Daftar Isi
Memahami bagaimana cara mengurangi plagiarisme dalam menulis buku adalah modal penting yang wajib dimiliki para penulis. Sebab dalam dunia kepenulisan, tindakan plagiarisme adalah tindakan kriminal kelas berat.
Dampak yang ditimbulkan luar biasa banyak, baik dari pihak pelaku maupun dari pihak yang karyanya dijiplak atau diplagiat oleh plagiator tersebut. Menghindarinya adalah hal penting dan wajib dilakukan semua penulis di seluruh dunia.
Meskipun wajib dihindari, aktualnya tindakan plagiarisme tidak semudah itu untuk dihindari sampai 100%. Mengingat jenis plagiarisme ini sangat banyak dan kemudian bisa dilakukan tanpa disengaja. Lalu, apa saja yang harus dilakukan penulis agar plagiarisme bisa berkurang?
Sebelum mengetahui apa saja cara mengurangi plagiarisme pada saat menulis buku, maka penting juga untuk mengetahui apa itu plagiarisme. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010, dijelaskan definisi plagiarisme.
Plagiarisme adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.
Melalui definisi tersebut, kemudian bisa diketahui ruang lingkup atau tindakan apa saja yang bisa dikategorikan sebagai tindakan plagiarisme. Yaitu:
Tindakan plagiarisme dilakukan dengan banyak alasan dan faktor. Misalnya karena adanya keterbatasan waktu dalam menyelesaikan tulisan. Kemudian bisa juga karena pemahaman tentang topik tulisan yang masih kurang dan bahkan karena malas.
Tindakan plagiarisme sangat dilarang di dunia kepenulisan tentu bukan tanpa alasan. Sebab ada banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan dari tindakan tersebut, dan berikut beberapa diantaranya:
Jika plagiarisme dilakukan maka seorang penulis selamanya akan dikenal sebagai plagiator atau pelaku plagiarisme. Kredibilitasnya sebagai penulis tentu akan tercoreng dan jika ingin dipulihkan dijamin membutuhkan waktu tidak sebentar.
Plagiarisme ternyata bisa memberi efek candu bagi pelakunya, apalagi jika tidak pernah diketahui oleh publik. Sehingga pelaku bisa bebas berkarya dan mendapatkan keuntungan meskipun hasil plagiat.
Perlahan sifat malas untuk memunculkan ide tulisan baru dan berpikir secara kreatif akan muncul. Sehingga tidak bisa menghasilkan tulisan dengan ide-ide segar dan menarik minat pembaca. Jika sudah terjadi, maka karir sebagai penulis sudah di ujung tanduk.
Jika pelaku tindakan plagiarisme dilaporkan oleh pemilik karya asli, maka pelaku bisa tersandung kasus hukum. Selain ada resiko dipenjara juga ada resiko membayar denda dalam jumlah fantastis. Termasuk resiko karirnya sebagai penulis buku hancur.
Tindakan plagiarisme jika dilakukan oleh kalangan akademik, maka ada peraturan yang menyebutkan tentang sanksi yang dilakukan. Mulai dari pemberian peringatan baik lisan maupun tulisan, kemudian penundaan pemberian hak, sampai pada penarikan ijazah jika mahasiswa lulus.
dampak negatif plagiarisme yang sangat luas membuat para penulis buku wajib teliti dan jeli agar bisa menghindari perbuatan tercela tersebut. Hanya saja plagiarisme bisa terjadi karena tidak disengaja, bisa karena tidak tahu, dan kemudian bisa karena kesalahan dalam mengutip.
Intinya, ada banyak faktor yang membuat seorang penulis buku bisa tersandung kasus plagiarisme. Hal ini menjadi peringatan bagi semua penulis untuk lebih hati-hati. Kemudian sebagai solusi bisa melakukan beberapa cara untuk keluar dari tindakan plagiarisme.
Berikut adalah daftar cara mengurangi plagiarisme dalam menulis buku yang sebaiknya dilakukan oleh semua penulis:
Plagiarisme wajib dihindari oleh semua penulis, baik penulis karya tulis ilmiah maupun non ilmiah. Supaya lebih mudah untuk menghindarinya maka wajib paham dulu apa itu plagiarisme dan apa saja bentuk atau jenis-jenisnya.
Tujuannya untuk menghindari resiko tindakan plagiat dilakukan atas dasar tidak tahu dan tidak sengaja. Sebab sengaja ataupun tidak kemudian tidak lantas mendapatkan keringanan sanksi, karena sanksi plagiat sudah dicantumkan dalam Undang-Undang.
Idealnya, sebelum menulis harus belajar dulu mengenai plagiarisme. Baik dari segi pengertian, jenis-jenis, dan juga dampaknya. Sehingga muncul kewaspadaan dalam menulis dan selalu mengikuti aturan agar bebas dari tindakan plagiarisme tersebut.
Ide tulisan bisa terinspirasi dari buku lain dan kemudian ide tersebut dikembangkan agar tidak sama persis. Ada kalanya buku yang dijadikan referensi maupun referensi bentuk lainnya akan dimasukan sedikit ke karya tulis yang disusun.
Salah satu cara mengurangi plagiarisme pada saat memasukan bagian referensi adalah dengan membuat catatan. Buku yang dijadikan referensi bisa diberikan penanda dan berisi catatan kecil mengenai apa yang akan dikutip.
Sehingga dari awal tahu bagian mana dari referensi mana yang dimasukkan ke dalam karya tulis sendiri. Kemudian bisa dicantumkan dengan teknik tertentu yang menghindari resiko terkena plagiarisme.
Hal ini dilakukan untuk mencegah lupa kutipan ini diambil dari referensi mana dan kemudian merasa kutipan tersebut adalah wawasan pribadi dari pengalaman. Sehingga wajib dicatat agar tidak lupa mencantumkan kredit atau sitasi.
Cara mengurangi plagiarisme yang ketiga adalah mencatat seluruh referensi yang digunakan. Dengan kata lain, penulis perlu menyusun daftar pustaka sejak awal. Sebab saat melakukan kutipan dan kemudian tidak ada di daftar pustaka.
Maka ada indikasi sudah melakukan tindakan plagiarisme. Padahal dalam menulis satu judul buku dijamin ada puluhan referensi yang digunakan. Bagaimana jika ada yang terlewat?
Menghindari hal tersebut, maka para penulis dianjurkan memasukan seluruh referensi yang sudah selesai dibaca ke dalam daftar pustaka. Jadi, jangan menyusun daftar pustaka di akhir melainkan di awal dan sepanjang kegiatan menulis dilakukan.
Melakukan pengutipan adalah solusi yang bisa dikatakan paling mudah untuk mengurangi plagiarisme. Bagaimana cara mengurangi plagiarisme bisa lebih mudah dengan langkah ini?
Rupanya, kutipan adalah proses menulis ulang sebuah definisi dari referensi yang digunakan untuk menulis. Sehingga tidak ada yang dikurangi maupun ditambahkan, kecuali untuk penjelasan tambahan setelah kutipan tersebut.
Dalam mengutip ada banyak cara bisa dilakukan, mulai dari kutipan langsung, kutipan tidak langsung, sampai membuat catatan kaki. Berikut contoh-contohnya:
1Lofts, G; O’Keeffe D; et al. (2004). “11 — Mechanical Interactions”. Jacaranda Physics 1 (edisi ke-2). Milton, Queensland, Australia: John Wiley & Sons Australia Ltd. hlm. 286
Pada contoh poin kedua, adalah kutipan dengan membuat catatan kaki. Sehingga sitasi dicantumkan di bagian bawah halaman. Semua teknik tersebut benar, dan bisa dipilih penulis untuk menghindari plagiarisme dengan praktis.
Cara berikutnya untuk mengurangi tindakan plagiarisme dalam menulis buku adalah melakukan parafrase. Parafrasa adalah proses menulis ulang ide atau informasi dari sebuah sumber dengan menggunakan kata-katamu sendiri tanpa mengubah artinya.
Meskipun begitu, dalam melakukan parafrase penulis perlu teliti karena aktualnya banyak yang tekniknya kurang tepat. Sehingga tulisan yang dibuat masih terdeteksi plagiarisme saat dilakukan pengecekan.
Langkah yang bisa dilakukan adalah menggunakan pilihan kata dan susunan yang sesuai gaya bahasa diri sendiri. Meskipun parafrase memakai bahasa sendiri, pastikan tetap mencantumkan kredit.
Penulis buku juga bisa melakukan interpretasi untuk mengurangi plagiarisme. Interpretasi sendiri adalah proses pemberian pendapat atau gagasan baik secara lisan maupun dengan tulisan.
Interpretasi dilakukan secukupnya, dimana ada penambahan pendapat dari penulis terhadap pendapat dari penulis lain yang karyanya dijadikan referensi. Sama seperti kutipan dan parafrase, interpretasi harus dilakukan dengan teknik yang tepat.
Dalam menulis buku karya sendiri, terdapat cara mengurangi plagiarisme yang sebaiknya dilakukan. Yakni dengan memasukan sudut pandang dan wawasan personal.
Bisa dari pengalaman membaca sejumlah buku dan kemudian didapatkan wawasan tertentu sesuai topik yang ditulis, sehingga bisa dimasukan ke dalam naskah. Kemudian bisa juga bersumber dari pengalaman pribadi.
Atau bisa juga bersumber dari wejangan alias nasehat dari orang terdekat. Sehingga nasehat ini bisa membuka wawasan penulis dan kemudian memberikannya sebuah ide untuk dituangkan ke dalam naskah bukunya.
Salah satu cara mengurangi plagiarisme yang umum dilakukan para penulis buku adalah melakukan pengecekan. Yakni menggunakan tools khusus yang memang memiliki kemampuan mendeteksi adanya plagiarisme atau tidak.
Sebut saja beberapa website yang memang umum digunakan untuk mengecek plagiarisme. Seperti smart seo tools, duplichecker, turnitin, dan masih banyak lagi yang lainnya. Beberapa gratis dan beberapa lagi ada yang berbayar.
Bisa disesuaikan dengan kondisi anggaran, karena yang gratis pun hasil pengecekannya sudah bagus. Ada baiknya pengecekan dilakukan setiap berhasil menyelesaikan satu atau dua halaman naskah buku.
Supaya halaman demi halaman bebas dari plagiarisme atau setidaknya di bawah batas maksimal plagiarisme.
Banyak penulis buku kesulitan menghindari plagiarisme karena belum memiliki kepercayaan diri untuk menuliskan buah pikirannya sendiri. Jika mengalami hal serupa maka sebaiknya mencoba mengasah kepercayaan diri tersebut.
Bagaimana caranya? Caranya tentu saja dengan yakin bisa menulis karya yang bagus dengan kreativitas diri sendiri. Semua orang bahkan bisa melakukannya, apalagi menulis adalah keterampilan sejuta umat yang bisa diasah seiring berjalannya waktu.
Tidak ada salahnya mencoba mencari motivasi dari penulis lain yang lebih senior maupun yang berhasil menjadi penulis yang produktif dan profesional. Pengalaman para penulis tentu akan memberi gambaran bahwa kualitas tulisan akan meningkat.
Yakni selama kemampuan tersebut diasah terus menerus, sehingga kualitas tulisan meningkat dan kemudian mendapatkan pengakuan. Bisa jadi, diri sendiri masih proses meniti dari bawah dan silahkan aktif menulis agar kepercayaan diri berkembang.
Memastikan buku yang disusun bebas dari plagiarisme tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Meskipun begitu, penulis buku senior ternyata bisa melakukannya dengan lebih mudah. Kenapa?
Alasannya banyak dan salah satunya adalah dari jam terbang yang sudah cukup tinggi dalam menulis buku. Selama seorang penulis terus berlatih dan giat menulis buku, maka perlahan plagiarisme akan berkurang.
Tidak tertutup kemungkinan di masa mendatang mampu membuat buku yang benar-benar bebas plagiat. Semakin sering berlatih menulis semakin mudah untuk menghindari plagiarisme. Jadi, silahkan disiplin menulis dari sekarang.
Adakah perasaan untuk melakukan copy paste? Jika mencoba mengutip bagian tertentu dari sebuah karya kemudian terdeteksi plagiat. Maka aksi copy paste jauh lebih parah lagi, karena berpotensi membuat deteksi plagiat sampai 100%.
Copy paste memang membuat proses menulis menjadi sangat cepat, dan bisa menjadi bumerang jika tidak melakukan sitasi. Sekaligus dilakukan dari keseluruhan bab di dalam satu judul buku yang disusun.
Aksi ini tentu jangan sampai dilakukan karena terkesan penulis punya sifat malas, kreativitasnya buntu, dan juga tidak memiliki semangat dalam berkarya. Maka dinilai kurang pantas menjadi penulis buku.
Naskah buku yang disusun bisa jadi harus segera dikirimkan atau diterbitkan. Misalnya karena mengikuti lomba, atau mungkin mendapatkan kontrak kerja dengan sebuah penerbit.
Apapun alasannya, ada kalanya penulis dikejar oleh deadline yang membuat naskah harus segera diselesaikan. Saat tulisan dikejar deadline biasanya keinginan untuk melakukan tindakan plagiarisme sangat tinggi.
Oleh sebab itu sebagai bentuk antisipasi, para penulis perlu menulis sedikit demi sedikit bahkan ketika deadline belum muncul tanggal pastinya. Supaya bisa fokus menulis dari hasil buah pikiran sendiri.
Hal ini tidak hanya perlu dilakukan oleh penulis buku, namun juga penulis karya jenis lainnya. Termasuk mahasiswa yang diminta dosen menyusun makalah sebagai tugas di akhir perkuliahan. Jika dikerjakan mepet dijamin isinya hasil copy paste.
Cara mengurangi plagiarisme dalam naskah buku juga bisa dilakukan dengan membaca ulang tulisan. Sebab dengan cara ini penulis bisa mengecek kembali hasil kutipan, parafrase, maupun interpretasi yang dilakukan.
Sehingga bisa memastikan sudah sesuai dengan aturan yang ada agar terhindar dari deteksi plagiarisme. Jika merasa pengecekan diri sendiri kurang efektif dan tidak objektif. Maka bisa meminta bantuan orang lain.
Misalnya ke sesama penulis, atau mungkin ada teman yang merupakan seorang editor. Bisa siapa saja yang sekiranya bisa memberi penilaian yang baik dan bisa mengecek dengan detail agar tidak ada yang terlewat.
Dengan beberapa cara mengurangi plagiarisme yang dijelaskan di atas, maka bisa membantu untuk menghasilkan tulisan karya sendiri. Sehingga tidak perlu khawatir lagi bisa tersandung kasus plagiarisme dan mencegah adanya resiko yang akan ditanggung di kemudian hari. Silahkan diterapkan sepanjang karir menulis ditekuni.
Bagi Anda yang ingin menerbitkan buku, namun berkendalam dengan masalah plagiarisme, Penerbit Deepublish punya solusinya. Penerbit Deepublish memiliki layanan Parafrase yang cocok untuk Anda.
Layanan parafrase adalah layanan mengubah tulisan ilmiah menjadi buku dengan menurunkan tingkat plagiarismenya. Dengan layanan ini, tulisan Anda akan diparafrasekan ke bentuk tulisan lain sehingga tingkat plagiarismenya berkurang.
Jika Anda tertarik dengan layanan parafrase, Anda bisa berkunjung ke halaman Layanan Parafrase. Segera daftar layanan parafrase, agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda.
Artikel Terkait:
Keuntungan Melakukan Parafrase: Mengubah Skripsi Menjadi Buku Lalu Menerbitkannya
Parafrase Online Indonesia: Mengubah KTI Menjadi Buku
Teknik Menulis Parafrase yang Benar untuk Menghindari Plagiarisme
Teknik Menulis Karya Tulis dengan Parafrase untuk Menghindari Plagiarisme
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…