5 Tips Membuat Buku Laris & Best Seller – Cara membuat buku sendiri tanpa bantuan penerbit buku konvensional bisa menjadi cara untuk menuangkan pemikiran kita sendiri untuk mendapat keuntungan.
Cara membuat buku sendiri yang tepat tanpa bantuan penerbit buku konvensional adalah ketika penulis bisa melakukan cara agar kontennya berbobot, menarik, dan berpengaruh besar bagi setiap pembaca buku dari penulis tersebut.
Bobot konten dipengaruhi bagaimana penulis memberikan materi berdasarkan data yang valid, ataupun inovasi-inovasi baru dalam ilmu pengetahuan. Dalam dunia penulisan buku fiksi juga kurang-lebih sama.
Jika penulis dapat memberikan plot penulisan yang tidak seperti biasanya dengan konten cerita yang menggugah, dapat dipastikan buku dari penulis tersebut akan laris dipasaran. Laku tidaknya buku adalah bonus dari jerih payah penulis dalam membukukan tulisannya.
Pada hakikatnya, buku yang berkualitas akan diikuti keuntungan-keuntungan lain yang dapat mendukung perkembangan penulis di masa depan. Perkembangan tersebut dapat berupa karya baru yang dibukukan oleh penulis dengan melakukan cara membuat buku sendiri tanpa bantuan penerbit buku konvensional sebagai lanjutan dari tulisan sebelumnya.
Tentunya dengan dorongan finansial penulis dapat lebih mudah untuk menyebarkan karyanya ke penjuru dunia yang lebih luas lagi. Oleh karena itu, berikut ini 5 tips yang dapat menjadi pertimbangan agar buku laris di pasaran.
Laris tentunya ada pada buku yang sudah berpredikat best seller. Entah apapun temanya, isinya, siapapun penulisnya, ataupun penerbit buku, predikat best seller pasti sudah membuat minat para pembaca tertuju kepada buku tersebut. Penulis (maupun penerbit buku) juga harus jeli untuk mengikuti tema-tema buku apa saja yang saat ini sedang ngehitz ataupun kekinian di pasaran.
Dengan cara ini, kita bisa melakukan cara menerbitkan buku sendiri dengan memilih tema buku seperti yang sedang laku di pasaran dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan penjualan buku secara lebih besar. Rajin-rajinlah mengecek bagaimana buku best seller dengan menengoknya atau jika perlu, membelinya di toko buku terdekat.
Cara membuat buku sendiri termudah untuk mengumpulkan daftar buku best seller adalah dengan rajin mengumpulkan katalog buku melalui bebagai penerbit, atau mengunjungi berbagai pameran buku. Melalui katalog, kita dapat mendapatkan sampel untuk jenis buku yang sedang mainstream di pasaran.
Lalu, dengan mengunjungi berbagai pameran, kita dapat melihat langsung bagaimana buku best seller ‘berbicara’ saat para pembaca lalu lalang. Jangan lupa tanyakan kepada sales di setiap stand tentang buku-buku yang sedang in sekarang ini. Biasanya, sales penjual buku justru cukup mengerti bagaimana caranya buku yang dijajakan bisa menjadi salah satu buku best seller.
Ketika kita menjadi penulis tentunya kita memiliki khalayak yang dituju sebagai target reader (target pembaca). Hal ini sangat penting mengingat kita tidak boleh menulis buku, menerbitkan buku, dan menjualnya kepada siapapun asalkan laku. Di sini kita juga secara tidak langsung sedang berbicara tentang tanggung jawab moral sebagai seorang penulis.
Misalkan saja, kita melakukan cara membuat buku sendiri tentang kisah percintaan dua sejoli yang dihalangi oleh perbedaan pandangan politik, lalu siapa target pembaca kita? Tentunya bukanlah anak-anak maupun remaja. Terlebih lagi, jika terdapat unsur kekerasan yang tinggi dalam kisah itu kita tidak boleh menjualnya kepada anak-anak karena akan menganggu mental kejiwaan mereka.
Memilih target pembaca juga tidak hanya dengan sekali pertimbangan, tapi berkali-kali. Kita ambil contoh saja, jika kita ingin menulis novel tentang kisah cinta, siapa yang akan membaca? Remaja? Mahasiswa? Perhatikanlah juga bagaimana daya beli yang mereka miliki.
Alangkah masih baik jika kita membuat buku ajar yang jelas-jelas sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dan mereka akan berusaha untuk membelinya. Ketimabang, kita membuat buku kisah-kisah fiksi yang belum tentu pembaca akan membutuhkannya. Kepentingan, kemampuan, dan kebutuhan adalah tiga poin penting untuk menentukan siapa target pembaca kita!
Baca juga : Cara Menjadi Penulis Novel & Buku Profesional
Salah satu kekuatan utama untuk menjadikan buku menjadi best seller atau tidak adalah bagaimana penulis menggunakan gaya bahasa. Jangan salah, gaya bahasa setiap orang tidak ada yang sama persis satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, kita tidak perlu takut untuk menciptakan gaya bahasa kita sendiri karena takut jika dikira meniru orang lain.
Sebuah buku yang menggugah pembaca karena enak dibaca adalah buku dengan konten yang bertutur. Buku tersebut juga bertujuan agar pembaca dapat lebih mudah memahami isi buku sang penulis. Ibarat kata, buku yang dapat berbicara banyak kepada pembaca adalah buku dengan tutur bahasa yang enak.
Mau buku itu adalah buku paling santai sekalipun, hingga yang paling serius, gaya bahasa bertutur sangat direkomendasikan kepada penulis jika ingin bukunya mendapatkan gelar best seller. Oleh karena itu, hindari penggunaan gaya bahasa dan istilah teknis ang membuat dahi pembaca berkerut serta hindarilah penyampaian pesan yang terkesan menggurui.
Secara tidak langsung, seorang penulis menjadi seorang self-marketing terhadap produk yang dibuatnya, yaitu tulisan. Penting hukumnya bagi penulis untuk peka terhadap permintaan pasar yang seiring zaman selalu bergejolak. Jika penulis tidak memiliki strategi pemasaran yang kuat, maka dapat dipastikan jika tulisan tersebut hanya sebagai penghangat lemari saja.
Dengan kemampuan penulis menganalisis trend (kecenderungan) pasar, diharapkan buku yang dihasilkan sesuai dengan selera pasar. Usahakan untuk menulis berdasarkan demand atau permintaan dari pasar jika ingin tulisan anda laris di pasaran. Cara membuat buku sendiri ini sebenarnya lebih mudah dilakukan oleh penulis yang sudah malang melingtang di dunia tulis-menulis.
Walaupun begitu, penulis awal juga dapat menggunakan cara ini namun mau tidak mau harus melalui trial and error. Hal ini dikarenakan, penulis awal ketika masuk kedalam pasar ibarat seperti semut kecil yang memperebutkan secuil kue.
Baca juga: Cara Menerbitkan Buku, Hindari 3 Pelanggaran Ini
Jika isi buku penulis tidak memiliki kekuatan, maka tidak mungkin penulis awal akan tergusur oleh kehadiran sosok yang lebih besar dari seekor semut. Maka dari itu, bagi penulis awal disarankan untuk bermain kepada pasar yang tidak sedang ramai diperebutkan banyak penulis lain.
Cara terbaik bagi penulis awal untuk menghadapi arus kuat tersebut adalah menciptakan pasarnya sendiri. Istilah ini sering disebut sebagai create demand, atau lebih dikenal dengan menciptakan arus baru.
Jika kita dapat menulis tulisan diluar arus mainstream kesempatan berhasilnya adalah 50 banding 50. Namun, jika tulisan kita kuat, secara instan kita menjadi raja di arus kita sendiri. Hal yang dibutuhkan pada kasus ini adalah inovasi yang tinggi, konten yang berisi, dan strategi promosi yang intensif.
Setiap penerbit buku memiliki ketentuan dalam penerbitan bukunya. Misalnya, penerbit buku A lebih terkonsentrasi kepada buku-buku berbau islami, maka jika ada naskah diluar jenis itu akan secara otomatis ditolak. Kita harus jeli terhadap kepada siapa naskah kita akan dikirim. Pastikan penerbit buku tersebut memiliki track record yang cukup jelas agar penulis tidak menyesal nantinya.
Pada umumnya, sistem kerja penerbit adalah penulis mengirim naskah, penerbit “ACC” naskah, lalu jika diterbitkan, maka penulis akan mendapatkan royalty sebesar 5-10% dari penjualan buku. Ada pula penerbit yang memberikan royalty lebih besar tergantung bagaimana kualitas tulisan buku maupun nama yang sudah dibangun oleh sang penulis itu sendiri.
Adapun sistem lain dalam penerbitan buku adalah self-publishing. Istilah itu digunakan bagi penerbit buku yang menggunakan sistem penerbitan secara independen. Dalam self-publishing, buku akan diterbitkan sesuai kebutuhan penulis saja. Jika penulis hanya membutuhkan 50 eksemplar, maka jadilah 50 eksemplar.
Biasanya dalam sistem ini penulis hanya perlu membayar tiap eksemplarnya berkisar dari harga Rp30.000,- hingga dua kali lipatnya tergantung tebal buku, kualitas kertas, cover, dan segala hal yang bersangkutan dengan percetakan. Hingga pada akhirnya, penulis dapat menjualnya dengan harga yang penulis inginkan sendiri. Sistem ini cukup menguntungkan bagi penulis.
Kesimpulannya, laris tidaknya buku bergantung kepada dua hal. Yang pertama, adalah strategi pemasaran yang dilakukan oleh penulis sudah sesuai atau tidak. Strategi tersebut juga harus matang dan setiap rencana harus ada plan B-nya, agar dapat menghadapi segala kemungkinan. Yang terakhir, namun sangat penting, adalah konten dari buku tersebut.
Jika strategi pemasaran sudah mantap tetapi kontennya apa adanya, maka hal itu akan merugikan penulis itu sendiri. Pertimbangkanlah, dan semoga bermanfaat. [Mas Aji Gustiawan]
Baca juga : 5 Kiat Menjadi Penulis Buku Best Seller
Referensi:
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis kami, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti biaya cetak.
Silakan isi data diri Anda di sini
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…
View Comments