Daftar Isi
Pada saat seorang dosen, mahasiswa, maupun peneliti menyusun laporan hasil penelitian maupun karya tulis ilmiah lain. Maka akan menggunakan bahasa ilmiah atau bahasa ragam ilmiah untuk membangun seluruh isi dari karya tulis ilmiah yang disusun tersebut.
Istilah bahasa ragam ilmiah ini menunjukan bahwa ada bahasa khusus yang digunakan untuk menyusun karya tulis ilmiah. Meskipun menggunakan bahasa Indonesia, akan tetapi ada perbedaan antara keduanya.
Membantu menyusun karya tulis ilmiah yang kualitasnya baik, tentu dimulai dengan menguasai bahasa ragam ilmiah dengan baik juga. Sehingga isi karya yang Anda susun bisa dipahami oleh para pembacanya.
Dikutip melalui Buku Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Karya Tulis Ilmiah karya dari I Nengah Laba dan Ni Made Rinayanthi (2018). Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan ilmiah.
Secara sederhana, bahasa ragam ilmiah digunakan secara khusus untuk menyampaikan hasil kegiatan ilmiah. Misalnya hasil dari kegiatan penelitian yang dilakukan seorang akademisi maupun peneliti.
Bahasa jenis ini sekali lagi memang tampak sama dengan bahasa Indonesia pada umumnya. Namun, jika diperhatikan dengan seksama maka akan menjumpai beberapa perbedaan.
Salah satunya dari bentuk kosakata. Sebab bahasa ilmiah memang terdiri dari bahasa Indonesia asli, serapan dari bahasa daerah di Indonesia, dan serapan dari sejumlah bahasa asing. Baik itu bahasa Latin, bahasa Inggris, dan lain sebagainya.
Selain itu, penggunaan ragam bahasa ilmiah juga bersifat formal dan kaku. Sehingga ketika menggunakan bahasa Indonesia maka semua dalam bentuk formal dan mengikuti ketentuan dalam EYD.
Terdapat sejumlah ciri khas dari ragam bahasa ilmiah untuk menyusun karya tulis ilmiah jenis apapun. Ciri ini tentu wajib dipahami agar memudahkan proses menyusun kalimat dengan ragam bahasa ilmiah tersebut.
Setidaknya, ada 8 (delapan) hal yang menjadi ciri khas dari ragam bahasa ilmiah, diantaranya:
Ciri yang pertama dari bahasa ragam ilmiah adalah cendekia yang artinya ragam bahasa satu ini mampu membentuk pernyataan dengan seksama sehingga jelas dan bisa dipahami dengan baik oleh para pembaca.
Ciri ini sangat penting untuk terpenuhi agar isi dari karya tulis ilmiah yang disusun mudah dipahami dan tidak menimbulkan misinterpretasi. Maka penting untuk menggunakan ragam kata baku dan disusun dari kalimat yang efektif.
Berikut adalah contoh dari kalimat yang memenuhi ciri cendekia dalam karya tulis ilmiah:
Contoh pertama dikatakan salah karena tidak bisa menjelaskan hubungan dari setiap kalimat. Selain itu tidak hemat kata. Begitu sebaliknya dengan contoh kedua yang bisa menjelaskan pola sebab akibat dan hemat kata.
Ciri kedua dari bahasa ilmiah adalah lugas, yaitu yaitu bahasa yang digunakan mampu menyampaikan informasi dengan jelas dan tidak bermakna ganda. Sehingga wajib memilih kosakata yang maknanya jelas dan penulisannya sesuai EYD.
Tujuannya agar informasi yang dijelaskan bisa tersampaikan kepada pembaca. Sekaligus memastikan pemahaman yang diterima pembaca sama persis dengan apa yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Berikut penjelasannya dalam contoh:
Penggunaan istilah “di awang-awang” pada contoh pertama dipandang tidak jelas maknanya. Sebab termasuk kata kiasan dan tidak seharusnya digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Ciri dari ragam bahasa ilmiah yang ketiga adalah jelas, yang artinya pemilihan kata atau penyusunan kalimat harus memiliki makna yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga harus jelas.
Misal ingin menjelaskan suatu unsur dan dampaknya ketika bertemu dengan unsur lain. Maka pemilihan kalimat harus tepat agar hubungan sebab akibat tersebut tercantum dengan jelas dan bisa dipahami pembaca.
Ciri keempat dari bahasa ragam ilmiah adalah formal atau bersifat formal. Inilah alasan kenapa karya tulis ilmiah selalu terasa membosankan, karena memang disusun dengan kata baku dan dibuat formal. Ragam kalimat juga berbentuk pasif.
Oleh sebab itu, peneliti wajib memiliki keterampilan bahasa yang baik agar selalu menggunakan kosakata yang baku dan penulisannya mengikuti ketentuan dalam EYD. Dalam hal ini bisa menggunakan alat bantu seperti KBBI maupun Tesaurus.
Ciri berikutnya adalah objektif, artinya setiap ragam kata atau pilihan kata yang digunakan bersifat objektif bukan subjektif. Setiap kalimat yang disusun wajib memiliki landasan yang jelas. Artinya, semua informasi harus memiliki sumber jelas.
Selain itu juga bersifat pasti, tidak ada kalimat yang maknanya merupakan suatu pernyataan yang masih ragu dan tidak jelas kebenarannya. Sehingga tidak ada informasi hasil menerka atau menebak, melainkan ada data yang valid.
Ciri keenam dari bahasa ilmiah adalah konsisten, artinya setiap unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai dengan kaidah maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
Sehingga setiap kali menyusun karya tulis ilmiah biasanya tanda baca yang digunakan cenderung stabil. Kebanyakan tanda koma, tanda titik, dan sedikit tanda tanya misalnya pada rumusan masalah. Sehingga tidak dijumpai tanda seru.
Ciri selanjutnya adalah bertolak dari gagasan, artinya pemilihan kata dan penyusunan kalimat dalam karya tulis ilmiah adalah berorientasi pada gagasan. Sehingga fokus utamanya adalah bagaimana menjelaskan gagasan dengan efektif.
Mencapai ciri ini, jenis kalimat yang paling cocok untuk digunakan adalah kalimat pasif. Sehingga karya tulis ilmiah lebih umum memakai kalimat pasif dibanding kalimat aktif. Tujuannya agar gagasan tersampaikan dengan baik, meski memakai kalimat yang singkat.
Ciri terakhir dari ragam bahasa ilmiah adalah ringkas dan juga padat. Artinya, kata di dalam kalimat memang disusun dengan efisien sehingga tidak ada pemborosan kata agar gagasan yang ingin disampaikan dipahami pembaca dengan baik.
Meskipun demikian, Hindarilah Menulis Buku Ilmiah Dengan Bahasa Kaku nan Membosankan!
Dalam menyusun buku ilmiah, pastikan juga tulisan sudah sesuai dengan syarat kalimat efektif agar ide Anda mudah dipahami. Ikuti syarat ‘kalimat efektif’ berikut:
Penggunaan bahasa ilmiah dalam karya tulis tidak hanya pada paper, artikel ilmiah, dan makalah saja. Melainkan juga untuk beberapa jenis buku yang masuk ke dalam kategori buku ilmiah. Berikut beberapa jenisnya:
Secara umum, buku ajar adalah buku yang dijadikan pegangan untuk mata kuliah yang disusun dan ditulis oleh pakar di bidangnya. Biasanya disusun oleh dosen dengan mengacu hasil penelitian, studi literatur, dan disesuaikan dengan RPS.
Buku monograf adalah tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam satu bidang ilmu kompetensi penulis. Buku jenis ini juga umum ditulis oleh dosen dengan mengacu pada hasil penelitian.
Buku referensi adalah karya tulis atau tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya fokus pada satu bidang ilmu. Bedanya dengan monograf adalah topik yang dibahas lebih beragam, sementara monograf hanya satu topik.
Terakhir adalah bunga rampai atau book chapter, yaitu kumpulan karya tulis ilmiah dengan satu tema pembahasan melalui beberapa sudut pandang keilmuan. Sehingga isinya adalah kumpulan artikel ilmiah karya sejumlah dosen di satu bidang keilmuan.
Buku-buku ilmiah ini secara umum disusun oleh para dosen maupun peneliti dari berbagai lembaga penelitian. Adapun penerbit yang rutin menerbitkan buku ilmiah seperti ini, salah satunya adalah Penerbit Deepublish.
Buku-buku di atas merupakan buku yang dihasilkan dari penelitian. Untuk memperluas jangakuan pembaca, buat tulisan dengan bahasa sederhana agar makin mudah dipahami. Ini kuncinya:
Membantu lebih memahami apa itu bahasa ilmiah dan bagaimana penyusunan kalimat dengan ragam bahasa jenis ini. Maka berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan bahasa ragam ilmiah tersebut yang bisa dipelajari:
Pemerintah Indonesia juga tampak adem ayem saja ketika UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara anggota ASEAN, selain Indonesia, yang membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. Angka tersebut kian timpang saat disandingkan dengan warga Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku per tahun. Saat bersamaan, warga Jepang membaca 10-15 buku setahun (Republika, 12 September 2015).
Contoh di atas bisa dikatakan sudah memenuhi sejumlah ciri khas dari ragam bahasa ilmiah yang sebelumnya sudah dijelaskan. Misalnya dari ciri cendekia, dimana susunan kalimat dalam potongan paragraf tersebut sudah membentuk pernyataan yang tepat sehingga mudah dipahami para pembaca.
Aspek lain yang terpenuhi adalah lugas, sebab ragam pilihan kata memakai ragam kata baku dan bersifat formal. Sehingga tidak ada kata kiasan yang digunakan dalam kalimat di atas, sehingga sifatnya lugas dan memenuhi ciri dari bahasa ragam ilmiah itu sendiri.
Lalu, bagaimana dengan ciri lainnya? Jika diperhatikan, ciri lain untuk ragam bahasa ilmiah juga sudah terpenuhi. Sehingga contoh tersebut bisa dijadikan bahan referensi untuk menyusun kalimat yang efektif di dalam karya tulis ilmiah.
Meskipun sekilas tampak sama dengan bahasa Indonesia pada umumnya, bahasa ilmiah tetap memiliki sejumlah perbedaan. Hal ini sejalan dengan ciri khas yang dimiliki jenis bahasa ini dan sudah dijelaskan sebelumnya.
Salah satu bentuk kesalahan ketika menyusun kalimat dengan bahasa ragam ilmiah adalah kesalahan pemakaian bahasa Indonesia. Kesalahan ini bisa terjadi karena menuliskan kata yang dianggap baku padahal bukan, kemudian kesalahan penulisan bentuk terikat seperti kata non, dan lain sebagainya.
Agar naskah makin minim revisi, ikuti panduan berikut dan biasakan mengikuti aturan kepenulisan dengan benar:
Kesalahan seperti ini akan membuat karya tulis kesulitan memenuhi kriteria menjadi karya tulis ilmiah yang baik karena penggunaan ragam bahasa yang masih keliru. Maka peneliti dianjurkan untuk menggunakan tools yang membantu menulis setiap kata dengan baik dan benar sesuai EYD.
Jika memiliki pertanyaan mengenai topik bahasa ilmiah dalam artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat!
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…
Kemajuan teknologi memberi kemudahan dalam mengecek plagiarisme. Salah satunya melalui teknologi AI untuk cek plagiarisme.…
Melakukan kegiatan apapun tentu perlu dinilai untuk diketahui berhasil tidaknya mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.…