Search
Close this search box.

Apa Itu H-Indeks Jurnal? Kenali Manfaat dan Cara Mengeceknya

Apa Itu H-Indeks Jurnal

H-indeks atau yang dikenal juga dengan nama Index H merupakan aspek yang tak asing ketika seseorang melakukan indeksasi jurnal ke jurnal ilmiah baik itu nasional maupun internasional. Tetapi, apa itu H-indeks dan bagaimana manfaat serta cara mengetahui H-Indeks untuk sebuah jurnal?

Di bawah ini akan dijelaskan dengan detail mengenai apa itu H-indeks, apa manfaat H-indeks, dan cara melihat atau mengetahui skor H-indeks pada jurnal, serta cara menghitungnya.

Apa Itu H-Indeks?

H-Indeks atau Index H merupakan sebuah tolok ukur bagi seorang ilmuwan baik itu seorang penulis, dosen, atau peneliti dalam mengembangkan hasil karya keilmuannya. Karya dari keilmuan, baik itu dari dosen, penulis, atau peneliti ini biasanya berupa hasil penelitian yang kemudian dipublikasikan, hak paten, atau HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dan juga berbagai artikel.

Biasanya, berbagai karya tersebut akan diseminarkan dalam bentuk jurnal ilmiah, baik itu seminar nasional maupun internasional.

H-Indeks juga sering dikenal dengan nama Hirsch Index atau Hirsch Number yang mana dapat diperoleh melalui media pengindeks publikasi, misalnya Google Scholar, DOAJ (Directory of Open Access Journals), Portal Garuda, CrossRef, EBSCO, BASE (Bielefeld Academic Search Engine), SINTA, Scopus, SIDJ, dan masih banyak lagi.

H-Indeks ini pertama kali diperkenalkan oleh salah seorang fisikawan dari Universitas di San Diego, bernama Jorge E Hirsch pada 1985 lalu. Penemuannya saat itu dianggap menjadi temuan paling efektif yang mana berguna dan bermanfaat untuk menilai kinerja seorang ilmuwan bahkan digunakan hingga saat ini.

H-Indeks merupakan indeks yang mencoba mengukur, baik dari segi produktivitas maupun dampak atau (impact) dari karya yang diterbitkan oleh seorang ilmuwan atau akademisi. Wikipedia (2019) mengartikan H Indeks sebagai, “The h-index is an index that attempts to measure both the productivity and impact of the publish work of a scientist or scholar).

H Indec ini didasarkan pada besarnya jumlah karya ilmiah yang dihasilkan oleh seorang ilmuwan dan juga jumlah sitasi atau kutipan yang diterima dari publikasi lain. Indeks ini bisa diterapkan pada produktivitas dan juga dampak dari sekelompok ilmuwan, misalnya adanya program studi departemen, fakultas, atau universitas, bahkan negara.

Indeks ini semula digunakan sebagai indeks yang digunakan untuk mengukur kualitas fisikawan teoretis di Amerika Serikat dan bermanfaat atau berguna hingga saat ini di seluruh dunia.

Dengan demikian, maka indeks ini bisa dikatakan didasarkan pada distribusi jumlah sitasi atau kutipan yang diterima oleh sebuah publikasi dari seorang peneliti. Seorang ilmuwan memiliki H-indeks jika sejumlah H dari N artikel yang dipublikasikan, setiap publikasi tersebut telah atau setidaknya menerima H sitasi.

Artinya, dengan kata lain seorang ilmuwan dengan H-Indeks ini telah menerbitkan H makalah yang masing-masing sudah dikutip oleh publikasi lain, setidaknya H kali. Sehingga, indeks-indeks tersebut mencerminkan berapa jumlah publikasi dan jumlah kutipan per publikasi.

Namun perlu diketahui, bahwa adanya H-Indeks ini masih tetap terdapat kekurangan dalam hal validitasnya. Misalnya H-Indeks ini rentan terjadinya manipulasi sitasi pribadi (self-citation).

Baca Juga :

Cara Mengecek Indeks Jurnal Scopus dan Sinta

Mengenal Unsur Dalam Jurnal Index

Jurnal Terindeks Scopus: Cara Mencari, Cara Submit, dan Contohnya

Manfaat H Indeks

Adanya H-Indeks ini tentu ada manfaat yang didapatkan dari H-Indeks ini. H-Indeks bagi seorang dosen atau peneliti menjadi suatu hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena H-Indeks akan sangat berpengaruh terhadap dana sponsor penelitian yang akan diperoleh untuk melakukan penelitian berikutnya.

Misalnya dari pihak Menristekdikti sudah memberlakukan bahwa dosen dan peneliti bisa diberi hak sebagai ketua di 2 skim penelitian, kemudian mereka sudah mendapatkan H-Indeks dari Google Scholar minimal 2. Namun berbeda dengan para dosen dan peneliti yang belum mendapatkan H-Indeks Google Scholar dengan skor 2, maka mereka hanya akan diberikan hak untuk menjadi ketua di 1 skim penelitian saja.

Cara Mengetahui Skor H Indeks

H Indeks dari seorang peneliti atau dosen pada dasarnya dapat dicari melalui media pengindeks seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya. Caranya adalah dengan mengetikkan nama dari penulis yaitu peneliti atau dosen tersebut atau nama jurnal yang sudah dipublikasikan melalui media pengindeks tersebut.

Selain itu, juga bisa ditelusuri dari nama jurnal yang menerbitkan atau dapat juga ditelusuri dari nama penerbit jurnalnya. Sehingga Anda diberikan keleluasaan dalam memasukkan kata kunci yang mudah. Artinya, selain dapat melihat skor H-Indeks Anda sendiri, Anda juga bisa melihat H-Indeks dari peneliti lain. Bahkan, HIndeks nama jurnal dan penerbit pun bisa dilihat dengan mudah.

Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut tutorial melihat H-Indeks pada Scopus:

1. Pertama, pastikan Anda memiliki setidaknya 1 artikel yang sudah dipublikasi di Scopus

2. Kemudian, kunjungi laman Scopus.

Halaman Scopus

3. Pilih menu Author Search

Pilih menu Author Search

4. Masukkan nama depan dan belakang, misal seperti di bawah ini. Setelah itu klik logo Search

Masukkan nama depan dan belakang dan klik logo Search

5. Anda sudah bisa menemukan berapa H-Indeks yang dimiliki oleh nama tersebut, yaitu memiliki nilai atau skor 5 untuk H-Indeks Scopus

Tampilan hasil

Cara Menghitung H-Indeks Jurnal

Untuk menentukan H Indeks, perlu dipahami bahwa cara menghitungnya didasarkan pada jumlah publikasi yang terindeks dan yang mensitasi atau mengutipnya. Terry Mart seorang pengajar Departemen Fisika, FMIPA UI mengatakan bahwa seorang ilmuwan memiliki indeks-h jika ia memiliki paper sebanyak h dengan jumlah kutipan untuk setiap paper tersebut minimal sama dengan h juga. 

Misalnya seorang peneliti memiliki H-indeks dengan skor 10 artinya terdapat 10 artikel yang dikutip oleh minimal 10 artikel yang lain. Sedangkan arti dari i10-indeks adalah skor dari seorang peneliti yang dalam publikasinya memiliki artikel yang sudah disitasi oleh minimal 10 artikel yang lain. Misalnya, seorang peneliti memiliki i10-indeks dengan skor 3, itu artinya bahwa terdapat 3 artikel yang dikutip oleh minimal 10 artikel lain.

Artikel Terkait :

Jurnal Terindeks Scopus: Cara Mencari, Cara Submit, dan Contohnya

Cara Mengecek Indeks Jurnal Scopus dan Sinta

Cara Mendapatkan ID Scopus

Artikel Penulisan Buku Pendidikan