjadi pedoman bagi guru agar kualitas kegiatan belajar dan mengajar dari masa ke masa terus membaik dan lebih baik dari sebelumnya.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Pengertian ini hampir senada dengan Adi, namun Trianto di sini lebih menjabarkan pada komponen-komponen dalam model pembelajaran. Komponen-komponen tersebut di antaranya tujuan pembelajaran, langkah-langkah, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Rofa’ah dalam Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam Perspektif Islam (2016) menjelaskan ciri-ciri model pembelajaran yang baik. Adapun ciri model pembelajaran yang baik ini perlu untuk memberikan arahan atau indikator kepada guru dalam penyusunannya.
Studi tentang model pembelajaran terus berkembang dan hal ini didasari oleh harapan agar dari masa ke masa bisa menjadi lebih baik. Sebab upaya memperbaiki dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa.
Memahami kondisi siswa sangat penting karena model pembelajaran ada diperuntukkan demi kepentingan mereka. Tidak hanya itu, tetapi juga memahami apa yang mereka butuhkan.
Poin ini berkaitan dengan strategi dan metode pembelajaran yang tidak hanya menuntut siswa berperilaku tertentu, tetapi guru juga diperlukan untuk berperilaku tertentu yang dapat mendukung model pembelajaran. Hal ini dikarenakan kerja sama yang baik antara guru dan siswa juga merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran.
Baca Juga: 10 Metode Pembelajaran Kurikulum 2013
Memahami kondisi lingkungan belajar yang sudah ada dan mengusahakan agar menjadi lebih baik merupakan ciri model pembelajaran yang baik karena lingkungan yang baik akan sangat mendukung kinerja siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri model pembelajaran yang baik menurut Rofa’ah, keempat poin tersebut berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebagaimana yang disebutkan oleh Robert M. Gagné (1999), diperlukan kondisi internal dan eksternal yang baik untuk tercapainya hasil pembelajaran yang diharapkan.
Kondisi internal dipahami sebagai peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Sedangkan kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Berdasarkan kondisi internal dan eksternal, guru perlu memperhatikan dan menyusun pembelajaran yang dapat merangsang dan mengaktifkan memori siswa sesuai materi yang diberikan sebelumnya dan dapat menghubungkannya dengan materi terbaru. Setelah melihat kondisi internal dan eksternal tersebut, menghasilkan ekspektasi hasil belajar yang dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, kemampuan motorik, dan perilaku.
Jenis-jenis model pembelajaran yang dijelaskan oleh para ahli beragam. Salah satu referensi yang paling sering digunakan adalah model pembelajaran Richard Arends (2012) yang terdiri dari delapan jenis. Di antaranya presentasi dan penjelasan, langsung, media visual dan teks, inkuiri, teaching thinking, berbasis kasus, kooperatif, dan berbasis masalah. Selain jenisnya yang beragam, pengaplikasiannya juga beragam dan bergantung pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh guru. Maka dari itu, jenis-jenisnya dapat disesuaikan dengan konteks kebutuhan yang bersangkutan.
Beragam model pembelajaran yang dijelaskan di bawah ini merupakan jenis yang sering dibahas dan digunakan di Indonesia. Sehingga harapannya dapat langsung memproyeksikan jenis model pembelajaran yang lebih cocok untuk kerangka pembelajaran di Indonesia.
Definisi pembelajaran langsung adalah jenis model pembelajaran dimana materi pembelajaran disusun oleh guru untuk disampaikan secara langsung kepada siswa. Model ini memiliki kaitan dengan metode pembelajaran ekspositori, yaitu penyampaian materi dari guru ke murid dilaksanakan secara langsung melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab.
Karakteristik model pembelajaran langsung dapat dijelaskan sebagai berikut.
Model pembelajaran langsung memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini juga berlaku pada jenis model pembelajaran lainnya karena jika dikembalikan pada konsep awal penyusunan model pembelajaran, perancangan kerangka pembelajaran didasarkan pada kesesuaiannya dengan kondisi guru dan siswa serta sejalan dengan tujuan yang akan dicapai atau tidak.
Ada lima poin kelebihan model pembelajaran langsung.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran langsung diantaranya:
Pusing saat siswa Anda tak kunjung paham materi? Berikan saja MEDIA PEMBELAJARAN (PPT+VIDEO) dari buku ajar Anda. Tak perlu pusing membuatnya karena akan kami buatkan secara GRATIS! Bagaimana caranya mendapatkannya?
Ambil Diskon Terbit E-Book hingga 30%! Buat buku ajar cetak jadi buku digital dan dapatkan semua fasilitas media pembelajaran, voucher diskon HaKI, cashback, fasilitas e-book premium, dan masih banyak lagi. Yuk, terbitkan e-book sekarang dan dapatkan semua bonus dan fasilitasnya!
Konsep ini memberikan siswa kesempatan untuk belajar dengan salah satu strategi pembelajaran yaitu penyelidikan dan inkuiri terhadap situasi masalah yang autentik atau terjadi di kehidupan nyata. Model ini mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah menggunakan kemampuan nalar dan melatih kemampuan belajar secara independen.
Pembelajaran berbasis masalah ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
Baca Juga: 7 Macam Metode Pembelajaran yang Kerap Digunakan
Kemudian kelebihan dari model pembelajaran berbasis masalah ini meliputi:
Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari:
Model ini menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Kompetensi siswa dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam menghubungkannya. Berfokus pada ‘bagaimana cara’ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka, model ini lebih mementingkan strategi belajar daripada hasilnya. Oleh karena berkutat pada kedekatannya dengan kehidupan nyata, umpan balik diperlukan untuk mengembalikan pada karakteristik model pembelajaran kontekstual ini.
Komponen utama model pembelajaran kontekstual meliputi:
Pembelajaran kooperatif ini hampir sama dengan pembelajaran kontekstual dalam hal membuat siswa dapat bekerja sama dalam satu kelompok. Hanya saja model ini lebih menekankan pada esensi kerjasama dalam pembelajaran. Meskipun begitu, model kooperatif ini penting dalam praktik pendidikan karena selain meningkatkan pencapaian hasil belajar, juga mengembangkan hubungan antar teman dan kelompok.
Baca Juga: 16 Aplikasi Pembelajaran Online Gratis
Ada tiga konsep yang juga merupakan karakteristik model pembelajaran kooperatif.
Model ini dibagi lagi ke dalam beberapa tipe diantaranya jigsaw, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Numbered Head Together (NHT), menggunakan kartu, Student Teams Achievement Divisions (STAD), dan Team Game Tournament (TGT). Penjelasannya dapat dipahami sebagai berikut.
Pembelajaran tipe jigsaw dilakukan dengan cara siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam satu kelompok diberi tugas untuk membaca materi dengan topik berbeda-beda sehingga setiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan topik bacaan yang berbeda. Usai membaca, setiap siswa yang mendapatkan topik bacaan yang sama dari kelompok yang berbeda diminta untuk mendiskusikan topik yang sudah mereka baca. Setelah berdiskusi, mereka kembali ke kelompok masing-masing untuk bertukar materi dari hasil diskusi sebelumnya.
Tipe jigsaw akan lebih maksimal jika digunakan untuk pelajaran dalam bidang ilmu sosial dengan materi yang tertulis. Materi yang sudah tersedia dapat meminimalisir kemungkinan siswa mendapatkan informasi yang kurang benar, apalagi dalam tipe ini mereka diharuskan menjelaskan materi yang sudah dibaca.
Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Dalam satu kelompok, mereka diberikan bacaan sesuai topik yang sedang dipelajari untuk kemudian didiskusikan dalam kelompok masing-masing. Setelah berdiskusi, mereka diminta menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap topik yang sudah dipelajari. Selanjutnya tiap kelompok diminta untuk menyampaikan ide pokok dan tanggapan ke forum kelas agar mendapat tanggapan dari kelompok lain. Untuk mengakhiri kelas, guru kemudian menyampaikan kesimpulan.
CIRC mendorong siswa untuk aktif dan reaktif terhadap dinamika diskusi. Dalam satu kelompok akan ada yang membantu teman lainnya yang kesulitan. Siswa akan terdorong untuk bertanya ketika dirasa ada yang tidak dipahami. Adanya diskusi juga akan mendorong siswa untuk berbicara dalam forum kelas, berpendapat, menyanggah, dan seterusnya.
Baca Juga: Pengertian Modul Pembelajaran : Ciri-ciri, Kelebihan dan Kekurangannya
Tipe kooperatif ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menumbuhkan kemampuan berargumentasi dan berpendapat. Setelah dibagi kelompok dan materi, siswa menyatukan pendapat dengan mengerjakan lembar kerja siswa di bawah bimbingan guru dan memastikan setiap anggota kelompoknya sudah mengetahui jawaban dari materi. Kemudian guru memanggil siswa berdasarkan nomor urut mereka untuk menjawab pertanyaan.
NHT ini bisa jadi tipe yang paling membuat siswa gelisah karena siswa cenderung khawatir jika jawaban mereka salah. Oleh sebab itu, jika jawaban siswa salah, guru tetap harus tenang, menenangkan siswa, dan memberikan arahan yang benar.
Berdasarkan tipe ini, hal yang dilakukan dalam pembelajaran adalah menggunakan kartu berisi pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban sebagai instrumen belajar. Guru dapat membagi siswa sepasang-sepasang. Sepasang siswa menjawab kartu-kartu pertanyaan siswa lainnya. Setelah itu, mereka bertukar kembali untuk mengoreksi jawabannya.
Kelebihan dari tipe menggunakan kartu adalah lebih menyenangkan bagi siswa, selain juga karena mereka bisa berinteraksi dengan siswa lainnya. Tipe ini juga berlaku untuk hampir semua mata pelajaran. Sedangkan tantangan dari tipe ini adalah siswa harus tahu jawaban dari pertanyaan, yang tetap saja pada akhirnya guru perlu memantau jalannya proses ini.
Gagasan utama tipe STAD adalah memotivasi siswa agar saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Secara teknik, tipe ini bisa dibilang cenderung sederhana.
Keunggulan STAD ada pada penekanan pada aktivitas dan interaksi siswa satu sama lain untuk saling memotivasi dan membantu menguasai materi pelajaran. Kemudian setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam menunjukkan kemampuannya. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam tipe ini adalah pengaturan tempat duduk. Sebab pengaturan tempat duduk yang tidak baik dapat menyebabkan gagalnya pembelajaran dalam kelas.
TGT memiliki kesamaan dengan tipe STAD kecuali TGT menggunakan sistem turnamen akademik yang mendorong siswa menjadi lebih ambisius dan kompetitif. Komponen dalam tipe TGT terdiri dari presentasi di kelas. Siswa harus memperhatikan betul presentasi di kelas untuk memahami materi sehingga dapat mengerjakan kuis. Komponen kedua adalah tim yang mana sudah merupakan komponen utama dalam jenis pembelajaran kooperatif itu sendiri.
Komponen ketiga, game yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa dari materi yang sudah dijelaskan melalui presentasi sebelumnya. Komponen keempat adalah turnamen itu sendiri. Kelima adalah penilaian tim. Komponen kelima ini juga penting untuk merefleksikan performa tim setelah melalui komponen keempat (turnamen) yang merupakan bagian esensial dari tipe pembelajaran kooperatif ini.
Berdasarkan penjelasan tentang berbagai jenis di atas, bisa diketahui bahwa jenis dan turunan dari setiap modelnya bisa jadi sangat banyak. Perkembangannya pun dapat dilihat dengan membacanya dari berbagai pendapat ahli. Perlu diketahui bahwa apapun jenisyang ada, selalu dikembalikan pada kebutuhan dan kondisi guru dan siswa. Pilihan yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan siswa dan guru.
Baca Juga: Template Modul Pembelajaran dan Tips Membuatnya
Meskipun ada banyak referensi, pembahasan petunjuk menentukan model pembelajaran dan menyusun kerangka pembelajaran yang benar itu penting. Seperti yang telah dijelaskan di atas oleh Rofa’ah dalam Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam Perspektif Islam adalah satu referensi yang bagus.
Pernahkah mendapati penulisan konjungsi di awal kalimat? Dijamin pernah. Saat menuangkan isi pikiran dalam bentuk…
Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…
Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…
Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…
Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…
Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…