Daftar Isi
Vokasi adalah salah satu pilihan program pendidikan yang bisa dipilih setelah lulus SMA selain Sarjana. Jadi di dunia pendidikan tinggi, lulusan SMA tidak hanya bisa memilih menjadi Sarjana melainkan bisa memilih masuk ke pendidikan vokasi.
Bagi beberapa orang program pendidikan vokasi tidak terlalu familiar di telinga, padahal sudah lama ada. Tidak tertutup kemungkinan pada dasarnya memahami pendidikan vokasi sebagai sarjana dengan jenjang yang berbeda. Sehingga ada kesalahan pemahaman.
Di Indonesia, tidak susah mencari institusi pendidikan yang menyediakan program pendidikan vokasi. Tentunya menjadi pilihan menarik jika berorientasi pada penguasaan lebih banyak keterampilan. Agar bisa dipertimbangkan kenali pendidikan vokasi di bawah ini.
Program pendidikan vokasi adalah program pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menetapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya, siap kerja dan mampu bersaing secara global.
Sehingga, pendidikan vokasi lebih fokus pada kegiatan pembelajaran secara praktek atau praktek langsung di lapangan. Sebab bertujuan untuk mengasah dan mengembangkan sejumlah keterampilan mahasiswa sesuai program studi yang diambil.
Sebagai contoh, mahasiswa vokasi mengambil jurusan fotografi. Maka kegiatan pembelajaran dari awal lebih banyak turun ke lapangan langsung. Mulai dari belajar langsung cara memakai kamera, menentukan objek di sekitar, dan menentukan angle.
Lulusan pendidikan vokasi kemudian memiliki banyak sekali keterampilan. Sebab dalam pembelajaran melakukan dua unsur pembelajaran, yakni secara teori sekaligus praktek. Berbeda dengan sarjana di sejumlah universitas, dimana fokusnya adalah pada teori.
Mahasiswa di gelar Sarjana perlu mengikuti lebih banyak kegiatan seperti organisasi di kampus untuk mengasah berbagai keterampilan. Keterampilan yang diasah juga disesuaikan dengan minat dan tidak harus sesuai program studi yang diambil.
Sementara mahasiswa di vokasi adalah fokus kepada pengembangan keterampilan sehingga selama kuliah bisa sambil memperkaya keterampilan. Dimana keterampilan ini sangat berguna untuk meningkatkan daya saing di dunia kerja setelah lulus kuliah.
Jika dianalogikan, pendidikan tinggi vokasi adalah SMK untuk jenjang sekolah menengah, sedangkan Sarjana di universitas adalah SMA. Dimana siswa SMK ditujukan untuk siap masuk dunia kerja setelah lulus, begitu juga dengan lulusan vokasi.
Baca Juga:
Menerbitkan Buku bagi Dosen : Dapat Poin Kredit Tinggi
Syarat-Syarat yang Dipenuhi Dosen agar Naik Jabatan Akademik
Skema Perhitungan Angka Kredit Dosen Terbaru
Cara Cek Akreditasi Perguruan Tingi dan Produ dengan Mudah
Pendidikan vokasi diketahui memiliki 4 (empat) jenjang pendidikan, berbeda dengan Sarjana yang hanya punya 3 jenjang pendidikan. Berikut penjelasannya:
Jenjang yang pertama adalah D1 atau Diploma 1 dimana merupakan pendidikan vokasi dengan beban 32 SKS. Sehingga hanya berlangsung selama 2 semester alias satu tahun saja.
Lulusannya kemudian mendapatkan gelar Ahli Pratama (A.P) dan biasanya disediakan sejumlah program studi sesuai kebutuhan dunia kerja di sekitarnya. Jadi, institusi vokasi menyediakan jurusan sesuai kebutuhan di kota dimana institusi berdiri.
Sebagai contoh, institusi vokasi di Bali dimana mayoritas masyarakat menjalankan kegiatan pariwisata. Maka akan dibuka jurusan pariwisata, perhotelan, dan sejenisnya.
Sementara jika di Semarang, dimana banyak perkantoran modern tumbuh. Maka dibuka jurusan administrasi, sekretaris, dan sejenisnya. Tujuannya agar lulusannya memenuhi kualifikasi berbagai perusahaan di sekitarnya. Contoh gelarnya adalah:
Jenjang selanjutnya adalah pendidikan vokasi D2 atau Diploma 2 yang memiliki beban 64 SKS. Biasanya ditempuh dalam kurun waktu 4 semester, sehingga pendidikan vokasi ini membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 tahun saja.
Lulusannya kemudian mendapatkan gelar Ahli Muda (A.Ma.). Sama seperti jenjang D1, pada jenjang ini institusi penyelenggara juga akan membuka program studi sesuai kebutuhan daerah di sekitarnya. Contoh gelarnya adalah:
Selanjutnya dalam jenjang pendidikan vokasi adalah program vokasi D3 atau Diploma 3 yang memiliki beban 112 SKS. Waktu tempuh sekitar 6 semester atau selama 3 tahun, dan jenjang ini yang paling banyak disediakan penyelenggara pendidikan vokasi.
Lulusannya kemudian mendapatkan gelar Ahli Madya (A.Md). Adapun contoh gelar Ahli Madya adalah sebagai berikut:
Jenjang terakhir adalah program vokasi D4 yang memiliki beban 144 SKS dan umumnya ditempuh selama 4 tahun. Alumni dari jenjang ini kemudian mendapatkan gelar Sarjana Terapan (S.Ter.). Contoh gelarnya adalah sebagai berikut:
Pendidikan vokasi adalah pilihan tepat bagi siapa saja yang ingin memiliki banyak keterampilan. Sebab disini, mahasiswa akan mempelajari banyak keterampilan disamping mempelajari materi secara teori di kelas.
Selain itu, pendidikan vokasi juga bisa dipertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan tinggi dalam tempo singkat dan biaya yang lebih ekonomis. Misalnya mengambil jenjang D1 yang berlangsung selama 2 semester saja.
Jika ada keinginan untuk melanjutkan, maka bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi lagi. Sehingga bisa menguasai lebih banyak ilmu dan keterampilan yang merupakan bekal untuk masuk dunia kerja dan meniti jenjang karir.
Setelah mengetahui apa itu pendidikan vokasi, tentunya akan mulai mengajukan banyak pertanyaan. Salah satunya terkait perbedaan antara pendidikan vokasi dengan sarjana. Sekilas dari penjelasan di atas mungkin sudah bisa ditangkap perbedaan khasnya.
Namun, perbedaan antara pendidikan vokasi dengan sarjana ternyata tidak hanya satu atau dua aspek saja. Melainkan lebih, dan berikut beberapa diantaranya:
Perbedaan antara pendidikan akademik atau Sarjana dengan pendidikan vokasi adalah pada gelar. Gelar pendidikan yang didapatkan setelah lulus antara keduanya berbeda. Berikut detailnya untuk gelar pendidikan vokasi:
Sementara untuk gelar pendidikan alumni Sarjana adalah sebagai berikut:
Gelar pendidikan yang berbeda tersebut kemudian memudahkan masyarakat membedakan mana yang lulusan akademik dan mana yang lulusan vokasi. Terutama bagi pihak yang bertugas merekrut karyawan baru agar bisa disesuaikan kebutuhan posisi.
Perbedaan yang kedua adalah dari tujuan pendidikan, karena memang tujuan dari pendidikan akademik berbeda dengan pendidikan vokasi. Tujuan dari pendidikan vokasi adalah mengembangkan keterampilan mahasiswa.
Sehingga mata kuliah yang diterima mahasiswa identik dengan kegiatan praktek langsung. Misalnya saat mahasiswa mendapat mata kuliah sistem informasi, maka biasanya selain mendapat teori juga diminta ke lab komputer agar bisa praktek langsung.
Lewat berbagai keterampilan tersebut, pendidikan vokasi bertujuan mencetak alumni yang siap masuk dunia kerja. Sehingga saat hari pertama masuk kerja sudah bisa bekerja mandiri tanpa perlu belajar dari nol terkait penggunaan berbagai peralatan kantor.
Sebaliknya, pada pendidikan akademik atau sarjana tujuan pendidikan pada penerapan disiplin ilmu. Artinya sebagian besar mata kuliah dan materi perkuliahan adalah teori.
Sementara untuk keterampilan bisa dipelajari mahasiswa saat mengikuti magang maupun saat aktif berorganisasi di kampus. Jadi, perkuliahan digunakan untuk belajar teori ilmu sesuai bidang yang dipilih mahasiswa.
Perbedaan yang ketiga antara pendidikan akademik dan vokasi adalah pada aspek kurikulum pendidikan. Sebagaimana yang dijelaskan sekilas sebelumnya, pendidikan vokasi memiliki kegiatan praktek lebih banyak.
Sehingga kurikulum yang diterapkan secara umum adalah 60% terdiri dari kegiatan praktek langsung, sedangkan 40% sisanya adalah kegiatan pembelajaran secara teori. Sehingga ada lebih banyak mata kuliah praktek didapatkan mahasiswa.
Sedangkan untuk pendidikan akademik adalah kebalikannya, dimana 60% merupakan kegiatan pembelajaran secara teori. Sementara untuk praktek hanya 40% saja.
Sehingga sangat cocok bagi mahasiswa yang lebih suka belajar di kelas dibanding di laboratorium atau kunjungan ke lapangan. Sebab tempat pembelajaran cenderung stagnan, berbeda dengan vokasi yang bisa belajar di banyak tempat.
Antara pendidikan vokasi dengan sarjana atau akademik juga berbeda dari segi waktu tempuh pendidikan. Pada vokasi lama waktu tempuh berkisar dari 1 tahun sampai maksimal 4 tahun, tergantung dari jenjang yang diambil. Detailnya adalah:
Sementara di akademik, lulusan Sarjana memiliki waktu tempuh lebih bervariasi dan cenderung lebih lama dibandingkan dengan vokasi. Alasan ini juga yang membuat biaya kuliah di akademik lebih mahal dibanding vokasi. Detailnya adalah:
Menariknya lagi, di dalam pendidikan Sarjana terdapat beberapa program studi yang bisa lanjut ke pendidikan profesi. Misalnya lulusan S1 Farmasi bisa lanjut ke pendidikan profesi Apoteker.
Selain itu ada juga jurusan Kedokteran Gigi dan masih banyak lagi yang lainnya. Mengambil pendidikan profesi akan membantu meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang yang ditekuni. Selain itu bisa mendapatkan gaji lebih tinggi saat masuk dunia kerja.
Dulu, banyak yang resah jika mengambil pendidikan vokasi karena susah untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Apalagi vokasi hanya sampai di jenjang D4 yang setara dengan S1.
Namun, lain dulu lain juga dengan sekarang. Jika dulu peluang untuk melakukan studi lanjut pada alumni vokasi adalah sangat kecil. Namun kini sama besarnya dengan alumni akademik atau jenjang S1.
Kenapa? Sebab lulusan D4 di vokasi bisa langsung melanjutkan pendidikan S2 atau Magister. Kini sudah banyak perguruan tinggi yang menerima mahasiswa baru di jenjang S2 yang merupakan alumni D4.
Namun, jika dari pendidikan vokasi baru lulus D1 atau D3 maka perlu melanjutkan dulu ke jenjang D4. Bisa juga pindah dari vokasi menuju ke akademik. Sebagai contoh lulusan D3 yang lanjut S1 di akademik, hal ini diperbolehkan.
Jadi, apapun program pendidikan yang diambil dan jika ada rencana melakukan studi lanjut. Maka tidak perlu bingung karena baik dari vokasi maupun akademik sama-sama punya peluang besar untuk studi lanjut sampai Doktor atau S3.
Perbedaan akademik dan vokasi lainnya adalah dari segi prospek kerja, dimana pendidikan vokasi cenderung lebih unggul. Sebab tujuan pendidikan vokasi adalah mencetak alumni yang siap di dunia kerja.
Sehingga lowongan pekerjaan di masa sekarang yang menuntut kandidatnya menguasai sejumlah keterampilan bisa dipenuhi dengan baik. Alhasil, lulusan pendidikan vokasi lebih sering segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus.
Ditambah, kebanyakan instansi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi bekerjasama dengan berbagai mitra. Sebagian besar dari kalangan perusahaan dan industri yang siap menampung alumninya.
Sedangkan di akademik, lulusannya memiliki prospek kerja yang lebih terbatas sehingga persaingan di dunia kerja sengit. Tidak sedikit yang harus bersabar mencari pekerjaan sampai berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.
Namun, meskipun begitu lulusan akademi memiliki prospek karir yang lebih baik. Adapun prospek karir adalah peluang bagi seorang karyawan untuk mendapatkan promosi dan jenjang karir yang lebih baik di dalam suatu perusahaan di masa yang akan datang.
Artinya lulusan akademik memiliki peluang mengisi jabatan strategis seperti manajer, direktur, dan sejenisnya. Sebab ilmu yang mereka kuasai diperlukan untuk mendorong perkembangan bisnis dalam melakukan inovasi.
Sementara lulusan pendidikan vokasi sangat ideal merealisasikan atau mempraktekan strategi pengembangan dari alumni akademik tadi. Jadi, jika ingin punya jenjang karir dan jabatan tinggi ada baiknya masuk ke akademik dibanding vokasi.
Baca Juga:
Syarat dan Prosedur Pengajuan NIDN Dosen Perguruan Tinggi
Jenis-Jenis Dosen di Perguruan Tinggi
Prosedur Menjadi Dosen Tetap Yayasan
Mengenai gelar vokasi adalah sudah disampaikan sebelumnya, dimana gelar yang diberikan disesuaikan dengan jenjang yang diambil. Dimana jenjang pendidikan vokasi ada 4 dimulai dari jenjang D1, D2, D3, dan kemudian D4 atau Sarjana Terapan.
Adapun gelar yang nantinya akan disandang oleh para alumni di pendidikan vokasi adalah sebagai berikut:
Jenjang yang diambil akan menentukan gelar pendidikan yang didapatkan. Setiap institusi pendidikan vokasi kemudian menyediakan jenjang berbeda-beda. Kebanyakan membuka jenjang D1 sampai D3, kemudian D4. Jadi untuk jenjang D2 terbilang jarang.
Pemilihan jenjang pendidikan vokasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan maupun rencana dalam melanjutkan pendidikan tinggi. Sebab semakin tinggi jenjang yang diambil maka biaya pendidikan semakin mahal. Maka perlu disesuaikan juga dengan anggaran.
Dari penjelasan di atas mungkin bisa dijadikan panduan untuk memilih program pendidikan mana yang akan diambil setelah lulus SMA. Sebab tidak sedikit yang bingung menentukan pilihan.
Jika ditanya mana yang lebih baik antara akademik dan vokasi, maka jawabannya adalah keduanya sama baiknya. Kenapa? Sebab antara vokasi dan akademik ada perbedaan dari banyak aspek seperti yang telah dijelaskan.
Sehingga masing-masing cocok untuk mahasiswa dengan tujuan yang dimiliki. Jika ingin cepat bekerja maka vokasi bisa diutamakan. Namun jika ingin punya prospek karir cemerlang saat bekerja, maka pendidikan akademik bisa diutamakan.
Kenali betul keduanya, termasuk pemahaman tentang program pendidikan vokasi adalah pendidikan yang fokus ke keterampilan di lapangan. Maka bisa memilih yang dirasa paling sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan rencana pendidikan yang disusun.
Artikel Terkait:
Tahapan Pengajuan Akreditasi Melalui SAPTO BAN-PT
Pengertian Akreditasi, Sejarah, Kriteria, dan Cara Mengeceknya
Bisa Membantu Akreditasi Institusi, Inilah 7 Manfaat Menulis Buku Bagi Dosen
Apa Itu Asesor? Ini Syarat dan Cara Menjadi Asesor
Apa itu PhD? Ini Perbedaaan PhD dan Doktor
Tahukah Anda bahwa salah satu cara untuk meningkatkan poin KUM adalah menerbitkan buku. Aturan ini tertuang dalam PO PAK 2019.
Sayangnya, kesibukan dalam mengajar, membuat dosen lupa dengan kewajiban lainnya yaitu mengembangkan karir. Maka dari itu, Penerbit Deepublish hadir untuk membantu para dosen meningkatkan poin KUM dengan menerbitkan buku.
Kunjungi halaman Daftar Menerbitkan Buku, agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda.
Selain itu, kami juga mempunyai E-book Gratis Panduan Menerbitkan Buku yang bisa membantu Anda dalam menyusun buku. Berikut pilihan E-Book Gratis yang bisa Anda dapatkan:
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…