Daftar Isi
Jauh sebelum penelitian bisa dilaksanakan, peneliti perlu menentukan atau merumuskan pertanyaan penelitian (Research Question). Pertanyaan dalam penelitian ibarat kompas dari pelaksanaan penelitian tersebut.
Pertanyan penelitian dapat membantu penulis menentukan topik penelitian, arah fokus penelitian, metodologi penelitian, dan lain sebagainya. Merumuskan pertanyaan dalam penelitian akan memastikan penelitian tersebut punya arah dan tujuan yang jelas.
Namun, meskipun memiliki posisi yang cukup penting. Ternyata masih banyak peneliti yang bingung bagaimana menentukan pertanyaan dalam penelitian. Bahkan, tidak sedikit pula yang masih asing dengan istilah pertanyaan dalam penelitian tersebut.
Bersumber dari artikel ilmiah berjudul “Bagaimana merumuskan pertanyaan penelitian untuk menciptakan hasil penelitian yang bermakna?” karya Irawan Nurhas dan dipublikasikan di Jurnal OSF.
Pertanyaan penelitian adalah sebuah pernyataan keingintahuan tentang suatu topik yang diperoleh secara iterative dan sistematis melalui pengaruh latar belakang keilmuan peneliti sehingga menginspirasi proses pencarian yang terarah dan merangsang diskusi tentang solusi potensial.
Dikutip dari sumber lain, yakni dalam laman cakrawikara.id, dijelaskan bahwa pertanyaan dalam penelitian adalah pertanyaan eksplisit tentang sesuatu yang ingin diketahui oleh peneliti.
Secara sederhana, pertanyaan dalam penelitian adalah sebuah pertanyaan yang menjelaskan topik yang ingin diketahui secara detail oleh seorang peneliti. Jawaban dari pertanyaan ini tidak sebatas pada “iya” dan “tidak” atau “salah” dan “benar”.
Melainkan diikuti oleh pernyataan yang menjelaskan secara rinci dari topik penelitian tersebut. Misalnya, bisa menjelaskan sebab suatu fenomena dan menjelaskan bagaimana meminimalkan maupun mengatasi dampak negatif fenomena tersebut secara ilmiah.
Inilah alasan, kenapa pertanyaan penelitian atau research question sering disebut sebagai kompas dalam penelitian. Sebab pertanyaan penelitian akan menjadi penentu arah dari suatu kegiatan penelitian. Pertanyaan ini yang kemudian menjadi modal awal peneliti sebelum mulai melakukan penelitian bahkan sebelum mulai menyusun proposal penelitian.
Baca selengkapnya:
Pertanyaan dalam penelitian kemudian memiliki jenis yang beragam dan biasanya mengikuti jenis penelitian itu sendiri. Secara umum, pertanyaan dalam penelitian terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Jenis research question yang pertama adalah pertanyaan penelitian kualitatif, yaitu pertanyaan dalam penelitian yang berbentuk kualitatif. Pada jenis penelitian ini, pertanyaan akan bersifat lebih fleksibel.
Sebab secara umum, penelitian bertujuan untuk memahami atau memaknai suatu fenomena sehingga bisa diketahui dan dijelaskan penyebab ilmiah dari fenomena tersebut melalui kegiatan penelitian.
Setiap penjelasan yang didapatkan dari penelitian sudah tentu akan dipengaruhi oleh karakter dari fenomena itu sendiri. Sehingga, sifatnya lebih fleksibel dan hasil akhirnya memberi penjelasan sesuai data yang didapat selama penelitian.
Jenis kedua adalah pertanyaan penelitian kuantitatif, yaitu pertanyaan dalam penelitian yang bersifat kuantitatif. Dalam jenis ini, pertanyaan cenderung lebih pasti dan harus tepat tanpa ada resiko meleset.
Pasalnya, dalam penelitian kuantitatif tujuan utamanya adalah untuk melakukan pengukuran. Hasil pengukuran ini tentu saja berupa angka yang sifatnya pasti dan didapatkan dengan metode ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan.
Kondisi ini yang membuat pertanyaan di dalam penelitian kuantitatif tidak dapat dinegosiasikan. Selain itu, pertanyaan ini saklek dan dirumuskan dengan teliti karena tidak bisa diubah di tengah proses penelitian yang berlangsung.
Merumuskan pertanyaan dalam penelitian kuantitatif pun diharapkan dilakukan dengan seksama. Salah satu ciri khasnya adalah terdapat kata-kata yang menjelaskan ukuran pasti. Misalnya “pengaruh”, “tingkat”, “perbandingan”, dan “hubungan”, dan sebagainya.
Jenis yang ketiga atau yang terakhir adalah pertanyaan penelitian mixed-method atau campuran antara penelitian kualitatif dengan kuantitatif. Pertanyaan dalam jenis ini akan mengkombinasikan pertanyaan kualitatif sekaligus kuantitatif.
Pertanyaan tersebut, oleh peneliti bisa dipisah sehingga ada dua pertanyaan. Salah satunya pertanyaan kuantitatif dan satunya lagi adalah pertanyaan kualitatif. Kedua pertanyaan penelitian ini wajib memiliki hubungan atau memiliki keterkaitan.
Namun, peneliti juga bisa menggabungkan menjadi satu sehingga hanya ada satu pertanyaan dalam penelitian campuran. Peneliti bisa menentukan mana yang lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan.
Untuk memahami masing-masing metode penelitian, artikel berikut akan membantu Anda:
Melalui penjelasan di atas, Anda mungkin akan sedikit mengalami kebingungan, terutama perihal membedakan antara rumusan masalah dengan pertanyaan penelitian. Apalagi, secara umum, rumusan masalah yang masuk dalam bab I (bab pendahuluan) berbentuk pertanyaan.
Biasanya, rumusan masalah ini berisi daftar pertanyaan yang ingin atau akan dijawab peneliti dalam penelitiannya. Dikutip dari laman dosen.perbanas.id, ternyata bentuk rumusan masalah yang umum dijumpai pada karya ilmiah ini adalah keliru.
Dari sumber tersebut, rumusan masalah adalah penyebab atau alasan seseorang melakukan penelitian. Sementara pertanyaan dalam penelitian adalah manifestasi atau bentuk penegasan masalah yang akan dicari jawabannya dalam bentuk kalimat tanya.
Artinya, selama ini terbalik dalam mengartikan mana yang rumusan masalah dan mana yang merupakan pertanyaan dalam penelitian. Rumusan masalah akan berisi penjelasan mengenai alasan kenapa topik penelitian dipilih. Biasanya dimuat di sub bab latar belakang.
Sementara itu, pertanyaan penelitian adalah yang selama ini sering dianggap sebagai rumusan masalah penelitian sehingga pertanyaan dalam penelitian berbentuk daftar pertanyaan yang ingin dan akan dijawab dalam kegiatan penelitian. Berikut adalah penjelasan dalam bentuk contoh:
Adi (2015) menemukan hasil bahwa LDR dan CAR berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan sementara Yono (2016) menemukan hasil bahwa LDR dan CAR tidak mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Dikarenakan terdapat ketidakkonsistenan hasil dari penelitian terdahulu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh LDR dan CAR terhadap profitabilitas perusahaan.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan bahwasanya masalah dalam penelitian adalah ketidakkonsistenan hasil dari penelitian yang pernah ada. Dari rumusan masalah / masalah penelitian tersebut dibentuklah pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Baca penjelasan lengkap tentang rumusan masalah berikut:
Setelah memahami apa itu pertanyaan penelitian dan perbedaannya dengan rumusan masalah, Anda perlu memahami juga bagaimana membuat atau merumuskan pertanyaan dalam penelitian tersebut.
Metode FINER (Feasible, Interesting, Novelty, Ethical, dan Relevant) dapat Anda gunakan untuk membantu menentukan pertanyaan dalam penelitian Anda. Berikut penjelasan metode FINER untuk membuat pertanyaan penelitian:
Cara yang pertama untuk membuat pertanyaan dalam penelitian adalah melakukan feasible yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti “layak”. Artinya, tahap pertama yang harus dilakukan adalah menguji kelayakan suatu masalah untuk diteliti.
Ketika memperhatikan lingkungan sekitar, Anda dijamin akan menemukan banyak fenomena yang menjadi masalah untuk dipecahkan. Semua masalah bisa diteliti untuk dicari penjelasannya, penyebabnya, dan solusi atas dampak yang ditimbulkan.
Namun, dari jutaan masalah tersebut tidak semua benar-benar layak atau bisa diteliti. Kenapa? Sebab, kegiatan penelitian berhadapan dengan beberapa hambatan dan bisa disebut keterbatasan. Maka perlu dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu.
Cara paling sederhana melakukan uji kelayakan suatu fenomena bisa diteliti atau tidak adalah dengan melihat ada tidaknya tenaga, waktu, dan dana atau biaya. Jika fenomena tersebut bisa diteliti karena didukung waktu, tenaga, dan biaya, artinya fenomena tersebut layak untuk diteliti. Begitu pula sebaliknya.
Jika Anda dosen dan ingin membangun rekam jejak penelitian, salah satu aspek untuk menentukan kelayakan fenomena yang diteliti adalah relevansinya dengan bidang keilmuan yang ditekuni.
Cara kedua untuk membuat pertanyaan penelitian adalah memastikan suatu fenomena bisa disebut interesting atau menarik. Menarik disini, tentu memiliki penjabaran yang lebih kompleks.
Paling sederhana, fenomena tersebut memang menarik perhatian dan keingintahuan banyak orang. Terutama peneliti sendiri. Jika suatu fenomena tidak menggelitik rasa penasaran Anda, artinya daya tariknya rendah sehingga kurang tepat untuk diteliti. Begitu pula jika sebaliknya.
Tak hanya memperhatikan selera dan opini peneliti secara personal. Peneliti tersebut juga harus menilai apakah fenomena tersebut menarik bagi banyak orang, bagi pembaca hasil publikasi ilmiahnya, bagi penyedia dana penelitian, dan sebagainya.
Inilah alasan kenapa dalam program hibah, rata-rata proposal usulan yang lolos seleksi adalah mampu menunjukan topik penelitian yang menarik. Semakin menarik perhatian, punya keunikan, dan semacamnya, maka topik dipandang lebih layak didanai.
Cara ketiga dalam menentukan pertanyaan penelitian adalah novelty atau ada kebaruan dari pertanyaan tersebut. Secara sederhana, pertanyaan dalam penelitian harus memiliki keunikan. Sehingga tidak sama persis dengan penelitian lain, terutama penelitian sebelumnya.
Mengusung topik penelitian yang benar-benar baru memang memberi jaminan mendapatkan novelty secara otomatis. Namun, meneliti topik baru juga tidak selalu menjadi perkara mudah. Seringkali terbentur dengan referensi, teknologi, sampai dana.
Maka, banyak peneliti mencari pertanyaan dalam penelitian yang bisa melengkapi pertanyaan dari penelitian terdahulu. Bahkan pertanyaan ini, bisa juga memiliki kemampuan menjawab pertanyaan dari penelitian terdahulu yang belum terjawab.
Tahap keempat dalam menentukan pertanyaan penelitian adalah ethical yang artinya harus mematuhi dan sesuai dengan etika penelitian. Sehingga pertanyaan tersebut tidak ada indikasi memicu pelanggaran etika penelitian.
Pada prosesnya, peneliti harus mengajukan proposal usulan dan ditinjau oleh pihak berwenang. Misalnya pada mahasiswa, maka proposal akan ditinjau oleh dosen pembimbing atau dosen lain yang diberi tugas melakukan peninjauan.
Salah satu tujuan peninjauan ini adalah memastikan pertanyaan dalam penelitian tidak melanggar etika. Hal ini juga yang menjadikan penelitian tersebut bisa disebut layak untuk dieksekusi.
Tahap kelima adalah memastikan pertanyaan penelitian tersebut relevant, dalam artian memiliki dampak. Sehingga pertanyaan ini ketika dijalankan dalam penelitian akan memberi hasil yang memang bermanfaat.
Misalnya memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi di suatu bidang seperti pertanian atau bidang lain, dan memiliki potensi untuk dikembangkan oleh peneliti lain di masa mendatang.
Istilah relevant disini juga mengacu pada kesesuaian topik penelitian dengan bidang yang ditekuni. Seseorang tidak bisa sembarangan melakukan penelitian jika tidak menekuni suatu bidang dna menjadi pakar di dalamnya. Maka topik yang diteliti seharusnya sesuai dengan bidang keahlian.
Adapun tata cara menentukan atau menyusun pertanyaan dalam penelitian yang dijelaskan merupakan salah satu metode. Tentunya masih banyak metode lain yang bisa digunakan peneliti untuk menyusun pertanyaan dalam penelitian yang akan dilakukan.
Dalam prosesnya, menentukan pertanyaan dalam penelitian perlu melewati beberapa tahap umum berikut ini:
Setelah memahami apa itu pertanyaan penelitian, kemudian bagaimana menyusunnya dengan baik dan benar. Berikut adalah contoh pertanyaan dalam penelitian yang sudah dituangkan dalam karya tulis ilmiah dan bisa dijadikan referensi:
Bab I
Pendahuluan
…..
…..
Berdasarkan batasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu “Bagaimana perbandingan hasil belajar siswa melalui penerapan media multimedia berbasis Problem-based learning dengan metode ceramah pada konsep sel?”
Untuk lebih memudahkan dalam penelitian ini maka rumusan masalah dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Contoh lain yang bisa dijadikan referensi adalah sebagai berikut:
Rumusan Masalah:
Seperti anjuran dokter untuk menjaga kesehatan maka saya disarankan makan setiap hari secara teratur. Walaupun saya sudah melaksanakan perintah dokter tersebut tetapi siang ini saya sakit perut.
Dari contoh Rumusan masalah di atas dapat kita simpulkan bahwasanya masalah yang ada adalah Hal yang janggal antara nasihat dokter yang diterapkan dengan rasa sakit yang diderita. Dari rumusan masalah / masalah penelitian tersebut dibentuklah pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Mengenai bagaimana mencantumkan pertanyaan penelitian dalam proposal maupun laporan hasil penelitian. Biasanya perlu mengikuti ketentuan dari pihak perguruan tinggi. Jadi, Anda bisa membaca dulu buku panduan penyusunan karya tulis ilmiah yang sudah disediakan.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman yang berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Maka jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…