Teknik Menulis | Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa dalam teknik menulis, metode peer feedback menjadi salah satu metode idola yang sering digunakan oleh banyak penulis untuk menguji kualitas tulisannya. Metode tersebut bisa berjalan ketika kita sebagai seorang penulis meminta bantuan dari rekan-rekan kita untuk membaca draft tulisan yang sudah kita buat. Pembacaan tersebut tentu dilakukan sebelum tulisan yang kita buat berhasil diterbitkan oleh pihak penerbit. Salah satu manfaat dari penggunaan metode tersebut adalah dalam rangka mendapatkan saran atau kritikan terhadap tulisan yang sudah kita buat. Secara garis besar, setidaknya ada 3 hal yang akan kita dapatkan yaitu pujian, kritikan, dan komentar dari pihak responden (pihak yang membaca tulisan kita). Ketiga aspek tersebut pada dasarnya menjadi penting karena akan membawa dampak yang signifikan pada tulisan yang sudah kita buat, terutama saran yang ada tersebut memang berasal dari orang-orang yang memang ahli di bidangnya. Artinya responden yang kita pilih memang ahli di bidang kepenulisan dan ahli di bidang tema yang kita angkat.
Teknik Menulis | Selanjutnya, post-peer feedback menjadi salah satu tahapan terakhir dalam proses menulis buku, khususnya proses pengumpulan komentar dari berbagai pihak terhadap tulisan yang sudah kita buat. Tahapan tersebut menjadi pelengkap dari tahapan sebelumnya yaitu tahap persiapan dan pengaplikasian peer feedback. Pada tahap tersebut, kita sebagai seorang penulis sudah mendapatkan komentar atau saran dari berbagai responden yang sebelumnya sudah kita tentukan. Dari hasil pembacaan tersebut, aktivitas menulis buku yang sebelumnya sudah kita lakukan bisa terus dilanjutkan atau tidak, tergantung pada keputusan diri kita sendiri sebagai seorang penulis. Dengan kata lain, input yang diberikan oleh para responden harus menjadi bahan refleksi kita terhadap tulisan yang sudah kita buat. Untuk membantu proses refleksi tersebut, maka ada beberapa pertanyaan mendasar yang perlu kita jawab sendiri untuk menentukan nasib tulisan kita selanjutnya.
Satu pertanyaan penting awal yang perlu kita jawab adalah hal apa saja yang sudah kita dapatkan dari proses pengaplikasian metode peer feedback yang selama ini sudah kita lakukan. Proses yang dimaksud yaitu berbagai saran atau komentar yang diberikan oleh responden kepada kita sebagai penulis dari karya yang mereka baca. Ketika menulis buku, tentu kita memiliki harapan dan target yang ingin dipenuhi. Kondisi tersebut sama halnya dengan proses peer feedback yang kita lakukan. Sebelum memberikan draft dan lembar komentar kepada para responden, kita tentu memberikan arahan terhadap berbagai aspek yang seharusnya menjadi perhatian khusus responden dalam membaca tulisan kita. Dengan kata lain, ada beberapa responden yang memang fokus pada teknis kepenulisan dan beberapa lainnya fokus pada konten yang kita angkat. Dari penentuan tersebut, kita bisa melakukan refleksi atas berbagai hal yang sudah kita dapatkan dari responden yang sudah kita berikan wewenang untuk mengoreksi tulisan kita.
Teknik menulis tentu memerlukan energy yang ekstra besar karena kita harus memperhatikan beberapa hal, baik dari segi teknis kepenulisan ataupun konten yang kita buat. Dari metode peer feedback yang sudah kita lakukan, ada beberapa hal penting yang perlu kita teliti kembali. Kita perlu menganalisis berbagai masukan yang sudah diberikan responden kepada kita. Masukan tersebut bisa berupa kritikan, saran, koreksi, dan atau penambahan. Dari beberapa kategori tersebut, kita perlu memetakan hal-hal apa saja yang masuk ke dalam beberapa kategori tersebut. Banyaknya responden yang kita pilih tentu akan memberikan banyak masukan. Oleh karena itu, kita perlu untuk melihat aspek mana yang jauh lebih dominan dibicarakan oleh responden. Apabila koreksi menjadi aspek dominan yang sering dibahas, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa tulisan kita masih banyak bermasalah, baik dari segi teknis kepenulisan atau konten. Pada sisi lain, apabila aspek penambahan menjadi dominan, maka sebenarnya kualitas tulisan yang sudah kita buat tidaklah buruk.
Hal lain lagi yang perlu kita jadikan sebagai bahan refleksi yaitu apa yang kita rasakan sebagai seorang penulis terhadap input yang diberikan oleh para responden. Ketika menulis buku, tentu seolah-olah kebenaran ada di pihak kita karena tulisan yang kita buat cenderung satu arah. Kondisi tersebut akan berbeda ketika kita mendapatkan banyak masukan dari para responden yang kita mintai tolong. Tidak mengherankan apabila nantinya mereka akan memberi berbagai masukan dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda. Kondisi tersebut secara tidak langsung akan memperkaya kualitas tulisan yang sudah kita buat sebelumnya. Hal tersebut tentu tergantung pada perasaan yang kita munculkan. Dengan adanya berbagai masukan tersebut, apakah kita menjadi resisten atau justru menjadi senang karena banyaknya masukan yang kita terima. Ketika kita merasa bahagia atas berbagai masukan yang kita terima, maka metode yang kita gunakan dinilai bermanfaat dan berhasil. Pada sisi yang lain, metode tersebut akan menjadi sia-sia ketika kita tidak bisa menerima pandangan orang lain.
Aspek penting lain yang juga perlu kita renungkan yaitu terkait dengan nasib tulisan yang sudah kita buat, termasuk metode peer feedback yang sudah kita jalankan. Proses penyuntingan dalam menulis buku adalah sebuah keniscayaan yang patut kita sadari sejak awal. Hal tersebut tidak dapat kita lepaskan dari fakta bahwa pasti ada kesalahan yang bisa jadi kita buat ketika menulis buku, sekecil apapun kesalahan tersebut. Oleh karena itu, proses pengumpulan masukan menjadi salah satu sarana yang penting untuk menguji seberapa banyak kesalahan yang mungkin kita lakukan menurut para responden. Setelah mendapatkan respon tersebut, maka satu hal penting yang perlu kita pikirkan adalah apakah kita akan memperbaiki tulisan yang sudah kita buat tersebut berdasarkan masukan dari para responden.
Teknik Menulis | Penentuan untuk melakukan perbaikan atau tidak melakukan perbaikan pada dasarnya adalah hak kita sebagai seorang penulis. Kita bisa saja mengindahkan berbagai masukan dari para responden. Apabila hal tersebut dilakukan, maka konsekuensi nyata yang kita dapatkan yaitu bahwa metode yang sudah kita gunakan tersebut menjadi sia-sia. Untuk menjadi lebih bijak, kita bisa memilah dan memilih masukan-masukan yang sekiranya memang kita butuhkan, baik secara teknis penulisan ataupun konten tulisan. Mengakomodasi semua masukan dari para responden juga bukanlah solusi yang baik karena hal tersebut berisiko mengubah gaya bahasa yang sudah kita gunakan sebelumnya. Oleh karena itu, kita harus menyusun prioritas yang menjadi acuan kita dalam melakukan perbaikan tulisan sesuai dengan kebutuhan kita.
Anda punya RENCANA MENULIS BUKU?
atau NASKAH SIAP CETAK?
Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami.
Anda juga bisa KONSULTASI dengan Costumer Care yang siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan.
Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR JADI PENULIS.
SEBELUM ANDA MENYESAL 🙁
🙂
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI TEKNIK MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!
Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.
Referensi
Zainurrahman, 2011, Menulis: Dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme), Bandung: Penerbit Alfabeta.
[Bastian Widyatama]
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…