Information

Purposive Sampling: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh yang Baik dan Benar

Purposive sampling. Seorang peneliti dalam melakukan sebuah penelitian pasti mempertimbangkan teknik apa yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Salah satu teknik dalam pengambilan data adalah teknik purposive sampling atau teknik pengambilan sampel yang bertujuan. Maka dari itu, sebelum melakukan penelitian alangkah lebih baik kita mempelajari teknik purposive sampling.

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang purposive sampling, yuk kita belajar dulu tentang teknik-teknik pengambilan sampel. Baca sampai bawah ya!

Mau menulis buku? Anda wajib punya panduan ini
GRATIS
! Ebook Panduan Menulis Buku [PREMIUM]

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam suatu penelitian itu dibagi menjadi dua jenis, yaitu random sampling dan non random sampling. Sebelum mempelajari lebih jauh mengenai teknik purposive sampling, hendaknya kita mengetahui perbedaan jenis dari teknik pengambilan sampel tersebut. Termasuk dari teknik manakah purposive sampling? Pelajari yuk sampai selesai.

1. Teknik Random Sampling (Probability Sampling)

Teknik random sampling merupakan teknik pengambilan data yang tidak berdasarkan pemilihan dengan kriteria atau ciri-ciri khusus untuk mendapatkan hasil relevan dari suatu tujuan penelitian. Teknik random sampling mengambil sampel secara acak. Ada berbagai jenis teknik sampel dari teknik random sampling seperti di bawah ini.

a. Random Sampling (Sampling Acak)

Pada teknik random sampling, setiap anggota populasi memiliki kesempatan atau kemungkinan untuk dipilih menjadi sampel.

b. Stratified Random Sampling (Sampling Bertingkat)

Pada teknik stratified random sampling, populasi dibagi dalam berbagai kelompok, lalu sampel tersebut diambil dari masing-masing kelompok tersebut atau perwakilan dari setiap kelompok.

c. Systematic Sampling (Sampling Sistematis)

Pada teknik systematic sampling, pemilihan sampel berdasarkan urutan nilai interval atau dengan jarak tertentu.

d. Clustered Sampling (Sampling Kelompok)

Pada teknik clustered sampling, populasi dibagi dalam beberapa kelompok tertentu, akan tetapi sampel yang dipilih adalah perkelompok tersebut bukan dari individu-individu.

Baca Juga: Pengertian Latar Belakang, Cara Membuat dan Contoh Lengkapnya

2. Teknik Non-random Sampling

Teknik non random sampling adalah teknik pengambilan data yang berdasarkan dengan pemilihan suatu karakteristik atau ciri-ciri untuk mendapatkan sampel relevan untuk mencapai tujuan dari sebuah penelitian. Ada berbagai jenis teknik nonrandom sampling seperti di bawah ini.

a. Quota Sampling

Pada teknik quota sampling, yang ditekankan dalam pengambilan sampel adalah jumlahnya. 

b. Purposive Sampling

Pada teknik purposive sampling, yang ditekankan untuk menjadi sampel adalah karena adanya pertimbangan karakteristik atau ciri-ciri tertentu.

c. Accidental Sampling (Convenience Sampling)

Pada teknik accidental sampling, sampel yang digunakan adalah didapatkan dari siapa saja yang dijumpai atau secara kebetulan di dekat peneliti.

Perbedaan Teknik Random Sampling dan Nonrandom Sampling

Teknik random sampling dan nonrandom sampling memiliki perbedaan yang mencolok seperti di bawah ini.

Teknik Random Sampling

Teknik random sampling memiliki ciri-ciri, yaitu;

  • dari semua elemen di populasi memiliki kesempatan atau probabilitas untuk dipilih menjadi sampel
  • sampel dapat merepresentasikan dari populasi yang ada dan hasil dapat digeneralisasikan ke populasi.

Teknik Nonrandom Sampling

Teknik nonrandom sampling memiliki ciri-ciri; 

  • tidak semua elemen di populasi memiliki kesempatan atau probabilitas untuk dijadikan sampel
  • hasil tidak merepresentasikan suatu populasi dan tidak dapat digeneralisasikan ke populasi.

Nah, setelah mempelajari tentang jenis-jenis dan definisi dari teknik pengambilan sampel di atas, kita tahu bahwa purposive sampling termasuk pada teknik nonrandom sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dari populasi penelitian yang didasarkan atas ciri-ciri dan suatu karakteristik tertentu untuk mencapai tujuan penelitian yang dikehendaki oleh peneliti.

Purposive sampling adalah pemilihan sampel yang berdasarkan pada suatu karakteristik tertentu dalam suatu populasi yang memiliki hubungan dominan sehingga dapat digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Pengambilan sampel di sini dispesifikasi dengan pemilihan sampel yang memiliki ciri-ciri untuk mendapatkan hasil yang efektif dari sebuah penelitian.

Baca Juga: 90+ Contoh Rumusan Masalah untuk Penelitian, Skripsi, dan Karya Ilmiah

Pengertian Purposive Sampling menurut Ahli

Ada banyak pendapat para ahli mengenai definisi teknik purposive sampling. Beberapa pendapat para ahli di antaranya bisa dibaca di bawah ini. 

a. Dana P. Turner (2020)

Menurut Dana P. Turner, purposive sampling digunakan ketika seorang peneliti ingin menargetkan seorang individu dengan karakteristik minat dalam suatu penelitian. 

b. Bernard (2002), Lewis & Sheppard (2006)

Purposive sampling atau bisa disebut dengan penghakiman sampel adalah suatu teknik yang disengaja oleh peneliti dari seorang informan berdasarkan kualitas yang dimiliki informan. Teknik ini merupakan nonrandom teknik yang tidak membutuhkan teori atau himpunan yang mendasari jumlah informan.

c. Notoatmodjo (2010)

Notoatmodjo berpendapat bahwa teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas suatu pertimbangan, seperti ciri-ciri atau sifat-sifat suatu populasi. 

d. Sugiyono (2010)

Purposive sampling adalah suatu teknik pengambilan sumber data dengan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

e. Winarno (2013)

Teknik purposive sampling digunakan karena adanya pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan atau diambil bukan berdasarkan strata, random (acak), atau daerah, akan tetapi didasarkan pada suatu tujuan.

f. Arikunto (2006)

Teknik purposive sampling adalah teknik mengambil data dengan tidak berdasar acak atau random, melainkan berdasarkan adanya pertimbangan-pertimbangan untuk mencapai target atau fokus tujuan tertentu.  

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa teknik pengambilan sampel ini adalah suatu teknik dalam pengambilan data dari sebuah populasi yang didasarkan dengan adanya target atau tujuan tertentu dalam suatu penelitian. 

Purposive sampling juga sering disebut dengan judgemental sampel yang menghakimi atau terfokus. Dalam penggunaan teknik ini, peneliti menggunakan saat penelitiannya membutuhkan responden yang spesifik dan sesuai dengan keinginannya. Namun, responden dalam teknik purposive sampling belum tentu mewakili populasi penelitian. 

Penelitian-penelitian kualitatif biasanya menerapkan teknik purposive sampling ini. Bisa dikatakan bahwa, teknik purposive sampling sangat tepat digunakan dalam penelitian kualitatif dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif yang menggunakan purposive sampling, hasil yang didapatkan atau sampel lebih baik untuk menghindari adanya generalisasi terhadap populasi dalam penelitian. 

Baca Juga: Kerangka Berpikir: Pengertian, Cara Membuat, dan Contoh Lengkap

Tujuan Purposive Sampling

Teknik purposive sampling dalam suatu penelitian memiliki tujuan-tujuan atau target tertentu. Tujuan dari purposive sampling adalah untuk memilah-milah atau untuk menentukan suatu sampel dalam penelitian berdasarkan kriteria yang ditentukan secara khusus oleh peneliti. Sampel-sampel yang diambil oleh seorang peneliti dengan kriteria-kriteria atau ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya.

Teknik pengambilan sampel ini digunakan untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu permasalahan dalam sebuah penelitian. Selain itu, teknik ini dapat menguraikan permasalahan secara lebih jelas dan memberikan nilai yang representatif. Harapannya, peneliti menggunakan teknik ini supaya dapat mencapai tujuan yang lebih spesifik dan diinginkan peneliti.

Pengambilan sampel dalam teknik pengambilan sampel ini ini berdasarkan penilaian atau amatan seorang peneliti mengenai hal-hal dan ciri-ciri apa saja yang berkaitan dengan penelitiannya untuk dijadikan sampel. Maka dari itu, teknik pengambilan sampel ini menggunakan latar belakang pengetahuan dari sampel untuk menghitung berdasarkan populasi yang ada supaya mendapatkan sampel yang sesuai dan akurat untuk memenuhi tujuan dari suatu penelitian.

Jenis Purposive Sampling

Setelah mengetahui tujuan dari purposive sampling, ada beberapa jenis teknol pengambilan sampel ini yang harus dipahami. Jenis purposive sampling dapat dibagi berdasarkan jenisnya kasus, di antaranya seperti di bawah ini. 

1. Sampel Homogen

Jenis sampel pada sampel homogen ini berfokus pada satu kelompok tertentu atau kelompok yang sama (homogen). Karakteristik pada sampel ini dipilih karena memiliki kesamaan atau ciri-ciri yang sama. Contohnya adalah adanya kesamaan budaya, usia, pekerjaan, dan sebagainya. 

2. Sampel Heterogen (Maksimum)

Jenis sampel pada sampel heterogen ini bergantung atau berfokus pada penilaian dari peneliti untuk menyeleksi data yang beragam karakteristiknya (heterogen). Pada sampel ini bertujuan untuk menambah banyak wawasan mengenai suatu fenomena yang diteliti. Contohnya ketika peneliti ingin mencari tahu pendapat seseorang dan penilaiannya mengenai Pemindahan Ibu kota Indonesia.

3. Kasus Ekstrim (Menyimpang)

Jenis sampel pada kasus ekstrim ini mengambil sampel dari kasus-kasus yang jarang terjadi atau tidak umum dalam masyarakat. Pada jenis ini, tujuan dari mengkaji kasus ini adalah supaya dapat memahami tentang kasus yang lebih teratur berdasarkan kasus-kasus yang menyimpang. Contohnya ketika seorang peneliti ingin mengetahui pandangan seseorang mengenai LGBTQ.

Kasus Khusus (Tipikal)

Jenis sampel pada kasus ini adalah berasal dari kasus normal dan rata-rata. Pengambilan jenis sampel pada kasus ini ingin mengkaji kasus-kasus yang rata-rata atau biasa dari suatu populasi. Contohnya adalah ketika seorang peneliti ingin mengetahui dampak kurikulum pendidikan pada siswa yang biasa-biasa atau rata-rata.

Purposive Sampling Total

Jenis sampel pada kasus ini diambil dari seluruh populasi atau total dari populasi dengan tujuan tertentu yang memiliki kesamaan. Contohnya adalah peneliti ingin mengetahui kasus dengan investigasi yang relatif kecil.

Kasus Kritis

Jenis sampel pada kasus ini diambil atau berfokus pada kasus-kasus yang dramatis atau amat penting, sehingga sangat dibutuhkan dalam penelitian. Contohnya adalah ketika seorang peneliti ingin mengetahui suatu kasus penting untuk mengungkap wawasan atau mendapatkan perspektif dan hasil yang baru.

Purposive Sampel Expert (Ahli)

Jenis sampel pada kasus ini, teknik sampel ini dilakukan saat peneliti membutuhkan seorang ahli atau expert dalam bidang tertentu yang jarang dimiliki oleh orang lain. Contohnya adalah ketika peneliti ingin mengetahui permasalahan dalam teknologi informatika, maka peneliti mengambil subjek para ahli di bidang informatika.

Baca Juga: Penelitian Kuantitatif : Pengertian, Tujuan, Jenis-Jenis, dan Langkah Melakukannya

Langkah-langkah dalam Purposive Sampling

Sebelum melakukan suatu penelitian, seorang peneliti harus menempuh langkah-langkah untuk melanjutkan tahap pengambilan sampel yang menggunakan teknik pengambilan sampel ini. Langkah-langkahnya sebagai berikut.

  • Pertama, seorang peneliti harus menentukan atau menetapkan tujuan penelitian yang dilakukan
  • Kedua, setelah menentukan tujuan dari sebuah penelitian, peneliti menentukan kriteria-kriteria yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Kriteria-kriteria tersebut ditetapkan secara spesifik untuk menghindarkan kebingungan atau hal-hal umum dalam populasi
  • Ketiga, peneliti menentukan populasi yang berdasarkan spesifikasi dari penelitian yang dilakukan
  • Keempat, minimal sampel dalam penelitian layak dan memenuhi kriteria-kriteria yang diharapkan dari penelitian.

Syarat Purposive Sampling

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada penentuan sampel dalam teknik pengambilan sampel ini. Syarat-syarat menentukan sampel pada teknik pengambilan sampel ini bisa dipelajari di bawah ini. 

  • Penentuan karakteristik populasi secara cermat dan teliti dalam penelitian atau anggota populasi yang memenuhi kriteria disesuaikan dengan kebutuhan peneliti
  • Pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri, karakteristik, dan sifat-sifat tertentu yang berdasarkan pokok dalam populasi yang memenuhi tujuan penelitian
  • Memilih sampel berdasarkan individu, kelompok, wilayah melalui pertimbangan tertentu berdasarkan latar belakang yang dikehendaki peneliti
  • Sampel yang diambil dari subyek benar-benar merupakan termasuk yang mengandung ciri-ciri terbanyak dari populasi atau dominan

Rumus Purposive Sampling

Purposive sampling dalam penelitian eksploratori dan kualitatif harus memperhatikan rumus penghitungan. Di bawah ini adalah rumus yang perlu dipahami dalam teknik pengambilan sampel ini.

  • Pertama, pengambilan sampel pada teknik pengambilan sampel ini menggunakan sampel yang banyak menjadi makin baik hasil yang didapatkan
  • Kedua, ukuran banyak dari sampel bergantung pada alasan yang digunakan oleh seorang peneliti tersebut, sudahkah sesuai dengan kriteria, ciri-ciri, dan sebagainya
  • Ketiga, latar belakang sampel dalam populasi memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian

Baca Juga: Metode Penelitian Kualitatif: Pengertian Menurut Ahli, Jenis-Jenis, dan Karakteristiknya

Contoh Purposive Sampling

Berikut contoh purposive sampling yang bisa Anda jadikan sebagai referensi:

Penelitian mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Nasabah Koperasi A di Kota Surakarta

Penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah koperasi di Kota Surakarta, dapat dilakukan dengan teknik pengambilan sampel ini. Pada penelitian ini, populasinya adalah jumlah nasabah koperasi A di Kota Surakarta tahun 2018, yaitu sebanyak 750 orang, terdiri atas 300 orang nasabah tabungan, 400 orang nasabah kredit, dan 75 orang adalah nasabah deposito. 

Kriteria-kriteria yang diperhatikan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

  • Nasabah sudah menjadi anggota selama 2 tahun
  • Nasabah yang mengisi kuesioner sebanyak 100 orang
  • Nasabah yang mengisi kuesioner, yaitu, 25 nasabah tabungan, 70 nasabah kredit, dan 5 nasabah deposito

Berdasarkan populasi di atas, dapat ditarik simpulan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 100 orang nasabah tersebut.

Penelitian mengenai Kinerja Karyawan di Perusahaan

Penelitian mengenai kinerja karyawan di Perusahaan dapat menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut.

  • Sampel adalah seluruh karyawan tetap perusahaan tersebut
  • Sampel mengisi keperluan kuesioner dari peneliti
  • Sampel adalah karyawan yang sudah 4 tahun bekerja di perusahaan tersebut

Berdasarkan dari kriteria-kriteria di atas, dapat diperoleh sampel sebagai berikut.

  • Jumlah karyawan di perusahaan tersebut yaitu 159 orang
  • Karyawan yang mengisi kuesioner sebanyak 89 orang
  • Karyawan yang sudah bekerja selama 4 tahun sebanyak 53 orang

Dari kriteria-kriteria di atas, dapat diambil simpulan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 53 orang karyawan. 

Baca Juga: Hipotesis Penelitian: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh Lengkap

Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling

Seperti halnya teknik pada umumnya, purposive sampling juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangannya seperti apa? Pahami sampai selesai ya!

Kelebihan Purposive Sampling

  • Tujuan penelitian mudah tercapai karena sampel sesuai dengan yang dibutuhkan
  • Proses dalam teknik purposive sampling efisien
  • Teknik pengambilan sampel efektif dalam mengeksplorasi situasi bersifat antropologis, sehingga dapat mendapatkan manfaat dari pendekatan yang intuitif
  • Satu-satunya teknik yang sesuai dengan sumber data primer, sehingga memberikan kontribusi pada penelitian yang terbatas data atau populasinya
  • Teknik ini untuk mudah dilakukan para peneliti

Kekurangan Purposive Sampling

  • Jumlah sampel dalam purposive sampling tidak menjamin representasi dari populasi penelitian
  • Tidak dapat digeneralisasi pada simpulan yang bersifat statistik
  • Bukan termasuk dari teknik random sampling
  • Tidak terlalu populer dalam studi-studi tertentu, misalnya pada bisnis
  • Kurang mampu dalam menggeneralisasi hasil penelitian
  • Rentan terjadi kesalahan dalam penelitian yang berasal dari penilaian peneliti

Tahukah Anda bahwa salah satu cara untuk meningkatkan poin KUM adalah menerbitkan buku. Aturan ini tertuang dalam PO PAK 2019.

Sayangnya, kesibukan dalam mengajar, membuat dosen lupa dengan kewajiban lainnya yaitu mengembangkan karir. Maka dari itu, Penerbit Deepublish hadir untuk membantu para dosen meningkatkan poin KUM dengan menerbitkan buku.

Kunjungi halaman Daftar Menerbitkan Buku, agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda.

Selain itu, kami juga mempunyai E-book Gratis Panduan Menerbitkan Buku yang bisa membantu Anda dalam menyusun buku. Berikut pilihan Ebook Gratis yang bisa Anda dapatkan:

Salmaa

sharing and optimazing

Recent Posts

Penulisan Satuan yang Benar (Berat, Panjang, Luas, Waktu, Jumlah)

Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…

2 hari ago

Cara Mengetahui Tren Penelitian untuk Menentukan Topik

Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…

2 hari ago

6 Tips Visualisasi Data agar Mudah Dipahami Kalangan Pembaca

Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…

2 minggu ago

Penulisan Pasal dan Ayat yang Benar dalam Kalimat

Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…

2 minggu ago

Penelitian Grounded Theory : Jenis, Tahapan, Kelebihan, Contoh

Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…

2 minggu ago

Program Bantuan Akreditasi Program Studi Tahun 2024

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengumumkan pembukaan program Bantuan Akreditasi Program Studi…

2 minggu ago