Information

Metode Observasi Sistematis: Perbedaan, Kelebihan, Contoh

Salah satu teknik atau metode dalam pengumpulan data penelitian adalah melakukan observasi sistematis. Observasi atau pengamatan, menjadi salah satu cara yang cukup banyak digunakan oleh peneliti dalam proses pengumpulan data. 

Salah satu jenis observasi adalah yang bersifat sistematis. Observasi jenis ini membantu melakukan proses pengamatan dengan prosedur yang jelas. Prosedur ini kemudian dipatuhi oleh peneliti untuk mendukung kelancaran observasi dan meningkatkan kualitas data.

Jika penelitian yang akan Anda lakukan terbilang cocok dengan observasi yang bersifat sistematis ini. Baca terlebih dahulu metode ini secara lengkap berikut ini!

Apa Itu Observasi Sistematis?

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), observasi adalah peninjauan secara cermat. Mengutip dari buku berjudul Pengantar Micro Teaching karya Uswatun Hasanah (2020), observasi adalah teknik untuk melihat dan mengamati berbagai perubahan fenomena sosial yang terus tumbuh serta berkembang.

Secara sederhana, observasi adalah teknik pengumpulan data penelitian dengan cara mengamati berbagai perubahan fenomena. Secara garis besar, observasi terbagi menjadi tiga jenis, yakni observasi partisipasi, observasi sistematis, dan observasi eksperimental. 

Dilihat dari sifatnya, observasi terbagi menjadi dua yakni sistematis dan nonsistematis. Mengutip dari buku Evaluasi Program Pendidikan karya Al Fajri Bahri, dkk. (2022), observasi sistematis adalah bentuk observasi yang diarahkan berdasarkan pengkategorian bentuk dan jenis data pengamatan yang sudah disusun secara rinci.

Secara sederhana, observasi yang sistematis adalah metode observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman atau instrumen tertentu untuk mencatat data secara terstruktur dan objektif.

Seperti penjelasan di awal, observasi jenis ini menggunakan suatu prosedur yang jelas dan ditetapkan sebelumnya. Sehingga prosesnya terstruktur, terencana, lebih objektif, dan bahkan bisa diulangi lagi karena prosedur atau tahapannya jelas.

Sebelum observasi jenis ini dilakukan, peneliti akan menentukan sejumlah faktor yang menjadi alasan atau dasar mengapa observasi perlu dilakukan. Umumnya, observasi ini diterapkan pada penelitian kuantitatif, eksperimen, dan evaluasi (misalnya evaluasi kinerja).

Baca lebih lanjut: Observasi : Pengertian, Jenis, Tujuan, Ciri, dan Manfaatnya

Perbedaan Observasi Sistematis dan Nonsistematis

Berikut perbedaan observasi sistematis dan nonsistematis:

1. Struktur

Perbedaan yang pertama terletak pada struktur. Bisa juga dikatakan dari proses penerapannya. Pada observasi yang bersifat sistematis, peneliti akan melakukan kegiatan observasi dengan terencana sehingga lebih terstruktur. 

Sebaliknya, pada observasi nonsistematis tidak ada perencanaan di awal. Sehingga observasi ini dilakukan secara spontan. Apa saja yang dilihat di lapangan atau laboratorium, maka akan dicatat. Sehingga tidak terencana dan tidak terstruktur. 

2. Tujuan

Aspek kedua yang menunjukan perbedaan kedua jenis observasi ini adalah dari tujuan. Pada observasi yang bersifat sistematis, tujuan utamanya sudah ditentukan sejak awal. Yakni di tahap perencanaan sebelum observasi dilakukan. 

Hal ini menjadikan observasi sistematis memiliki tujuan yang jelas dari awal sampai akhir.  Oleh sebab itu, sebelum melakukan observasi, peneliti tidak hanya menentukan faktor yang mendasari observasi tersebut. Melainkan juga tujuannya. 

Lain halnya dengan observasi nonsistematis. Tujuan dari observasi ini tidak ditentukan di awal dan sifatnya lebih fleksibel. Bisa berubah sesuai kondisi dan kebutuhan ketika observasi dilakukan. 

3. Pendekatan

Aspek ketiga yang membedakan keduanya adalah dari teknik pendekatan yang diterapkan. Pada observasi yang sifatnya sistematis, pendekatan secara kuantitatif dan bisa juga secara kualitatif. Kemudian kategorinya juga lebih jelas. 

Contohnya, peneliti ingin mengetahui jumlah siswa kelas 5 SD di SD N X yang datang tepat waktu dalam kurun satu minggu. Maka peneliti menetapkan dua kategori, yakni “Tepat Waktu” dan “Terlambat”.

Hal ini berbeda dengan observasi nonsistematis, dimana pendekatannya cenderung secara kualitatif dan eksplorasi secara mendalam tapi bebas. Artinya, observasi jenis ini akan fokus pada unsur kualitas sehingga data tidak selalu bisa dikategorikan. 

Contoh, peneliti ingin mengamati interaksi siswa dengan guru di kelas. Peneliti tidak harus menentukan kategori, melainkan fokus melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan tersebut.

Sementara, disebut menerapkan pendekatan eksplorasi yang bebas. Sebab teknik observasi nonsistematis tidak terikat kategori atau indikator apapun sehingga peneliti bisa melakukan eksplorasi dalam proses observasi yang dilakukan. 

4. Objektivitas

Perbedaan selanjutnya terletak pada aspek objektivitas dalam proses observasi. Pada teknik observasi sistematis, objektivitasnya tinggi. Hal ini terjadi karena observasi dilakukan dengan perencanaan jelas. Sekaligus ada kategori yang tegas. 

Contohnya, saat peneliti ingin mengetahui jumlah siswa yang datang tepat waktu dalam satu minggu. Maka yang terlambat akan disebut terlambat. Begitu juga sebaliknya, yang datang tepat waktu atau lebih awal akan disebut tepat waktu. 

Sebaliknya, pada observasi nonsistematis cenderung lebih subjektif. Pasalnya peneliti tidak perlu menentukan kategori dalam observasi. Sehingga semua data yang dicatat berdasarkan hasil interpretasi personal si peneliti. 

Contohnya, peneliti ingin mengamati interaksi siswa dengan guru ketika di dalam kelas. Peneliti A bisa saja menginterpretasikan hubungan guru dan siswa baik. Namun, peneliti B bisa saja menginterpretasikannya kurang baik karena data hasil observasi lebih subjektif. 

5. Fokus

Aspek terakhir yang menjadi pembeda adalah pada fokus utama. Dalam observasi sistematis, berhubung sudah ada perencanaan matang sebelumnya. Sekaligus ada penentuan faktor beserta kategori. Maka peneliti akan fokus pada kategori tersebut.

Berbeda dengan observasi nonsistematis yang sifat penerapannya spontan. Tidak ada perencanaan, sehingga fokus pada observasi lebih fleksibel. Peneliti tidak hanya terbatas pada topik yang diteliti. Namun bisa berkembang sesuai kondisi di lapangan. 

Contohnya, saat peneliti ingin mengamati hubungan sosial masyarakat di Pasar Bulu kota Semarang. Maka tidak hanya mengamati interaksi pedagang pasar dengan pembeli. Bisa juga di lapangan, peneliti akan mengamati interaksi antar pedagang pasar. 

Baca Juga: Instrumen Observasi: Pengertian, Macam, Langkah, dan Contohnya

Kelebihan

Berikut kelebihan observasi sistematis:

1. Memiliki Objektivitas Tinggi

Seperti penjelasan sebelumnya, pada observasi yang bersifat sistematis cenderung sangat objektif.Dalam penelitian, objektivitas sangat penting untuk menjaga kualitas data, hasil penelitian, dan semua aspek di dalamnya sehingga validitas tinggi. 

Oleh sebab itu, observasi jenis ini cocok untuk penelitian yang ingin menghindari subjektivitas. Hal ini dapat terjadi karena observasi dilakukan dengan perencanaan matang dan disusun sesuai logika. 

Perencanaan ini akan menjadi dasar dari pelaksanaan observasi. Sehingga peneliti tidak akan subjektif dalam menghimpun data hasil observasi di lapangan maupun laboratorium karena dasar penerapannya lebih jelas. 

2. Observasi Lebih Terstruktur

Kelebihan yang kedua adalah kegiatan observasi menjadi lebih terstruktur. Ada tahap perencanaan atau persiapan, kemudian baru dilakukan observasi. Sehingga, peneliti tidak terkesan aji mumpung saat observasi dilakukan. 

Persiapan yang matang membuat kegiatan observasi memiliki fokus yang jelas. Dengan demikian, peneliti bisa meminimalkan resiko kehilangan fokus dan membuat observasi memakan waktu lebih lama dari rencana awal. 

Selain itu, dengan persiapan yang matang, peneliti lebih mudah melakukan pendataan. Misalnya, sudah tahu data apa saja yang masuk ke pendataan sebab memenuhi kategori yang sudah ditentukan. 

3. Akurasi Data Hasil Observasi Lebih Tinggi

Observasi sistematis juga memiliki akurasi data yang tinggi, yakni data hasil observasi atau pengamatan. Akurasi data observasi lebih tinggi dibanding teknik observasi lain karena fokus pada sejumlah kategori yang sudah ditentukan di awal. 

Ketika observasi dilakukan, fokus ini akan tetap menjadi dasar sehingga data yang masuk ke dalam laporan adalah data yang relevan dengan kategori. Pengambilan atau pemilihan data juga akan memakai dasar atau pola yang sama. 

Hal ini mencegah ada data yang termanipulasi secara tidak sengaja, atau ada kesalahan pendataan. Sebab kategori sudah jelas dan peneliti tinggal mengikuti. Jika ada data yang tidak sesuai kategori, maka tidak akan dicatat dan digunakan. 

3. Data Lebih Mudah Dianalisis

Observasi secara sistematis juga memberikan data yang cenderung lebih mudah dianalisis. Adanya kategori yang jelas dan data dijamin menyesuaikan kategori tersebut. Maka analisis data menjadi lebih mudah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 

4. Memberi Efisiensi saat Observasi Dilakukan

Perencanaan yang matang sebelum melakukan observasi, sekaligus adanya kategori data yang ditetapkan lebih awal. Membuat proses observasi lebih lancar dan memiliki fokus yang jelas dan terjaga. 

Karakter observasi semacam ini menjadikan penerapannya lebih efisien. Peneliti sudah paham apa saja yang perlu dilakukan sebelumnya. Sekaligus sudah paham data seperti apa yang perlu dicatat atau diamati. 

Oleh sebab itu, teknik observasi ini cocok untuk penelitian kualitatif maupun kuantitatif yang memiliki keterbatasan waktu. Sebab proses observasi membutuhkan durasi lebih pendek, sehingga sisa durasi penelitian bisa diisi kegiatan penting lain. 

Kekurangan

Sementara itu, observasi sistematis juga memiliki beberapa kekurangan yang tentu perlu diperhatikan oleh peneliti. Sehingga di awal sudah bisa menentukan apakah teknik observasi ini tepat dipilih atau ada teknik lain yang lebih sesuai. Adapun kekurangan observasi sistematis antara lain: 

1. Mudah Mengabaikan Aspek Lain dalam Observasi

Berhubung observasi secara sistematis cenderung objektif, dimana hanya akan mengacu pada fokus dan kategori data yang ditentukan sebelumnya. Kondisi ini ternyata memberi kelemahan atau kekurangan. 

Salah satunya bisa membuat peneliti mengabaikan aspek lain dalam observasi tersebut. Padahal bisa jadi, aspek yang diabaikan ini perlu diperhatikan dalam pengamatan data penelitian. 

2. Kurang Fleksibel Sehingga Sulit Menangkap Fenomena

Meskipun adanya perencanaan dan penentuan fokus serta kategori dalam observasi. Hal ini ternyata tidak lantas menjadikan observasi secara sistematis sempurna. Pada praktiknya, perencanaan ini menjadikan observasi tidak fleksibel. 

Sehingga bisa membuat peneliti tidak bisa menangkap atau mengabaikan suatu fenomena secara mendalam. Contohnya, saat peneliti ingin mengetahui jumlah siswa SD yang terlambat selama satu minggu. 

Peneliti akan fokus pada jumlah siswa yang terlambat dan yang tidak. Padahal, setiap siswa memiliki alasan tersendiri kenapa bisa terlambat dan kenapa bisa datang lebih awal dari jam sekolah dimulai. Alasan ini akan diabaikan peneliti, karena observasi tidak fleksibel. 

3. Bisa Kehilangan Makna Kontekstual

Meskipun dalam observasi sistematis peneliti bisa mendapatkan data yang akurasinya tinggi. Namun, data ini didapatkan dengan memusatkan fokus pada kategori observasi yang ditentukan di awal. 

Kondisi ini ternyata menjadikan peneliti kehilangan makna kontekstual. Sama seperti contoh sebelumnya, dimana peneliti hanya fokus pada konteks siswa terlambat dan tidak. Namun mengabaikan makna kontekstual terkait alasan keterlambatan siswa. 

4. Tidak Cocok untuk Penelitian Eksplorasi

Dengan karakteristik observasi sistematis yang terstruktur, ada perencanaan detail sebelumnya, dan ada kategori yang ditetapkan sebelum melakukan observasi. Maka membuatnya kurang cocok untuk penelitian eksplorasi.

Dalam penelitian eksplorasi, peneliti bisa saja ingin memahami suatu fenomena secara mendalam. Namun, observasi secara sistematis yang kaku tidak mendukung peneliti fleksibel dalam melakukan pengamatan fenomena tersebut. 

5. Efisien Tapi Cenderung Kaku

Meski kegiatan observasi menjadi lebih efisien dari segi waktu maupun tenaga sampai biaya. Namun hasil observasi cenderung kaku, karena memang terikat dengan seluruh perencanaan yang disusun di awal. 

Sehingga, peneliti akan membatasi sudut pandang dan mengabaikan hal lain di luar fokus utama observasi. Hal ini bisa menjadi kelemahan, karena peneliti bisa kehilangan data yang mempengaruhi fokus utama observasi tadi.

Alasan Teks Laporan Hasil Observasi Ditulis Secara Sistematik

Data dari hasil observasi sistematis juga perlu atau wajib disusun secara sistematik. Adapun alasan penulisan laporan hasil observasi ditulis secara sistematik, antara lain:

1. Data Lebih Jelas dan Mudah Dipahami

Data disusun sistematis karena membantu menjadikan data lebih jelas. Kemudian data yang tersusun rapi ini akan lebih mudah dipahami sehingga meminimalkan resiko ada kesalahan dalam memahaminya. 

2. Memastikan Data Akurat

Alasan kedua, sistematika penyusunan data yang rapi bisa menjaga data tetap akurat. Misalnya, peneliti tidak melewatkan data dalam pemindahannya dari catatan pribadi ke laporan. Sehingga data lengkap dan akurasinya menjadi tinggi. 

3. Memudahkan Proses Analisis Data

Sebelum analisis data dilakukan, peneliti akan merapikan data. Pada data kualitatif, maka ada tahap koding. Semua ini bertujuan untuk memudahkan proses analisis. Jadi, ketika data hasil observasi sistematis disusun rapi maka bisa memudahkan analisisnya.

4. Bisa Dijadikan Referensi

Data hasil observasi yang disusun sistematis juga menjadikannya enak dibaca dan mudah dipahami. Sehingga data ini bisa dijadikan referensi oleh peneliti berikutnya yang mengusung topik relevan. 

Baca Juga: Teks Laporan Hasil Observasi : Pengertian, Tujuan, Fungsi, Ciri-Ciri, Struktur, dan Contoh Lengkap

Contoh Observasi Sistematis

Berikut adalah beberapa contoh dari observasi sistematis yang bisa dipelajari untuk memahami lebih dalam tentang metode ini: 

Contoh Observasi Sistematis 1

Observasi Kehadiran Siswa di Kelas
Observasi ini bertujuan untuk menilai tingkat kedisiplinan siswa dalam datang tepat waktu. Peneliti mencatat jumlah siswa yang hadir menggunakan kategori berikut: Hadir Tepat Waktu, Hadir Tetapi Terlambat, dan Tidak Hadir. Data ini dikumpulkan selama satu bulan untuk menganalisis pola keterlambatan siswa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Contoh Observasi Sistematis 2

Observasi Kebersihan di Taman Kota
Observasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat kebersihan di berbagai area taman kota. Peneliti membagi taman menjadi beberapa zona dan mencatat jenis sampah yang ditemukan dengan kategori berikut: Organik, Plastik, Kertas, dan Logam. Hasil dari observasi ini digunakan untuk mengidentifikasi area yang paling kotor dan menjadi dasar dalam perumusan kebijakan kebersihan lingkungan.

Contoh Observasi Sistematis 3

Observasi Tingkat Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelas
Observasi ini bertujuan untuk menilai keterlibatan siswa dalam diskusi kelas. Partisipasi siswa dikategorikan dalam skala berikut: Sangat Aktif (sering bertanya, menjawab, dan berpendapat), Aktif (berbicara sesekali), Cukup Aktif (terlibat tetapi tidak sering), dan Pasif (jarang berbicara). Hasil dari observasi ini membantu guru mengevaluasi metode pembelajaran dan meningkatkan interaksi siswa dalam kelas.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Matriks Eisenhower & Penerapannya agar Makin Produktif!

Menggunakan matriks Eisenhower untuk membantu memanajemen waktu, menetapkan prioritas pekerjaan, dan mencegah penumpukan pekerjaan. Menjadi…

4 jam ago

Sampling Jenuh dan Cara Penerapannya dalam Penelitian

Pernahkah Anda mendengar istilah sampling jenuh atau sampel jenuh? Istilah ini tentu cukup familiar bagi…

4 jam ago

3 Cara Memperpendek Kalimat dan Contoh

Memperpendek kalimat mungkin menjadi satu topik dalam dunia kepenulisan yang jarang dibahas. Namun, harus dipahami…

4 jam ago

Pengalihan Akreditasi ke LAMSPAK dan Implementasi SAPTO 2.0 oleh BAN-PT

BAN-PT baru saja mengatakan pengalihan akreditasi ke LAMSPAK dan implementasi SAPTO 2.0. Pengumuman ini tentunya…

4 jam ago

Teknik Consecutive Sampling: Penerapan, Kelebihan, Perbedaannya

Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti perlu memilih sampel penelitian. Salah satu teknik dalam menentukan…

4 jam ago

Proportional Random Sampling dan Contoh Penerapannya

Salah satu teknik dalam menentukan sampel penelitian adalah proportional random sampling. Teknik ini menjadi salah…

4 jam ago