Dalam bahasa Indonesia ada banyak jenis dan bentuk tanda baca, salah satu yang menarik untuk dibahas adalah tanda apostrof. Tanda ini masuk ke dalam kategori tanda baca penyingkat.
Sesuai dengan namanya, tanda baca jenis penyingkat ini memang digunakan untuk menyingkat penulisan suatu kata dalam teks tertulis. Namun, penggunaannya tentu tidak bisa asal-asalan dan berikut penjelasan detailnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanda baca apostrof adalah tanda baca yang dipakai untuk menunjukkan bahwa ada huruf atau angka yang dihilangkan. Dikutip dari ivanlanin.medium.com, dijelaskan jika tanda baca ini masuk jenis tanda baca penyingkat.
Apostrof (‘) kemudian sering juga disebut sebagai tanda penyingkat. Sebab memang memiliki fungsi tunggal untuk menyingkat suatu kata dengan menghapus salah satu atau beberapa huruf maupun angka pada kata tersebut.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, fungsi tanda apostrof dalam bahasa Indonesia hanya ada satu. Yakni untuk menyingkat kata dengan menghilangkan salah satu atau beberapa huruf maupun angka pada suatu kata.
Secara umum, apostrof yang digunakan untuk menyingkat kata dalam bentuk susunan huruf (bukan angka) akan menghilangkan huruf vokal. Yakni huruf a, i, u, e, dan o. Misalnya pada kata “telah” yang disingkat menjadi ‘t’lah”. Sehingga huruf vokal e dihilangkan.
Dari penjelasan di atas maka bisa dipahami bahwa penggunaan tanda apostrof adalah untuk menandai bagian kata atau angka yang dihilangkan. Sebab dengan penambahan tanda baca ini, maka bisa dipahami pembaca jika ada bagian angka atau huruf yang hilang.
Jika ada kata yang angka dan hurufnya hilang, apakah tidak menyebabkan makna menjadi ambigu? Jawabannya bisa iya, akan tetapi jarang terjadi. Sebab memahami suatu kata tunggal jarang sekali dilakukan, paling sering ketika sudah menyatu dengan kata lain membentuk kalimat.
Maka pembaca bisa fokus memahami kontek kalimat tersebut. Sehingga bisa dipahami dengan baik meskipun ada suatu atau beberapa kata yang mendapatkan tambahan tanda baca apostrof. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan tanda apostrof:
Kamu setuju dengan pendapatku, ‘kan? (kata ‘kan merupakan kata “bukan” yang dihilangkan dua huruf paling depan).
Sebagai catatan tambahan, meskipun tanda apostrof bisa dan boleh digunakan. Sekaligus bisa ditemui dalam berbagai karya tulis, akan tetapi sifatnya informal atau tidak formal. Sebab apostrof sendiri tidak membentuk kata yang dianggap baku dalam EYD maupun PUEBI.
Inilah alasan kenapa tanda baca ini lebih lumrah ditemui dalam karya sastra atau karya non ilmiah. Terutama pada puisi dan aneka jenis karya sastra berbentuk tulisan lain yang mengejar estetika maupun untuk memudahkan pengucapan. Misalnya dalam menulis lirik lagu.
Jika memiliki pertanyaan berkaitan dengan isi artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda.
Perhatikan penggunaan kata baku yang benar pada naskah Anda, artikel berikut akan membantu:
Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…
Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…
Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…
Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…
Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…
Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…