Daftar Isi
Akademisi seperti dosen dan mahasiswa tentu memiliki kebutuhan sekaligus kewajiban untuk memahami tata cara memilih kutipan. Sebab, kutipan yang dicantumkan dalam karya tulis tidak bisa asal dicantumkan.
Melainkan ada alasannya dan memang perlu masuk ke karya yang telah dibuat. Oleh sebab itu, selain memahami tata cara mengutip yang baik dan benar. Akademisi juga perlu memahami tata cara menentukan mana yang bisa dan sebaiknya dikutip.
Terkait hal ini, ternyata masih banyak akademisi yang kebingungan. Sebab memang menentukan bagian dari karya orang lain yang dikutip tidak selalu mudah. Apalagi jika pembuatan karya tulis dikejar oleh deadline sehingga buru-buru.
Kutipan dalam Karya Ilmiah, Perkuat Pendapat
Sebelum membahas mengenai tata cara memilih kutipan yang tepat. Maka perlu memahami dulu beberapa hal mendasar. Mulai dari definisi dan fungsi dari kutipan di dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Dikutip melalui blog Media Guru, kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Sehingga kutipan tersebut adalah bagian dari karya orang lain yang dianggap perlu dicantumkan dalam karya yang sedang dikerjakan.
Kutipan biasanya ditemukan pada karya tulis ilmiah. Tujuan dari penambahan kutipan ternyata cukup beragam. Salah satunya adalah memperkuat pendapat atau argumen yang disampaikan penulis agar dipahami dan disetujui oleh para pembaca.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, penulis tentu akan menyampaikan pendapatnya terkait suatu hal berkaitan dengan topik yang dibahas. Namun, pendapat ini tidak bisa subjektif melainkan harus tetap objektif.
Menunjukan sisi objektif tersebut, maka penulis perlu mengutip pendapat dan hasil penelitian orang lain yang lebih ahli. Sehingga keberadaan kutipan pada karya tulis ilmiah menjadi dasar dari pendapat yang disampaikan. Pendapat ini kemudian dipandang punya dasar yang kuat dan tidak diragukan oleh pembaca.
Cara Menemukan Kutipan untuk Referensi
Setelah memahami apa itu kutipan dan kemampuannya dalam menguatkan pendapat. Maka penting pula untuk mengetahui tata cara menemukan kutipan tersebut. Pada prinsipnya, menemukan kutipan sama dengan proses mencari referensi yang akan dijadikan rujukan.
Ada banyak sumber referensi bisa dituju dan kemudian mencari kutipan yang relevan dengan kebutuhan. Supaya tidak bingung, apalagi untuk penulis pemula. Maka berikut tahapan dalam cara menemukan kutipan seperti dikutip dari salah satu konten yang diunggah kanal YouTube Sari Aulia Channel:
1. Menentukan Teori yang Mendukung Pendapat
Tahap yang pertama adalah menentukan teori yang mendukung dan menguatkan pendapat yang akan disampaikan. Misalnya, dalam karya tulis yang dibuat hendak menjelaskan definisi dari penyakit diabetes.
Maka artinya, Anda membutuhkan teori yang mendefinisikan diabetes tersebut. Sehingga pendapat Anda terkait definisi diabetes memiliki dasar yang kuat. Baik itu dari pendapat seorang ahli, hasil penelitian seorang dosen, atau yang lainnya.
Jadi, silahkan menentukan dulu teori apa yang dibutuhkan untuk menguatkan pendapat yang akan disampaikan. Bisa teori yang menjelaskan definisi, menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan penyebab suatu fenomena, dll. Masing-masing penulit tentu membutuhkan teori tersendiri sesuai kondisi masing-masing.
2. Mengakses Sumber Referensi dan Mencari Referensi yang Relevan
Tahap kedua dalam menemukan kutipan dari referensi adalah mulai mengakses sumber referensi. Sumber referensi cukup beragam bisa artikel pada prosiding, artikel pada jurnal, buku, podcast, dan lain sebagainya.
Contohnya, jika Anda mencari teori yang menjelaskan definisi diabetes dari artikel pada jurnal ilmiah. Maka bisa mengakses database kredibel untuk menemukan artikel yang menjelaskan definisi tersebut.
Salah satunya di Google Scholar. Anda bisa membuka browser di perangkat elektronik dan masuk ke Google Scholar. Silahkan ketik kata kunci “definisi penyakit diabetes”. Maka akan direkomendasikan sejumlah artikel pada sejumlah jurnal.
Silahkan memilih referensi paling baru atau atas pertimbangan lainnya dari seluruh rekomendasi Google Scholar. Pada Google Scholar, artikel ilmiah bisa diunduh dalam format tertentu. Misalnya format PDF.
3. Membaca Referensi dan Menentukan Bagian yang Dikutip
Tahap ketiga dalam menemukan kutipan yang relevan dari referensi adalah membaca referensi yang sudah dipilih di tahap sebelumnya. Misalnya, dari Google Scholar dipilih artikel pada jurnal yang diterbitkan Universitas Diponegoro (UNDIP).
Maka silahkan dibaca artikel ilmiah tersebut dengan teliti. Kemudian mencari penjelasan mengenai definisi penyakit diabetes yang akan dikutip dalam karya yang disusun.
4. Cantumkan Kutipan di Lembar Kerja
Tahap yang keempat dalam mengutip. Jadi, bagian dari referensi yang sudah menjelaskan teori yang dibutuhkan bisa langsung dikutip. Misalnya disalin di lembar kerja dan kemudian diatur apakah ingin dibuat kutipan langsung atau tidak langsung.
Kutipan langsung lebih sederhana, karena tinggal menyalin definisi dari referensi yang digunakan. Sementara kutipan tidak langsung perlu dilakukan parafrase. Setiap penulis memiliki kebebasan menentukan kutipan jenis apa yang akan digunakan.
5. Lakukan Sitasi
Tahap terakhir dalam menemukan kutipan dari referensi adalah melakukan sitasi. Sitasi pada kutipan adalah proses mencantumkan sumber kutipan tersebut didapatkan sehingga tidak melakukan plagiarisme.
Sumber pada kutipan bisa ditulis di dalam kutipan itu sendiri. Baik di awal kutipan, di tengah, maupun di akhir. Beberapa style mewajibkan penulis mencantumkan sitasi pada catatan kaki atau footnote.
Terakhir, referensi yang isinya dikutip sebagian wajib dicantumkan dengan jelas di daftar pustaka. Penulisan sitasi atau sumber wajib sesuai ketentuan dari style yang digunakan (APA, MLA, Chicago, dll).
Pahami penulisan sitasi berikut
- Cara Menulis Sitasi Dari Jurnal, Buku, dan Website
- Cara Penulisan et al pada Sitasi dan Daftar Pustaka
Cara Memilih Kutipan yang Bagus
Pada saat membaca referensi yang digunakan untuk kemudian menentukan bagian mana yang akan dikutip. Proses ini kadang memakan waktu dan kemudian ada kalanya perlu beralih ke referensi lain.
Dalam memilih kutipan, memang tidak bisa sembarangan. Sebab fungsi utama kutipan tersebut adalah menguatkan pendapat yang akan disampaikan. Maka ada aturan dalam memilih kutipan yang tepat.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut tata cara memilih kutipan yang tepat dan bagus sehingga mendukung pendapat yang akan dicantumkan:
1. Memilih Kutipan yang Paling Relevan
Dikutip melalui website Turnitin, dijelaskan bahwa salah satu trik terbaik memilih kutipan adalah yang paling relevan. Kutipan tersebut dicantumkan untuk menguatkan pendapat yang akan disampaikan kepada pembaca.
Maka idealnya, kutipan tersebut memang sejalan dengan pendapat yang akan disampaikan. Jangan sampai malah sebaliknya, sehingga menjelaskan sesuatu yang berkebalikan dengan pendapat yang ingin disampaikan ke pembaca.
Oleh sebab itu, penting sekali untuk mengutamakan kutipan yang paling relevan. Sehingga bisa menguatkan pendapat dan memenuhi tujuan utama dari proses mengutip.
2. Menghindari Konflik Kepentingan
Dikutip melalui website ramblingacademic.com, salah satu cara memilih kutipan yang tepat adalah menghindari konflik kepentingan. Artinya, kutipan yang dipilih sifatnya netral dan fokus pada kebutuhan untuk menguatkan pendapat.
Jadi, jangan sampai bekerjasama dengan rekan untuk saling mengutip dengan maksud saling mendukung kenaikan jumlah sitasi. Hal ini tentu tidak etis, karena bisa jadi ada karya orang lain yang lebih layak dikutip dibanding karya teman sendiri.
Contoh lain, adalah menghindari self citation atau sitasi diri. Sebab rentan ada konflik kepentingan seperti meningkatkan jumlah sitasi karya sendiri untuk kenaikan jabatan fungsional atau tujuan tidak etis lainnya. Sehingga lebih dianjurkan mengutip karya orang lain agar bebas dari konflik kepentingan dalam bentuk apapun.
3. Memilih Sumber Asli atau Original
Cara memilih kutipan berikutnya adalah selalu mengutamakan kutipan dari sumber asli atau original. Dikutip melalui website CUNY Academic Commons, salah satu kiat memilih kutipan adalah yang sumbernya jelas dan dari sumber pertama.
Sumber pertama bisa disebut sebagai sumber data primer. Misalnya kutipan disampaikan oleh seseorang yang mengalami langsung suatu fenomena. Sehingga kredibilitasnya tinggi dan original.
Selain itu, jika menemukan kutipan yang relevan di suatu karya dan merupakan hasil mengutip karya lain (kutipan pihak ketiga). Misalnya membaca buku A untuk menemukan kutipan dari buku B. Maka idealnya, penulis mencari buku B untuk dikutip langsung karena sumber lebih original.
Tujuannya, jika hasil parafrase dari buku A kurang tepat maka penulis bisa menyadarinya dan bisa melakukan parafrase yang lebih tepat usai membaca buku B yang merupakan sumber asli kutipan.
4. Memilih Kutipan dari Sumber yang Kredibel
Cara memilih kutipan yang bagus berikutnya adalah memilih kutipan dari sumber yang kredibel. Sumber dikatakan kredibel jika kutipan tersebut disampaikan oleh orang yang mengalami langsung isi dari kutipan.
Misalnya, peneliti A menjelaskan fenomena X yang sumbernya dari hasil pengamatan dan analisis sejumlah data yang relevan. Maka peneliti A disini memiliki pengalaman langsung dengan fenomena X. Teori yang disampaikan tentu lebih kredibel dibanding peneliti lain yang tidak melakukan analisis mendalam.
Contoh lain, mengutamakan kutipan yang memang disampaikan oleh ahli di bidangnya. Jadi, penulis perlu mengecek reputasi dan kredibilitas orang yang menyampaikan suatu teori yang akan dikutip. Pastikan teori yang disampaikan sesuai kepakarannya.
Jangan sampai mencari definisi penyakit diabetes pada dokter syaraf bukan pada dokter penyakit dalam. Begitu sebaliknya, kesesuaian ini akan memastikan teori yang dikutip kredibel dan bisa dipertanggung jawabkan.
5. Memilih Kutipan yang Jelas dan Mudah Dipahami
Cara berikutnya dalam memilih kutipan adalah memilih kutipan yang jelas, sehingga makna tidak ambigu yang kemudian mudah dipahami. Jika penulis menemukan dua ahli yang menjelaskan suatu teori yang sama.
Kemudian keduanya sama-sama pakar di bidang yang sesuai. Maka penulis perlu memilih teori yang dijelaskan dengan sederhana dan mudah dipahami. Alasannya beragam. Pertama, memastikan teori yang dikutip relevan dengan karya yang dibuat.
Sebab jika teori yang dikemukakan ahlinya saja tidak bisa dipahami. Bagaimana penulis bisa memastikan teori tersebut relevan dengan topik yang sedang dikaji dalam karya tulis yang dibuat?
Alasan kedua, agar teori yang dikemukakan ahli tersebut bisa di parafrase dengan baik. Sebaik-baiknya kutipan, lebih dianjurkan yang sudah diparafrase sehingga menjadi kutipan tidak langsung. Sebab bisa menunjukan usaha lebih dari penulis sekaligus menurunkan similarity indeks.
Parafrase baru bisa dilakukan seorang penulis, ketika memahami apa yang akan diparafrase. Jadi, utamakan teori yang memang bisa dipahami dengan mudah untuk dikutip.
Tidak harus memilih pandangan ahli paling terkenal dan fenomenal. Utamakan dulu teori dari ahli yang penjelasannya bisa dipahami dengan baik. Jadi, tidak ada salahnya memilih kutipan yang sepi peminat jika memang lebih mudah dipahami dan disampaikan pakarnya.
Cara Menulis Kutipan dan Sitasinya
Setelah memahami bagaimana cara memilih kutipan yang tepat dan bagus. Maka hal penting berikutnya yang perlu dipahami adalah tata cara menulis kutipan tersebut. Cara penulisan kutipan sekilas memang membingungkan.
Jadi, prinsip dasar penulisannya adalah menentukan atau mengetahui dulu gaya sitasi yang digunakan. Apakah memakai APA, MLA, atau yang lainnya? Jika sudah, maka tinggal menentukan hendak membuat kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.
Jika kedua poin tersebut sudah ditentukan, maka tinggal melihat kondisi atau karakteristik dari sumber. Apakah ditulis oleh satu orang, dua orang, atau lebih. Kemudian bersumber dari artikel pada jurnal, prosiding, internet, atau yang lainnya.
Sebab jumlah penulis, sumber kutipan, dan bahkan jumlah sumber kutipan akan mempengaruhi tata cara penulisan kutipan tersebut. Dikutip melalui website Universitas Lampung (UNILA), tata cara penulisan kutipan memakai MLA Style adalah sebagai berikut:
1. Cara Menulis Kutipan dari Satu Sumber
Dalam gaya sitasi MLA, penulisan kutipan mencantumkan nama penulis dan diikuti nomor halaman dimana kutipan tersebut berada. Kondisi pertama adalah mengutip dari satu sumber saja yang ditulis oleh satu penulis atau lebih. Maka berikut cara penulisannya:
a. Nama penulis disebutkan dalam kalimat
Dalam MLA, nama penulis dicantumkan di dalam kutipan maupun di akhir kutipan yang diapit tanda kurung. Jika nama penulis disebutkan, maka bisa menuliskan nama penulis tersebut baru diikuti kutipan dan diakhiri dengan nomor halaman. Berikut contohnya:
Pope menjelaskan bahwa meskipun banyak dari ide-idenya yang idealis, Rousseau memiliki perasaan ambivalen terhadap perempuan (138).
b. Nama penulis tidak disebutkan dalam kalimat
Nama penulis di dalam gaya MLA juga bisa tidak dicantumkan di dalam kutipan. Sehingga nama penulis diapit tanda kurung dan diikuti nomor halaman yang ditulis di bagian akhir kutipan. Berikut contohnya:
Meskipun banyak dari ide-idenya yang idealis, Rousseau memiliki perasaan ambivalen terhadap perempuan (Pope 138).
2. Cara Menulis/Menggabungkan Kutipan Lebih dari Satu Sumber
Ada kalanya kutipan yang ditulis berasal dari dua sumber atau lebih. Sehingga cara menuliskan kutipan tersebut berbeda dengan penjelasan di poin sebelumnya. Dalam MLA Style, penulisan kutipan dari beberapa sumber memakai format berikut:
nama penulis diikuti nomor halaman dari sumber pertama<>tanda semicolon atau titik koma (;) nama penulis diikuti nomor halaman dari sumber kedua; dst.
Berikut contohnya:
Bahaya singa gunung bagi manusia telah didokumentasikan dengan baik (Lichnovsky 40; Seidensticker 114; Williams 30).
Contoh tata cara penulisan kutipan yang dijelaskan di atas sekali lagi menggunakan gaya sitasi MLA atau MLA Style. Jika menggunakan gaya sitasi lain, misalnya APA Style maka akan terdapat perbedaan.
Jadi, dalam menuliskan kutipan sebaiknya menentukan dulu gaya sitasi yang digunakan. Baru kemudian menentukan hendak menulis kutipan langsung atau tidak langsung. Jika Anda mahasiswa maka bisa membaca buku panduan yang disediakan perguruan tinggi.
Jika mengurus publikasi di jurnal, maka perlu mengikuti gaya sitasi yang ditetapkan pengelola jurnal. Jadi, jangan buru-buru menulis kutipan yang sudah dipilih dengan seksama. Sampai dua poin penting ini diketahui.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik cara memilih kutipan dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.