Pernahkah mencari informasi mengenai tata aturan penulisan persen yang benar? Jika Anda hendak membuat karya tulis, terutama karya ilmiah, dijamin hal ini akan dilakukan. Sebab dalam bahasa Indonesia memang ada sejumlah aturan penulisan berbagai jenis kata.
Hal ini tentu saja juga akan berlaku untuk penulisan sejumlah simbol matematika, dimana salah satunya adalah persen (%). Sebab, beberapa tulisan bisa menggunakan teks atau kata “persen”. Namun, beberapa lagi menggunakan simbol matematika “%”.
Perbedaan ini tentu menimbulkan kebingungan bagi pembaca. Untuk mengetahui mana yang benar terkait penulisan persen dalam karya tulis berbahasa Indonesia. Yuk, simak penjelasan di bawah ini.
Jika membahas mengenai apa itu persen dan penulisan persen yang benar dalam bahasa Indonesia, Akan akan menemui istilah “persentase”, “presentase” dan “prosentase”.
Sebab, dalam menyatakan bilangan per 100, para penulis akan menggunakan istilah-istilah tersebut. Dari ketiga bentuk kata persen ini, mana yang benar dan baku sesuai EYD maupun KBBI?
Dikutip melalui website resmi KBBI daring, bentuk baku dari persen adalah persentase. Jadi, kata ‘prosentase’ dan ‘presentase’ adalah bentuk tidak baku.
Dalam KBBI, arti dari persentase adalah bagian dari keutuhan yang dinyatakan dengan persen. Sehingga, kosakata ini menunjukkan adanya bilangan angka dari hasil pembagian 100. Penyebutannya dalam teks akan menunjukan sebagian jumlah yang kemudian dibagi angka 100. Rumus umumnya dalam matematika adalah sebagai berikut:
Persentase (%) = (Jumlah bagian) ÷ (Jumlah Keseluruhan) × 100%.
Pada saat Anda ingin mencantumkan suatu angka dan data dalam bentuk persentase, silakan menggunakan rumus di atas untuk proses perhitungan. Kemudian jika hendak menggunakan istilah “persentase” maka pastikan memakai bentuk baku sesuai KBBI.
Baca Juga:
Lalu, seperti apa aturan penulisan persen yang benar? Dikutip melalui tulisan karya Ivan Lanin di platform Medium, EYD (Ejaan yang Disempurnakan) memang belum menjelaskan aturan penggunaan simbol matematika dalam tulisan.
EYD tentu menjadi acuan bagi setiap penulis untuk memastikan karya yang dibuat sudah sesuai aturan yang benar. Di EYD, aturan penulisan simbol matematika termasuk simbol persen tidak atau belum diatur.
Padahal, penulisan persen tentu sering dilakukan. Sebab, ada banyak karya tulis yang perlu menambahkan simbol matematika tersebut, seperti karya tulis ilmiah berbentuk makalah, artikel ilmiah, buku ilmiah, dan sebagainya.
Berhubung belum ada aturan yang mengatur penulisan persen yang benar. Ivan Lanin mengacu pada Chicago Manual of Style (CMS). CMS dijadikan dasar acuan karena menjadi pedoman gaya penulisan tertua di dunia dan punya pembahasan tentang penulisan simbol matematika, termasuk persen.
Dalam CMS dijelaskan bahwa penulisan persen dalam bentuk kata maupun dengan simbol matematika (%) adalah benar. Keduanya benar dan tidak salah. Sehingga, seorang penulis bisa memilih salah satu untuk digunakan. Bentuk yang berbeda kemudian punya aturan berbeda pula.
Mengacu pada CMS tersebut, ada dua aturan yang menjelaskan tata aturan penulisan persen dalam teks. Berikut penjelasannya:
Menggunakan kata “persen” pada saat menuliskan persentase adalah benar dan baku sesuai CMS. Jika kata ini digunakan, aturannya perlu ditambahkan spasi untuk memisahkan bilangan angka dengan kata persen tersebut. Berikut contoh dalam kalimat:
Aturan penulisan ini masih kerap ditemukan salah, cek penulisan yang benar:
Dalam CMS, penulisan persen yang benar jika ditulis dalam simbol matematika adalah tanpa spasi. Jika mengacu pada Standar ISO 31–0, penulisan persen dalam bentuk simpol disarankan memberi spasi.
Berhubung di Indonesia penulisan simbol matematika belum diatur di dalam EYD. Penulis bisa fokus memakai standar CMS atau bisa juga memakai ISO tersebut.
Namun, karena di awal menjelaskan mengenai standar CMS. Berikut contoh penulisan persen yang benar jika ditulis dengan simbol matematika:
Baca juga kumpulan penjelasan penulisan suatu kata atau simbol yang benar:
Adanya aturan penulisan berbagai jenis kata dan simbol adalah hal umum. Namun, adanya perbedaan ketika menuliskan suatu kata, ejaan, dan tanda baca kerap menciptakan kerancuan bagi pembaca. Hal ini bisa menyulitkan mereka memahami setiap tulisan, karena punya standar berbeda.
Oleh karena itu, memahami tata aturan penulisan yang benar bersifat wajib bagi semua orang yang menulis, terutama saat menulis karya ilmiah. Lalu, bagaimana menghindari kesalahan dalam membuat karya tulis?
Berikut beberapa tips mengindari kesalahan saat menulis karya ilmiah:
Tips yang perlu dijadikan jalan utama agar terhindar dari kesalahan-kesalahan penulisan adalah mempelajari bahasa Indonesia. Dengan memahami bahasa Indonesia dengan baik dan benar, Anda akan paham standar kepenulisan ada dimana dan bagaimana mematuhi standar tersebut.
Belajar bahasa Indonesia juga bisa dilakukan di luar pendidikan formal. Misalnya mengikuti kursus, pelatihan, otodidak dengan banyak belajar di grup penulis atau yang lainnya. Intinya jangan pernah berhenti belajar, karena aktualnya bahasa Indonesia tidak sederhana. Apalagi untuk komunikasi secara tertulis.
Tips yang kedua adalah memperbanyak membaca. Terutama karya tulis yang dipublikasikan oleh penerbit besar. Baik itu buku, jurnal, maupun publikasi bentuk lainnya. Semakin besar penerbit, semakin tinggi standar keterbacaannya.
Seperti tips di poin sebelumnya, mengikuti kursus dan pelatihan menulis sangat penting. Selain meningkatkan keterampilan dalam menuangkan isi pikiran menjadi tulisan, mengikuti kursus dan pelatihan menulis juga membantu memahami berbagai aturan penulisan dalam bahasa Indonesia.
Kursus yang Anda ikuti bisa berupa kursus tentang kepenulisan, pelatihan dalam bentuk workshop baik daring maupun luring, dan sebagainya. Ada banyak bentuk kursus dan pelatihan, sehingga bisa diikuti sesuai kondisi dan kebutuhan.
Dikutip melalui website Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud), salah satu tips untuk menghindari kesalahan penulisan adalah punya mentor untuk berbagi pengalaman dan memberi koreksi.
Jika Anda dosen pemula, Anda bisa memilih dosen senior sebagai mentor saat menyusun karya tulis. Jika Anda penulis, bisa memilih editor suatu penerbit sampai penulis senior untuk menjadi mentor.
Dikutip melalui website Tempo Institute, salah satu kesalahan seorang penulis adalah tidak melakukan revisi. Revisi terjadi ketika penulis melakukan pengecekan dan koreksi secara mandiri.
Hal ini penting untuk memahami kesalahan yang sudah dilakukan dan tidak sesuai standar yang berlaku. Kemudian, lakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas karya tulis. Dengan koreksi mandiri, Anda akan mudah mengingat berbagai kesalahan sehingga Anda secara naluri akan menghindarinya saat menulis di masa mendatang.
Tips yang terakhir adalah rajin mempublikasikan tulisan yang dibuat. Kenapa? Sebab karya akan di cek oleh ahlinya. Jika dipublikasikan di penerbit, editor penerbit yang akan memastikan tulisan Anda bebas kesalahan.
Jika artikel ilmiah di jurnal, editor maupun reviewer jurnal tersebut akan melakukan pengecekan. Jika ada kesalahan, Anda akan diminta revisi. Hal ini membantu Anda memahami kesalahan dan belajar untuk menghindarinya.
Itulah tips yang bisa Anda ikuti. Apakah Anda pernah menemui kesalahan penulisan simbol matematika selain persen? Jika pernah, apa kesalahan yang Anda temukan? Lalu, bagaimana cara menuliskannya dengan benar?
Yuk, bagikan informasi penting ini ke rekan sesama penulis yang kerap salah tulis melalui tombol share yang ada. Semoga bermanfaat!
Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…
Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…
Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…
Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…
Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…
Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…