Mengenal Rumusan Masalah Deskriptif, Komparatif dan Asosiatif

Rumusan Masalah Deskriptif Komparatif dan Asosiatif

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan proposal usulan, peneliti atau dosen perlu merumuskan rumusan masalah. Rumusan ini bisa dalam bentuk deskriptif, komparatif, maupun asosiatif sesuai dengan karakteristik penelitian yang akan dilakukan. 

Jadi, memahami betul bentuk-bentuk rumusan masalah dalam penelitian sangat penting agar perumusannya tepat dan membantu merancang penelitian yang bisa menjawab rumusan masalah tersebut. Berikut informasinya. 

Apa Itu Rumusan Masalah?

Dikutip melalui buku berjudul Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, karya Sugiyono (2013), rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dalam kegiatan penelitian. 

Rumusan masalah pada penelitian bukan masalah yang diteliti, masalah yang diteliti disebut sebagai topik penelitian. Sementara itu, rumusan masalah berisi daftar beberapa pertanyaan berkaitan dengan topik penelitian. 

Daftar pertanyaan inilah yang diusahakan bisa dijawab oleh peneliti berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan dan bisa dijawab menggunakan hasil dari penelitian tersebut. 

Merumuskan daftar pertanyaan penelitian bersifat wajib, baik dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif dalam penelitian di berbagai bidang keilmuan. Jadi, para dosen dan peneliti memiliki kebutuhan dan kewajiban untuk bisa merumuskan daftar pertanyaan tersebut. 

Umumnya, perumusannya dilakukan di tahap persiapan penelitian. Pasalnya, daftar pertanyaan ini akan dicantumkan di dalam proposal penelitian. Jadi, sudah harus ada sebelum rencana penelitian disusun lengkap dan dijadikan proposal usulan. 

Bentuk-Bentuk dari Rumusan Masalah 

Sesuai penjelasan sekilas di awal, rumusan masalah dalam kegiatan penelitian memiliki bentuk atau jenis yang beragam. Secara umum terdiri dari 3 jenis bentuk rumusan masalah, yakni rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Berikut penjelasan detailnya: 

1. Rumusan Masalah Deskriptif

Bentuk yang pertama adalah rumusan masalah deskriptif. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri (variabel tunggal maupun dua variabel yang bisa berdiri sendiri).

Rumusan masalah bentuk ini biasanya diterapkan pada penelitian deskriptif, yakni suatu penelitian yang tujuan utamanya untuk memahami suatu fenomena dan menjelaskan detail fenomena tersebut, seperti menjelaskan penyebabnya, seperti apa fenomenanya, dan bagaimana dampaknya.  

Sehingga, penelitian semacam ini tidak akan membandingkan dua variabel atau lebih maupun tidak mencari hubungan dan keterkaitan antara dua variabel atau lebih, tetapi untuk memahami variabel tersebut dan mendeskripsikannya. 

Salah satu ciri khas dari rumusan masalah deskriptif adalah mengawali dengan kata tanya seperti apa, bagaimana, dan juga siapa. Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan atau rumusan masalah berbentuk deskriptif: 

  • Bagaimana tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan perpustakaan kampus?
  • Apa faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca siswa di SMA Negeri 1 Bandung?
  • Bagaimana bentuk komunikasi antara dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran daring?
  • Apa saja jenis strategi pemasaran yang digunakan UMKM di Kota Malang?
  • Bagaimana tingkat motivasi belajar mahasiswa selama perkuliahan daring?
  • Bagaimana pola kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah di SMA Negeri 5 Jakarta?
  • Bagaimana persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan di toko online Shopee?

Dari beberapa contoh tersebut, Anda bisa memahami bahwa pertanyaan di dalam rumusan masalah deskriptif bertujuan untuk memahami suatu fenomena. Misalnya pada contoh pertama, peneliti ingin mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa pada layanan perpustakaan kampus. 

Sehingga, tidak menanyakan apa hubungan kepuasan mahasiswa dengan layanan kampus. Tipe pertanyaan seperti ini biasanya akan dijawab dengan uraian yang menjelaskan secara rinci sehingga jawaban pun akan mendeskripsikan fenomena yang dicari tahu atau diteliti. 

2. Rumusan Masalah Komparatif 

Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. 

Melalui definisi tersebut, bentuk komparatif merupakan kebalikan dari bentuk deskriptif yang dijelaskan sebelumnya karena jenis ini akan ada proses mencari tahu perbedaan variabel dalam penelitian. 

Sehingga, tujuan utama penelitian dengan rumusan masalah jenis ini adalah untuk membandingkan dan membedakan suatu fenomena dengan fenomena lain. Ciri utamanya adalah penggunaan kata dan kalimat tanya yang berisi perbandingan dua hal atau dua fenomena berbeda. 

Meskipun membandingkan variabel penelitian, penelitian dengan rumusan masalah jenis ini tidak bertujuan mencari hubungan variabel penelitian. Misalnya tidak mencari hubungan sebab akibat atau sebaliknya, melainkan fokus hanya mencari perbandingan variabel penelitian. Berikut beberapa contohnya: 

  • Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan metode diskusi dan metode ceramah?
  • Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan pelanggan antara pengguna layanan Grab dan Gojek?
  • Bagaimana perbedaan gaya kepemimpinan antara manajer pria dan wanita di perusahaan X?
  • Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar antara mahasiswa semester awal dan semester akhir?
  • Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan media digital dengan siswa yang belajar menggunakan buku cetak?
  • Apakah ada perbedaan tingkat kinerja karyawan antara yang bekerja dari rumah (remote) dan yang bekerja di kantor?
  • Apakah terdapat perbedaan loyalitas pelanggan antara pengguna produk merek lokal dan merek internasional?

Melalui beberapa contoh tersebut, Anda akan semakin mudah memahami apa itu rumusan masalah komparatif yang berisi daftar pertanyaan yang ingin mencari tahu perbedaan atau perbandingan dua hal, dua fenomena, dan dua kondisi berbeda. 

3. Rumusan Masalah Asosiatif 

Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jenis ini digunakan dalam penelitian yang ingin mengetahui hubungan beberapa variabel yang diteliti. 

Misalnya mencari tahu ada tidaknya hubungan sebab akibat, hubungan timbal balik, dan bentuk hubungan lainnya. Rumusan masalah asosiatif diterapkan pada penelitian yang meneliti dua variabel atau lebih yang memiliki hubungan atau keterkaitan. 

Pada bentuk ini, rumusan masalah kemudian terbagi lagi menjadi beberapa jenis yang dipengaruhi bentuk hubungan variabel yang diteliti. Berikut penjelasannya: 

a. Hubungan Simetris 

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Variabel yang diteliti akan dicari tahu hubungan yang terbentuk. 

Variabel tidak membentuk hubungan sebab akibat maupun timbal balik, tetapi mengarah pada hubungan dua variabel yang beriringan dan tidak mempengaruhi satu sama lain. 

Berikut adalah beberapa contoh rumusan masalah asosiatif dengan hubungan simetris: 

  • Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dan preferensi terhadap jenis musik di kalangan remaja?
  • Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan masyarakat di Kota Bandung?
  • Apakah terdapat hubungan antara usia dan pilihan media sosial yang paling sering digunakan?
  • Apakah terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dan gaya hidup masyarakat perkotaan?
  • Apakah terdapat hubungan antara daerah tempat tinggal dan kebiasaan berbelanja online?

b. Hubungan Kausal (Sebab – Akibat) 

Hubungan kausal atau sebab – akibat adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi, ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). 

Dua variabel atau lebih yang diteliti diketahui memiliki hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi. Secara spesifik, hubungan tersebut menjelaskan ada salah satu variabel yang menjadi penyebab. Sementara variabel lainnya adalah dampak (akibat) dari variabel sebelumnya. 

Ciri khas rumusan masalah dengan hubungan kausal adalah menggunakan kata yang menunjukan hubungan sebab – akibat, seperti kata pengaruh, dampak, akibat, dan sejenisnya. Berikut beberapa contohnya: 

  • Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa?
  • Apakah promosi di media sosial berpengaruh terhadap peningkatan penjualan produk UMKM?
  • Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
  • Apakah tingkat stres kerja berpengaruh terhadap produktivitas pegawai?
  • Apakah kualitas pelayanan mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan pada hotel berbintang di Bali?
  • Apakah penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA?
  • Apakah intensitas penggunaan media sosial berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan?

c. Hubungan Interaktif (Timbal Balik) 

Terakhir adalah rumusan masalah asosiatif dengan hubungan interaktif atau timbal balik. Hubungan interaktif adalah hubungan dimana dua variabel saling mempengaruhi satu sama lain.

Sekilas, hubungan interaktif tampak sama persis dengan hubungan kausal yang dijelaskan sebelumnya, tetapi kedua jenis hubungan ini berbeda satu sama lain. 

Pada hubungan kausal, dua variabel atau lebih dalam penelitian memiliki hubungan satu arah. Satu variabel sebagai sebab dan mengarah pada variabel lain yang mengalami dampak atau akibatnya. 

Sementara di dalam hubungan interaktif, hubungan antara dua variabel penelitian atau lebih adalah hubungan dua arah. Variabel A mempengaruhi variabel B. Begitu juga sebaliknya, variabel B bisa mempengaruhi variabel A. 

Misalnya hubungan antara tingkat kepuasan pelanggan dan loyalitas pada sebuah produk. Dimana loyalitas pelanggan akan membentuk kepuasan tinggi. Sebaliknya, kepuasan yang tinggi pada produk akan membentuk loyalitas pelanggan. Berikut beberapa contohnya: 

  • Apakah terdapat hubungan timbal balik antara kepuasan kerja dan kinerja karyawan?
  • Bagaimana hubungan saling memengaruhi antara komunikasi dalam keluarga dan keharmonisan rumah tangga?
  • Apakah motivasi belajar dan hasil belajar siswa saling mempengaruhi satu sama lain?
  • Bagaimana hubungan interaktif antara kepercayaan pelanggan dan loyalitas terhadap merek?
  • Apakah gaya kepemimpinan dan budaya organisasi saling berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas kerja?
  • Apakah terdapat hubungan timbal balik antara keaktifan siswa dalam diskusi kelas dan kepercayaan diri dalam berbicara di depan umum?
  • Bagaimana hubungan saling memengaruhi antara motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap produktivitas karyawan?

Pada beberapa contoh tersebut, menunjukan adanya dua variabel dalam penelitian yang membentuk hubungan dua arah (timbal balik) sehingga satu sama lain saling mempengaruhi. Kedua variabel bisa menjadi penyebab sekaligus bisa menjadi akibat. 

Apabila melakukan penelitian dan melibatkan dua variabel yang membentuk hubungan saling mempengaruhi satu sama lain. Maka rumusan masalah yang disusun bisa menggunakan hubungan interaktif. 

Itulah penjelasan secara rinci mengenai apa itu rumusan masalah dan jenis-jenisnya atau bentuk-bentuknya sehingga bisa dipahami bahwa rumusan masalah bukan hanya satu bentuk saja. Misalnya hanya sebab akibat. 

Pasalnya, suatu penelitian bisa saja berhadapan dengan dua variabel atau lebih yang hubungannya saling mempengaruhi atau juga bisa hubungan keduanya netral, sehingga membentuk hubungan yang selaras. 

Memahami bentuk-bentuk rumusan masalah dari deskriptif, komparatif, dan asosiatif akan membantu merumuskan pertanyaan penelitian yang tepat, yakni relevan dengan topik, tujuan penelitian, dan menentukan variabel apa saja yang akan diteliti. Rumusan masalah yang tepat akan mendukung jalannya penelitian.

Baca artikel tentang “rumusan masalah” berikut:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan