Daftar Isi
Seorang dosen dengan kewajiban menulis lalu menerbitkan buku tentu membutuhkan cara cepat menulis. Pasalnya, kesibukan dosen di dunia akademik tentunya tidak hanya menulis naskah buku saja.
Maka harus bisa menulis dengan cepat dan efektif agar tanggung jawab akademik lain tidak terbengkalai. Selain itu naskah buku juga bisa segera diselesaikan dan diterbitkan. Lalu, apa saja yang perlu dilakukan dosen agar kegiatan menulisnya cepat dan efektif?
Cara Cepat Menulis Buku Hasil Penelitian
Buku karya dosen biasanya buku ilmiah yang bersumber dari hasil penelitian dan hasil kajian literatur (studi literatur). Membantu produktif menulis dan prosesnya juga cepat, maka banyak dosen mengembangkan naskah buku berdasarkan hasil penelitian.
Namun, bagaimana cara cepat menulis buku hasil penelitian tersebut? Berikut beberapa cara cepat menulis buku yang bisa Anda coba:
1. Merumuskan Judul
Hal pertama yang harus dilakukan dosen untuk mempercepat proses menulis naskah buku dari hasil penelitian adalah merumuskan judul. Jadi, jika diperhatikan judul artikel ilmiah berbeda sekali dengan judul buku.
Judul artikel ilmiah hasil penelitian dibuat ringkas, padat, dan jelas. Sementara pada buku perlu memberi tambahan estetika agar terlihat menarik. Sebab judul yang menarik dapat meningkatkan minat pembaca.
Supaya proses mengubah hasil penelitian menjadi naskah buku lebih cepat, maka judul perlu dirumuskan di awal. Sehingga bisa mengacu pada judul saat masuk ke tahap berikutnya, terutama di tahap menyusun kerangka karangan.
2. Mengubah Struktur Hasil Penelitian Menjadi Buku
Langkah kedua dalam cara cepat menulis buku dari hasil penelitian adalah mengubah struktur. Jadi, ada beberapa bagian di dalam artikel ilmiah yang berbeda dengan naskah buku.
Beberapa bagian perlu diubah, misalnya pada daftar isi dimana bab dan judul sub bab akan berbeda meskipun semua bab dan sub bab artikel ilmiah harus masuk. Selain itu ada beberapa bagian yang harus dihapus atau dihilangkan.
Misalnya abstrak di artikel ilmiah yang diterbitkan ke jurnal dan prosiding. Pada naskah buku tidak ada abstrak. Selain itu ada proses penambahan bagian yang tidak ada menjadi ada di naskah buku. Misalnya halaman kata pengantar, profil penulis, dan sinopsis buku.
3. Menyusun Kerangka Karangan
Jika sudah paham perubahan struktur pada naskah buku dari hasil penelitian maka tinggal masuk ke tahap menyusun kerangka karangan. Kerangka ini berisi bab dan sub bab lengkap dengan judul.
Sekilas, menyusun kerangka karangan terasa sia-sia dan dianggap beberapa dosen sebagai langkah membuang waktu. Menyusun kerangka memang butuh waktu, katakanlah 20-30 menit.
Namun dengan kerangka karangan ini proses mengembangkan naskah di setiap bab dan sub bab menjadi lebih cepat. Jika dibandingkan dengan menulis bab tanpa kerangka maka akan didapatkan perbedaan durasi yang signifikan.
Jadi, dalam cara cepat menulis buku dianjurkan meluangkan waktu menyusun kerangka karangan. Sebab menjadi peta jalan agar dosen paham apa saja yang harus ditulis di setiap bab, harus fokus di topik mana, dan dijamin penjelasan runtut.
4. Mengumpulkan Referensi Tambahan
Mencari tambahan referensi sangat mungkin dilakukan saat mengubah hasil penelitian menjadi buku. Sebab pembahasan buku memang lebih kompleks. Mengumpulkan referensi sebaiknya dilakukan di awal, jangan di sela-sela menulis karena akan memakan waktu lebih lama.
5. Mengembangkan Kerangka Secara Konsisten
Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka karangan yang sudah dibuat dengan konsisten. Silakan mengatur waktu agar memiliki waktu khusus untuk menulis.
Entah setiap hari atau beberapa kali dalam seminggu, tinggal disesuaikan dengan jadwal dosen yang bersangkutan. Tidak harus menulis banyak, sedikit saja per hari jauh lebih baik dibanding naskah tidak berkembang.
6. Lakukan Editing dan Kirimkan ke Penerbit
Cara cepat menulis buku yang terakhir adalah melakukan editing untuk menyempurnakan naskah dan mengoreksi kesalahan minor. Usahakan tidak mengirimkan naskah ke penerbit tanpa editing mandiri.
Sebab jika naskah amburadul ada kemungkinan ditolak penerbit. Sekalinya diterima, maka dijamin ada proses revisi. Terlalu banyak revisi membuat naskah tidak bisa diselesaikan dan diterbitkan secepatnya. Jika sudah, baru dikirimkan ke penerbit.
Punya materi hasil penelitian yang menumpuk? Jadikan buku saja! Cek contoh Buku Hasil Penelitian dan Cara Membuatnya
Tips Menulis dan Menerbitkan Buku Lebih Cepat
Kesulitan untuk menulis buku dari hasil penelitian secara mandiri? Beberapa dosen memang memiliki kesibukan tinggi, apalagi jika mendapat tugas tambahan atau memangku jabatan struktural.
Sebagai solusi agar tetap produktif menulis dan menerbitkan buku hasil penelitian, Anda bisa menggunakan layanan parafrase dari Penerbit Deepublish. Parafrase Konversi adalah layanan mengubah artikel ilmiah atau hasil penelitian menjadi buku.
Artikel ilmiah disini mencakup artikel pada jurnal maupun prosiding, skripsi, tesis, disertasi, dan lain sebagainya. Layanan Parafrase Konversi Penerbit Deepublish dikerjakan oleh tim profesional sehingga dijamin berkualitas. Informasi lebih mengenai layanan ini bisa mengunjungi laman Layanan Parafrase Konversi Penerbit Deepublish.
Baca Juga:
- Contoh Buku Ajar Dosen dan Buku Hasil Penelitian
- Cara Membuat Buku Monograf Hasil Penelitian
- Cara Membuat Buku Ajar dari Hasil Penelitian
Keuntungan Menerbitkan Buku Lebih Cepat dan Rutin Bagi Dosen
Lewat layanan Parafrase dari Penerbit Deepublish maka dosen bisa lebih sering menerbitkan buku dan dalam tempo yang cepat. Jika hal ini dicapai maka ada banyak keuntungan yang bisa diraih dosen apabila menerbitkan buku dengan cepat, diantaranya:
a. Memiliki Riwayat Publikasi Ilmiah yang Baik
Dosen diketahui merupakan pakar di suatu bidang keilmuan. Lalu, apakah semua dosen menjadi pakar? Pada dasarnya iya. Namun untuk mengukuhkan diri maka perlu menghasilkan karya yang menunjukan kepakaran tersebut.
Salah satunya dengan membangun riwayat publikasi ilmiah yang konsisten. Publikasi ilmiah ini tak hanya jurnal maupun prosiding, tetapi juga menerbitkan buku. Jadi, rutin menerbitkan buku dalam waktu cepat efektif membangun riwayat publikasi yang baik.
b. Menunjukan Profesionalitas sebagai Dosen
Dalam menjalankan aktivitas Tri Dharma, dosen akan sangat familiar dengan kewajiban publikasi ilmiah. Misalnya, tugas pendidikan menerbitkan buku ajar, tugas penelitian menerbitkan buku monograf, dan sebagainya.
Dosen yang sukses menerbitkan buku secara rutin dan mempublikasikan jurnal secara berkala. Maka artinya adalah dosen profesional dan bertanggung jawab. Kepakarannya akan lebih diakui lewat pelaksanaan seluruh tugas akademik tersebut.
c. Memperoleh KUM Tinggi untuk Percepatan Kenaikan Jabfung
Publikasi hasil penelitian dalam bentuk buku memberi tambahan KUM atau angka kredit terbilang tinggi, tidak jauh berbeda dengan jurnal internasional. Misalnya untuk KUM buku monograf adalah 20 poin, jika buku referensi maka mendapat 40 poin.
Semakin rutin menulis dan menerbitkan buku, maka per tahun dosen mendapatkan tambahan KUM dengan angka tinggi. Hal ini akan menjadi bagian dari strategi percepatan kenaikan jabatan fungsional. Sehingga jauh sebelum masuk usia pensiun memperbesar peluang menjadi Guru Besar.
d. Meningkatkan Pendapatan
Menerbitkan buku memang berbeda dengan jurnal, salah satunya jika dilihat dari aspek finansial. Menerbitkan artikel pada jurnal ilmiah membuat dosen harus mengeluarkan biaya, lain halnya dengan menerbitkan buku.
Meskipun proses penerbitan memberi beban biaya kepada dosen, akan tetapi bisa kembali dalam bentuk royalti. Semakin banyak buku terjual semakin besar royalti diterima. Semakin banyak judul buku diterbitkan, nilai royalti semakin tinggi.
Itulah sejumlah keuntungan yang didapatkan dosen ketika menguasai cara cepat menulis buku dari hasil penelitian. Jika memang merasa bisa disusun sendiri maka silakan konsisten dan melakukan manajemen waktu sebaik mungkin. Jika sebaliknya, silakan hubungi Penerbit Deepublish untuk menggunakan Layanan Parafrase Konversi.
Baca Juga: