Dalam melakukan aktivitasnya, setiap orang biasanya mempunyai motivasi tertentu. Demikian pula dengan aktivitas menulis buku. Setiap orang bisa jadi mempunyai motivasi yang sama. Tapi bisa jadi motivasinya berbeda. | Teknik menulis
Teknik Menulis | Meskipun demikian kita harus menghormati penulis yang lain meskipun motivasinya berbeda dengan kita. Ada pula penulis yang mempunyai motivasi ekonomi. Saat ini kita dapat mengatakan bahwa pekerjaan menulis telah menjadi profesi bagi sebagian orang. Penulis dapat dijadikan pekerjaan utama. Seperti halnya pekerjaan sebagai dokter, salesperson, petani, pedagang, pengusaha, politisi, jurnalis, pegawai, dll. Karena itu, tentu saja ada penghasilan yang diharapkan. Tiap penulis dapat mempunyai penghasilan yang sama atau berbeda.
Ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Misalnya, jumlah karya tulis berupa buku yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah judul buku yang diterbitkan, penghasilan pun akan kian meningkat. Selain itu, faktor laris atau tidaknya buku juga penting diperhatikan. Beruntung sekali kalau semua buku yang ditulis laris di pasaran alias best seller. Penulis dapat menjadi orang yang kaya raya.
Lihat lagi : plagiarisme = hal tabu dalam dunia tulis menulis
Contoh penulis sukses yang menulis buku berbahasa Inggris yaitu, JK Rowling di Inggris, John Grisham di Amerika Serikat. Di Indonesia ada pula penulis yang berhasil menangguk penghasilan relatif besar, misalnya Habiburrahman El-Shirazy, Andrea Hirata, dll. Bahkan Habiburahman El-Shirazy telah mendapatkan penghargaan dari Insani Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Motivasi lainnya, misalnya popularitas. Orang mengenal penulis dari karya-karyanya. Dengan menghasilkan karya, seseorang akan semakin dikenal. Tidak sedikit penulis yang meskipun baru menghasilkan satu buku, tetapi menjadi sangat terkenal karena karyanya tersebut.
Selain itu, tak jarang seorang tokoh yang akan mencalonkan diri sebagai pemimpin, juga menulis autobiografi. Isinya dapat menampilkan berbagai kiprah dan pengalamannya sehingga layak dipilih menjadi pemimpin.
Jonru (2008: 16) mengungkapkan bahwa hal yang paling menggiurkan dari pekerjaan menulis buku sebenarnya adalah hal-hal yang lebih bersifat efek samping. Salah satu di antaranya adalah kredibilitas. Setelah buku Anda terbit maka masyarakat akan langsung melihat Anda sebagai seseorang yang kredibel di bidang tertentu. Jika Anda menulis tentang “cara merakit komputer”, Anda akan segera mendapat gelar “ahli perakitan komputer”. Apalagi jika buku tersebut laris di pasaran dan menjadi pembicaraan di mana-mana, kredibilitas Anda akan makin meningkat.
Simak pula : cara cepat nan DASHYAT menerbitkan buku di penerbit Idaman!
Tidak semua orang dapat menguasai teknik menulis, namun banyak yang kemudian lahir dengan sendirinya sebagai penulis. Alasannya beragam. Ada yang memang berniat dan memulai menulis dengan draf, ada juga yang termotivasi karena lingkungan sekitar.
Kelsey Meyer, penulis yang kemudian berkonsultasi dengan sejumlah penerbit dan pengarang, menemukan beberapa alasan yang memotivasi dalam penulisan sebuah buku.
Pertama, karena frustrasi dengan lingkungan sekitar dan minimnya pengetahuan atau informasi mengenai sesuatu. Erin Callinan, pengarang buku Beautifully Bipolar, mengaku menulis buku karena dirinya kecewa dengan lingkungan sekitar.
“Saya frustrasi, dan heran mengapa banyak orang yang menganggap cacat mental itu suatu hal yang negatif, menakutkan, dengan informasi yang tidak akurat sama sekali,” ujarnya beralasan.
Erin lalu merasa mesti ada yang menyampaikan dan mengubah sudut pandang ini. Dia punya suara, punya cerita, lalu memulai untuk menuliskan. Pada awalnya dia menulis tanpa ada batasan atau draf. Ia menulis dengan menuangkan apa yang ingin ia sampaikan dengan duduk menyendiri di warung kopi pada saat-saat tertentu.
Baca juga : menulis untuk berbahasa
Dalam proses menulis, ia bahkan tidak khawatir dengan tata bahasa. Kata dia, penyempurnaan akan berlangsung pada masa proses editing.
Motivasi kedua, adalah ketika kita melihat banyaknya orang yang melakukan kesalahan yang sama. Ini merujuk pada pengalaman Stephen Monaco, yang menulis Insightful Knowledge. Ia menyadari dirinya harus menulis sebuah buku begitu melihat banyak orang melakukan kesalahan yang sama, padahal kesalahan tersebut sebisa mungkin dihindari.
“Saya melihat banyak perusahaan mengambil langkah yang salah dalam social marketing mereka. Dengan keahlian yang saya miliki mestinya saya bisa membantu mereka, makanya saya tuliskan buku social strategy dan marketing,” ujarnya.
Walau tak punya background menulis, dia punya cara lain. Stephen mengambil langkah kecil dengan bertanya pada seorang teman yang sudah menulis hampir 20 buku dan meminta sarannya. Dari situ ia mengetahui apa saja kiat dan trik yang ia butuhkan supaya bisa mengoptimalkan teknik menulis buku.
Motivasi ketiga, adalah menyadari bahwa gagasan yang akan ditulis terlalu besar jika hanya dimuat di blog. Sebagian besar penulis pemula pasti memulai dengan menulis di blog. Namun, Rohit Bhargava, penulis buku Always Eat Left-Handed-15 Surprisingly Simple Secret of Success, punya kiat lain. Menurut dia ketika gagasan terlalu besar untuk hanya dimuat di blog atau surat kabar, dia beralih menjadikannya sebuah buku.
Berikutnya sebagai motivasi keempat, tulislah buku ketika sudah mendapat informasi banyak dan riset yang mendalam tentangnya.
Pelajari pula : cara membuat daftar isi otomatis!
Punya banyak informasi mengenai sesuatu bisa menjadi salah satu motivasi kuat untuk menuangkannya menjadi sebuah buku. Namun bukan berarti itu sebuah kompilasi dari apa yang sudah diketahui. Tulisan tersebut juga mesti memuat opini dan topiknya harus spesifik. Untuk menuliskannya, Anda bisa memulai dengan menyusun rapi semua data yang ada, memilahnya, kemudian merangkai dengan runut.
Adapun motivasi kelima yang mendorong untuk melahirkan sebuah buku tak lain adalah ketika Anda sudah memulai menulis, maka tuntaskanlah sampai akhir. Amanda Barbara, wakil presiden penerbit Pubslush, mengatakan bahwa untuk mengasah teknik menulis buku, yang utama adalah memulai mengerjakannya.
Setiap orang bisa saja mengatakan dirinya ingin menulis sebuah buku, namun selalu mentok di impian dan keinginan, tanpa pernah memulai. Sementara menulis adalah proses trial and error yang memberi banyak pengalaman.
Oleh karena itu kemudian jika ingin menulis, maka tentukan waktu kapan menulis. Bila perlu buat framework dan waktu khusus. Mewujudkan untuk menulis sebuah buku bagaimanapun dimulai dari langkah kecil yang konsisten.
Apa pun motivasi orang dalam menulis, selama baik dan bermanfaat bagi umat, bangsa dan negara, tentu layak diapresiasi. Selamat menulis!
[Aditya Kusuma]