Dasar Menulis

Penggunaan Huruf Tebal Sesuai EYD, Jangan Asal Pakai

Memahami aturan penggunaan huruf tebal maupun huruf miring dan jenis lainnya tentu sangat penting bagi seorang penulis. Sebab ada kalanya pada bagian tertentu dari karyanya perlu diberi penekanan untuk sebuah atau beberapa kata. 

Dalam sistem penulisan memang dikenal adanya penekanan (emphasis) pada teks yang ditulis. Penekanan ini biasanya ditujukan untuk menunjukan makna lebih dalam dari suatu kalimat. Huruf tebal sering digunakan untuk tujuan ini, meskipun masih dijumpai kekeliruan. 

Fungsi Huruf Tebal

Penekanan pada teks dilakukan dengan cara memodifikasi tampilan huruf dari teks tersebut. Dalam kaidah penulisan Barat, modifikasi huruf ini bisa dengan menggunakan huruf miring (italics), huruf tebal (bold), kapital kecil (small capital), kapital semua (all capitals) dan juga huruf bergaris bawah (underline). 

Namun,  hal tersebut berlaku untuk sistem penulisan Barat. Lalu, bagaimana dengan sistem penulisan di bahasa Indonesia? Terkait hal ini, dikutip melalui ivanlanin.medium.com, dijelaskan bahwa aturan penekanan pada teks diatur di dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). 

Dalam EYD dijelaskan bahwa penggunaan huruf tebal dan huruf miring ditujukan untuk penekanan pada teks. Sementara untuk penggunaan huruf kapital seperti pada kaidah penulisan Barat tidak dijelaskan. Artinya, kaidah ini tidak diterapkan di Indonesia. 

Sebagai catatan tambahan, ketika menekankan suatu kata atau teks yang ditulis manual dengan tangan atau mungkin menggunakan mesin ketik. Maka huruf tebal dan huruf miring digantikan dengan diberi garis bawah (underline).

Perhatikan penggunaan kata baku yang benar pada naskah Anda, artikel berikut akan membantu:

Penggunaan Huruf Tebal

Melalui penjelasan sebelumnya, maka bisa dipahami bahwa aturan penggunaan huruf miring dengan huruf tebal berbeda. Dalam EYD juga dijelaskan bahwa aturan penggunaan huruf tebal adalah untuk dua kondisi. Berikut penjelasannya:

1. Pengkhususan dalam Pengkhususan

Dalam EYD, dijelaskan mengenai penggunaan huruf miring adalah untuk pengkhususan atau menegaskan suatu kata dalam suatu kalimat. Namun, banyak orang yang masih menggunakan huruf tebal untuk menegaskan suatu teks. 

Meskipun begitu, huruf tebal difungsikan untuk menuliskan teks pengkhususan dalam pengkhususan. Artinya, ketika ada suatu kata dalam kalimat sudah ditegaskan dengan ditulis memakai huruf miring. 

Kemudian ingin dipertegas lagi, maka digunakan huruf tebal. Berikut beberapa contohnya: 

  • Ramadhan. Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal huruf “dh” seperti pada kata “Ramadhan”. Sehingga penulisannya perlu dicetak miring dan kemudian ditebalkan.
  • ora et labora. Pada ungkapan ini, kata “et” memiliki arti “dan” yang kemudian ditulis miring dan dicetak memakai huruf tebal.

2. Menuliskan Judul pada Karya Tulis

Kondisi kedua dimana menjadi momen untuk menggunakan huruf tebal adalah ketika menuliskan judul. Judul dalam suatu karya tulis, baik ilmiah maupun non ilmiah, biasanya dibuat lebih mencolok. 

Mulai dari penggunaan ukuran huruf yang lebih besar sampai dicetak tebal memakai huruf tebal atau bold. Pada judul utama, ukuran huruf diketahui dibuat lebih besar dibanding huruf pada bagian lain dalam karya tulis. 

Sementara untuk penulisan judul sub bab, biasanya ditulis memakai huruf tebal saja. Sehingga sudah terlihat jelas oleh pembaca. Berikut contohnya: 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi kebahasaan di Indonesia saat ini diwarnai oleh bahasa Indonesia berstandar …..

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa

Itulah penjelasan mengenai tata aturan penggunaan huruf tebal yang memang ditujukan untuk dua kondisi. Berbeda dengan huruf miring yang digunakan untuk 3 kondisi. Yaitu untuk penulisan judul dalam tulisan, pengkhususan, dan penulisan kata non-Indonesia (kata dan istilah asing). 

Jika memiliki pertanyaan berkaitan dengan topik dalam artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Ketik Ulang agar Tidak Plagiat, Emang Bisa?

Dalam menyusun karya tulis ilmiah maka akan identik dengan penambahan kutipan. Kutipan ini biasanya dicantumkan…

2 minggu ago

8 Cara Mencari Sinonim Kata untuk Prafrase

Salah satu upaya yang umum dilakukan penulis untuk menghindari plagiarisme adalah dengan melakukan parafrase. Teknik…

2 minggu ago

Cara Mengubah Kata agar Tidak Plagiat dan Toolsnya

Ada banyak cara bisa dilakukan peneliti untuk menghindari plagiarisme saat menyusun karya ilmiah, salah satunya…

3 minggu ago

Cara Bebas Finansial bagi Akademisi, Bisa?

Berada di kondisi bebas finansial menjadi impian banyak orang di dunia, bisa jadi Anda termasuk…

3 minggu ago

Kerja Sama Workshop Penulisan Buku Ber-ISBN di Jakarta

Bagi sebuah perguruan tinggi, memastikan dosen-dosen di bawah naungannya menerbitkan buku ber-ISBN adalah hal penting.…

3 minggu ago

Kerja Sama Workshop Penulisan Karya Ilmiah di Jakarta

Setiap perguruan tinggi di Indonesia tentu ingin memaksimalkan pencapaian IKU (Indikator Kinerja Utama). Ada banyak…

3 minggu ago