Search
Close this search box.

Cara Menulis Kutipan dalam Kutipan (Dari Pengutip Kedua & Ketiga)

Cara Menulis Kutipan dalam kutipan, Pengutip Kedua dan ketiga, Penggunaan 'dalam' saat menulis referensi

Pada saat menyusun karya ilmiah, apapun jenisnya dijamin akan sangat familiar dengan proses menyusun kutipan. Lalu, bagaimana cara menulis kutipan dalam kutipan? Pasalnya, ketika hendak mengutip kadangkala bukan dari sumber pertama. 

Bisa saja kita akan mengutip dari kutipan penulis lain yang artinya kutipan tersebut sudah dikutip oleh orang kesekian. Dalam dunia kepenulisan KTI, hal ini diperbolehkan. Kemudian, tata cara penulisannya juga harus wajib sesuai ketentuan. Berikut penjelasan detailnya. 

Sekilas Tentang Kutipan dalam KTI 

Hal pertama yang akan dibahas sebelum masuk ke pembahasan mengenai cara menulis kutipan dalam kutipan adalah memahami apa itu kutipan. Secara umum, kutipan adalah semua kalimat dan atau paragraf yang bukan berasal dari ide/tulisan diri sendiri. 

Artinya, dalam menyusun sebuah KTI akan ada momen dimana penulis mengambil beberapa teori dari penulis (peneliti) lain. Sehingga mencantumkan sumber dengan jelas dan relevan dengan topik yang dibahas. 

Hal ini akan membantu menguatkan dasar teori yang dijadikan landasan penelitian dan penentuan topik. Sekaligus menjadi bentuk penghargaan kepada karya orang lain yang dikutip. Selain itu juga menghindari tindakan plagiarisme, karena mencantumkan sumber. 

Dalam proses menulis kutipan, terdapat dua jenis yang umum digunakan oleh masyarakat ilmiah dalam menyusun KTI. Yaitu: 

1. Kutipan Tidak Langsung 

Jenis pertama dari kutipan adalah kutipan tidak langsung. Kutipan tidak langsung digunakan pada kondisi dimana penulis mengambil ide orang lain, kemudian merangkainya dengan kalimat sendiri. Sehingga susunan kalimat berbeda dengan sumber yang dikutip. 

Lewat teknik ini, seorang penulis bisa menggunakan gaya bahasa sendiri untuk menjelaskan teori yang dikutip dari penulis lain. Meskipun begitu makna dari kutipan tidak berubah dan wajib mencantumkan sumber. 

Adapun contoh dari kutipan tidak langsung adalah sebagai berikut: 

Diplomasi publik dapat memperbaiki hubungan antarnegara dalam situasi konflik apabila dilakukan dengan jangka waktu yang panjang dan berfokus kepada individu di negara asing.1

1John H. Brown “American Public Diplomacy in the Cold War”. Georgetown Journal of International Affairs. Vol,6 No, 1. (Winter 2005). 129.

2. Kutipan Langsung 

Jenis kutipan yang kedua adalah kutipan langsung. Kutipan langsung digunakan pada kondisi dimana menulis ulang ide orang lain sesuai dengan aslinya. Sehingga penulis diketahui memakai  menggunakan teknik copy lalu paste tanpa mengubah kalimat aslinya. 

Hal ini boleh dilakukan saat menyusun KTI, hanya saja wajib mencantumkan sumber agar tidak dinilai melakukan plagiarisme. Sumber dicantumkan sesuai dengan style atau gaya penulisan yang digunakan, karena memang cukup beragam. 

Seperti APA Style, MLA Style, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk kutipan langsung terbagi lagi menjadi dua jenis. Pertama kutipan langsung pendek, dan yang kedua adalah kutipan langsung panjang. Berikut contoh penulisannya: 

Diplomasi publik dilakukan oleh berbagai macam negara sebagai cara bagi negara untuk berhubungan dengan aktor individu, sehingga terbuat komunikasi secara government to people (Snow, 2009:6).

Baca Juga:

Apa Itu Kutipan dalam Kutipan?

Membahas mengenai cara menulis kutipan dalam kutipan tentu perlu memahami dulu apa itu kutipan dalam kutipan. Kutipan dalam kutipan adalah sebuah kutipan dari selain sumber pertama. 

Misalnya, peneliti A menjelaskan definisi mengenai teori X. Kemudian definisi ini dikutip oleh peneliti B, sehingga peneliti B ini disebut mengutip langsung dari sumbernya. Kemudian, ada peneliti C yang menggunakan KTI karya peneliti B untuk referensi ingin memakai kutipan tersebut.  

Peneliti C disini artinya menemukan kutipan dalam kutipan, yakni kutipan yang dibuat peneliti B melalui definisi yang disampaikan peneliti A. Ketika menemukan kutipan dalam kutipan seperti ini, maka bisa langsung membuat kutipan tanpa perlu membaca karya peneliti A. 

Sehingga lebih efisien karena tidak harus mencari karya peneliti A agar bisa membuat kutipan dari sumber pertama. Hanya saja penulisannya harus mengikuti aturan cara menulis kutipan dalam kutipan yang baik dan benar. 

Cara Menulis Kutipan dalam Kutipan yang Benar 

Menemukan kutipan dalam kutipan sangat mungkin terjadi bagi dosen, mahasiswa, maupun peneliti di Indonesia dan negara lain di dunia. Terkait hal ini sudah diatur tata cara penulisan ketika mengutip dari sumber kesekian. 

Secara umum, ada dua kondisi ketika menemukan kutipan dalam kutipan. Pertama, menemukan kutipan dari pengutip kedua seperti contoh di atas. Kedua, menemukan kutipan dalam kutipan dari pengutip ketiga. 

Misalnya peneliti B mengutip kutipan peneliti A, kemudian dikutip oleh peneliti C, dan dikutip lagi oleh peneliti D. Peneliti D disini artinya berada pada kondisi menemukan kutipan dari pengutip ketiga. 

Selain itu, dalam cara menulis kutipan dalam kutipan juga akan dijumpai beberapa format atau style penulisan. Style penulisan yang paling umum digunakan ada tiga, dikutip dari Kanal YouTube Lulu Ilma’nunah, berikut penjelasan dan detail tata cara penulisannya: 

1. Penulisan Kutipan dari Pengutip Kedua 

Jika menemukan kutipan dari pengutip kedua, misalnya menggunakan karya dari Aagart yang terdapat kutipan sebagai berikut: 

Hanya 24% remaja yang melaporkan sedang online ‘hampir konstan’ pada 2015 (Lenhart, 2000). 

Jika ingin mengutip kutipan yang dibuat karya dari Aagaard di atas maka berikut tata cara penulisannya dengan tiga jenis style: 

a. Sumber Ditempatkan di Akhir Kutipan

Hanya 24% remaja yang melaporkan sedang online ‘hampir konstan’ pada 2015 (Lenhart dalam Aagaard, 2019).  

b. Sumber Pertama Ditempatkan di Awal Kutipan 

Lenhart mengatakan bahwa hanya 24% remaja yang melaporkan sedang online ‘hampir konstan’ pada 2015 (Aagaard, 2019). 

c. Sumber Ditempatkan di Awal Kutipan 

(Lenhart dalam Aagaard, 2019) mengatakan bahwa hanya 24% remaja yang melaporkan sedang online ‘hampir konstan’ pada 2015. 

Sedangkan untuk referensi yang masuk ke daftar pustaka dari contoh di atas adalah karya dari Aagaard. Penulis tidak perlu mencantumkan karya Lenhart di dalam daftar pustaka, sebab yang dijadikan referensi bukan karyanya sekalipun ada kutipan yang diambil. 

2. Penulisan Kutipan dari Pengutip Ketiga 

Berikutnya adalah cara menulis kutipan dalam kutipan dari pengutip ketiga. Misalnya ketika menemukan kutipan dengan penulisan seperti ini: 

Hanya 24% remaja yang melaporkan sedang online ‘hampir konstan’ pada 2015 (Lenhart dalam Aagaard, 2019).

Maka tata cara menulis kutipan dalam kutipan dari pengutip ketiga tersebut adalah sebagai berikut dalam dua style: 

1. Pembuat Kutipan Disebut di Awal 

Lenhart mengatakan bahwa hanya 24% remaja yang melaporkan sedang online ‘hampir konstan’ pada 2015 (Aagaard, dalam Israel 2016). 

2. Pembuat Kutipan Disebut di Tengah 

Dalam penelitian yang dilakukan Lenhart, dijelaskan bahwa hanya 24% remaja yang melaporkan sedang online ‘hampir konstan’ pada 2015 (Aagaard, dalam Israel 2016). 

Jika menemukan kutipan dalam kutipan dari pengutip ketiga tersebut, maka sumber yang dicantumkan di daftar pustaka sesuai contoh di atas adalah karya Israel yang terbit tahun 2016. Sehingga karya Lenhart maupun Aagaard tidak dicantumkan. 

Itulah penjelasan mengenai tata cara menulis kutipan dalam kutipan yang baik dan benar. Sehingga penulisan kutipan sudah sesuai aturan dan terhindar dari tindakan plagiarisme yang bisa berujung pada masalah berdampak luas. Oleh sebab itu, budayakan untuk mengutip dengan baik dan benar. 

Baca Juga:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan