Daftar Isi
Penting mengetahui pengertian kata majemuk untuk menyusun suatu tulisan yang bagus. Ingat, bahwa sebuah tulisan yang bagus tersusun dari paragraf yang baik. Sementara paragraf yang baik, tersusun pula dari susunan kata yang rapi dan baik pula.
Ya, dalam sebuah kalimat sebagai penulis kamu harus paham penyusunan kata. Salah satu yang penting untuk dipahami adalah sebuah kata majemuk. Apa itu kata majemuk dan apa bedanya dengan jenis kata lain?
Jika kamu mencari jawaban itu, maka langkah yang tepat jika kamu membaca artikel ini. Mari kita ulas secara lengkap!
Mau menulis buku? Anda wajib punya panduan ini
GRATIS! Ebook Panduan Menulis Buku [PREMIUM]
Kata majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) dasar yang menghasilkan kata dengan makna baru. Kata ini berbeda pula dengan frasa sehingga harus benar-benar diperhatikan.
Apa bedanya kata majemuk dan frasa? Pada penggabungan kata dalam bentuk frasa, kita dapat mengenali dari posisi satu kata dengan kata lain yang berbeda. Satu kata merupakan inti, dan kata lainnya berfungsi menjelaskan atau menerangkan kata intinya.
Baca Juga :
Salah satu ciri kata majemuk yang paling mudah ditemui adalah tiap kata dasar yang membentuknya memiliki kedudukan sama. Tidak ada bentuk inti atau pun yang sifatnya menjelaskan atau dijelaskan. Kata ini menghasilkan makna baru dari gabungan dua kata dasar tersebut, yang hasil maknanya tersebut bisa sangat berbeda dari kata dasar yang membentuknya.
Berikut ini adalah ciri-ciri kata majemuk yang perlu kamu ketahui:
Ciri kata majemuk yang utama adalah hasil katanya tidak bisa disisipi. Jadi, untuk membedakannya dengan frasa, cobalah untuk membuat sisipan di antara dua kata dasar pembentuknya dan lihat seperti apa maknanya.
Ketika gabungan kata tadi dapat disisipi tanpa mengubah maknanya, artinya gabungan kata tersebut adalah frasa. Akan tetapi, jika gabungan kata tersebut berubah maknanya, berarti merupakan kata majemuk.
Contoh:
“kacamata”
Tidak bisa disisipi menjadi “kaca pada mata”, atau “kata dari mata”, berarti ini adalah kata majemuk.
“sakit mata”
Bisa disisipi menjadi “sakit di mata” atau “sakit pada mata”, berarti ini adalah frasa.
Kata ini tidak bisa diperluas dengan imbuhan berupa awalan atau afiks dan akhiran hanya di masing-masing katanya. Jika akan memberikan imbuhan, imbuhan harus disertakan di gabungan kata tersebut sehingga memiliki makna. Berbeda dengan frasa yang bisa diperluas dengan penambahan afiks di satu kata saja.
Contoh:
Kata majemuk “kereta api”, kata ini tidak bisa diperluas dengan imbuhan di satu kata saja, menjadi “perkereta api” atau “kereta apian”. Apabila harus memakai imbuhan, imbuhan harus diletakkan di awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang membentuknya, sehingga menjadi “perkeretaapian”.
Ciri ketiga dari kata ini adalah kata-kata yang membentuknya bersifat tetap. Artinya, posisi dari kata-kata tersebut tidak bisa ditukar satu sama lain. Jika ditukar, maknanya akan hilang atau berubah.
Contoh:
Kata majemuk “angkat kaki” bermakna ‘pergi’. Kata ini tidak bisa ditukar menjadi “kaki angkat” karena maknanya akan berubah atau menjadi tidak jelas.
Kata “buah tangan” yang bermakna “oleh-oleh” juga tidak bisa ditukar menjadi “tangan buah” karena maknanya jadi tidak jelas.
Unsur kata majemuk tidak dapat ditambah dan dipisahkan. Kata makan hati tidak bisa dipisahkan menjadi makanan hati atau makan itu hati.
Mungkin hal yang paling sering ditanyakans soal kata majemuk adalah apa perbedaan kata ini dengan frasa? Keduanya sama-sama sebuah kata. Namun pertanyaan ini sebenarnya mudah dijawab apabila kita tahu konsep mengenai kata ini dalam bahasa Indonesia (lihat pembahasan mengenai pendapat para ahli tata bahasa tentang kata majemuk).
Kalau kita ikuti konsep yang diajukan para tata bahasawan tradisional yang melihat kata ini sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna, maka bedanya dengan frasa adalah bahwa frasa tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau makna gramatikal.
Contoh bentuk meja hijau yang berarti pengadilan adalah kata majemuk, sedangkan meja saya yang berarti ‘saya punya meja hijau’ adalah sebuah frasa. Kalau kita ikuti konsep linguis stuktural yang menyatakan bahwa kedua komponen kata majemuk tidak dapat disela dengan unsur lain.
Contoh bentuk mata sapi yang berarti ‘telur goreng tanpa dihancurkan’ karena tidak bisa disela dengan unsur lain, adalah sebuah kata majemuk. Sebaliknya, contoh mata guru yang berarti ‘mata kepunyaan guru’, karena dapat disela, misalnya menjadi mata guru adalah sebuah frasa.
Apabila kita ikuti konsep bahwa salah satu atau kedua komponen kata majemuk berupa morfem dasar terikat, makanya bedanya dengan frasa adalah bahwa kedua komponen frasa selalu terdiri dari bentuk bebas atau bentuk yang benar-benar berstatus kata.
Kata majemuk dapat diklasifikasikan berdasarkan asal-usulnya sebagai frasa, yaitu frasa yang endosentris atributif, endosentris koordinatif dan eksosentris. Berikut penjelasannya!
Kata majemuk endosentris atributif merupakan kata majemuk yang disusun dengan kontruksi sama dengan salah satu atau semua unsur pembentuknya. Selain itu salah satu unsur itu bertindak sebagai inti, sedangkan yang lain sebagai pembatas.
Kata-kata yang termasuk endosentris atributif adalah:
Baca Juga :
Kata majemuk endosentris koordinatif terjadi bila kedua unsur pembentuknya sederajat kedudukannya. Contoh: pecah belah, tanah air, kaki tangan, dan sendratari.
Kata majemuk eksosentris terjadi bila kelas kata gabungan itu lain atau berbeda dari salah satu atau semua unsur pembentuknya. Contoh: bawah sadar, luar biasa, luar negeri, apabila, manakala.
Berdasarkan kata pembentuknya, kata majemuk dibedakan menjadi:
Penulisan kata majemuk dalam bahasa Indonesia di tiap unsurnya bisa ditulis dengan dua cara, yakni dengan cara terpisah dan bisa dengan cara digabung. Bentuk kata majemuk yang ditulis secara terpisah di tiap unsurnya berarti disebut kata majemuk tidak senyawa. Sementara jika rangkaian bentuk dasar yang digabungkan ditulis gabung, disebut kata majemuk senyawa.
Contoh:
Kata Majemuk Senyawa: dukacita, sukacita, matahari, kacamata, saputangan, segitiga
Kata Majemuk Tidak Senyawa: kereta api, buah tangan, rumah sakit, mata kaki, harga diri.
Baca Juga :
15 Macam Tanda Baca: Penggunaan, Fungsi, Contoh dan Cara Penulisan
18 Macam Konjungsi Lengkap dengan Contoh dan Penjelasannya
Perbedaan Singkatan dan Akronim: Penjelasan dan Contoh Lengkap
Kata majemuk dapat dibedakan berdasarkan makna yang dihasilkan oleh gabungan kata tersebut. Adapun beberapa bentuk kata majemuk berdasarkan maknanya, meliputi :
Kata majemuk termasuk idiom ketika makna dari kata tersebut sama sekali baru sehingga tidak ada makna yang muncul dari salah satu kata dasar yang mengarah pada makna baru dari kata tersebut. Artinya, kata majemuk yang berupa idiom adalah kata bermakna baru dengan arti yang melenceng dari makna kata-kata dasar pembentuknya.
Contoh:
harga diri
matahari
matabatin
terangbulan
Kata mejemuk jenis semi-idiom berarti makna baru yang dihasilkan masih memiliki makna asli dari salah satu kata dasar yang membentuknya. Akan tetapi, makna baru yang dihasilkan mengalami pergeseran sehingga sedikit mengubah artinya.
Contoh:
rumah sakit
rumah singgah
buku tulis
bulan sabit
buku catatan
Makna kata majemuk dalam bahasa Indonesia terdapat dalam kata yang berkategori verba, nomina, dan adjektiva. Dalam Pateda (1996: 146-147) Makna kata ini dapat ditelusuri melalui kategori yang membentuknya.
Kata majemuk dalam bahasa Indonesia terdapat dalam kata yang berkategori verba, nominal, dan adjektiva.
Makna kata majemuk yang berkategori verba yaitu:
Makna kata majemuk yang berkategori nominal, yaitu:
Makna kata majemuk yang berkategorial adjektif antara lain yang bermakna sifat, misalnya:
Baca Juga:
Teknik Menulis Bagi Pemula: Memperdalam Penggunaan Kata Sebelum Menulis
Kalimat Efektif: Pengertian, Prinsip, Karakteristik dan Contoh Lengkapnya
Macam-Macam Kata Kerja dan Contoh Lengkapnya
Dari penjelasan di atas apakah kamu sudah memahami pengertian kata majemuk? Supaya semakin jelas, berikut adalah contoh kata majemuk yang kami lansir dari berbagai sumber.
Air terjun | Darah biru | Inti sari | Olahraga |
Akad nikah | Darah dingin | Jantung hati | Olah rasa |
Akal budi | Darah panas | Jantung kota | Olah tubuh |
Akhir masa | Darah dinging | Jantung pertahanan | Ongkos jalan |
Akil baliq | Darah daging | Jatuh miskin | Orang tua |
Ahli bahasa | Dasa domba | Juru batu | Orang gila |
Alim ulama | Daya cipta | Juru gambar | Orang muda |
Amal ibadah | Daya guna | Juru kunci | Pagi buta |
Aman sejahtera | Daya upaya | Juru masak | Padang rumput |
Aman sentosa | Dendam kusumat | Juru mudi | Padang pasir |
Amal jariah | Doa restu | Juru bayar | Pahit getir |
Amala sholehah | Dendang riang | Kacau balau | Palang pintu |
Anak angkat | Dua sejoli | Kalang kabut | Panas hati |
Anak tiri | Duka cita | Kota madya | Panas terik |
Anak istri | Duka nestapa | Kota mati | Pandan wangi |
Anak kapal | Duta besar | kota praja | Panjang lebar |
Anak hutan | Empu jari | Kurus kering | Pangkal jalan |
Anjing hutan | Empu kunyit | Kuning langsat | Pejam mata |
Aneka warna | Empu kaki | Lahir batin | Pecah belah |
Angin darat | Fakir miskin | Lagak ragam | Penjuru dunia |
Angin ribut | Falsafah negara | Laki bini | Peri laku |
Angin sakal | Gaduh riang | Lalat langau | Peri kemanuasiaan |
Angin laut | Gagah berani | Lalu lintas | Patah arang |
Angkara murka | Gagah perkasa | Lambat laun | Patah tulang |
Angkat senjata | Garis besar | Lambung kapal | Putus harapan |
Angkat perang | Garis waktu | Lapis baja | Pupuk hijau |
Angkatan Udara | Gagap gempita | Lawan kata | Raja dangdut |
Angkatan Laut | Gelak tawa | Lintah darat | Raja minyak |
Angkatan Darat | Gelap gulita | Lemah lunglai | Riang gembira |
Baik budi | Gelap pekat | Letih lesu | Rendah diri |
Bala bantuan | Gerak badan | Lidah buaya | Rendah hati |
Bambu runcing | Gerak gerik | Lindah darat | Roda kehidupan |
Bank tabungan | Gotong royong | Lintas batas | Raut muka |
Bantal guling | Gundah gulana | Luar biasa | Sambung nyawa |
Banting tulang | Gunung api | Luar dalam | Semak belukar |
Benteng keraton | Hak milik | Luluh lantak | Senda gurau |
Barat daya | Hak ikhwal | Lurus hati | Senyum simpul |
Barat laut | Hamba hukum | Mabuk darat | Serah terima |
Basah kuyup | Hamba sahaya | Maha besar | Suami istri |
Batang hidung | Hancur lebur | Maha kuasa | Surat kabar |
Batang leher | Hancur luluh | Maha esa | Tabah hati |
Bintang kejora | Harga mati | Maha raja | Tahan banting |
Bintang berekor | Hari jadi | Main gila | Tahan lapar |
Bintang timur | Hari raya | Main mata | Tahun gajah |
Bongkar pasang | Harta karun | Makan gaji | Tanah gundul |
Buah baju | Hati nurani | Makan hati | Tanah lapang |
Buah bibir | Hawa nafsu | Makan minum | Tanda jasa |
Buah hati | Hemat cermat | Makan suap | Tutup mata |
Buah pinggang | Hilang lenyap | Mana mungkin | Tutur kata |
Budi pakerti | Hilir mudik | Mala petaka | Uang bangku |
Buka kartu | Hina dina | Mara bahaya | Uang gedung |
Buka tangan | Hulu sungai | Mana bias | Uang pangkal |
Buku tabungan | Hulu balang | Masa bodoh | Uang jalan |
Bulan sabit | Hulu hara | Mata angin | Uang kertas |
Bumi putera | Hutan berantara | Mata bola | Uang panas |
Bunga tanah | Hutan rimba | Mata pisau | Uang saku |
Burung hantu | Hutan belukar | Mati kutu | Urat nadi |
Buta huruf | Hutang piutang | Merah jambu | Utang piutang |
Cakap angin | Ibu jaro | Minta maaf | Wajib belajar |
Caci maki | Ibu angkat | Merah putih | Wabah penyakit |
Campur aduk | Ibu tiri | Meja tulis | Wali kota |
Cantik jelita | Ibu negara | Meja makan | Wali murid |
Cantik molek | Ibu pertiwi | Muda remaja | Warta berita |
Cantik mungil | Ibu suri | Nafsu birahi | Yatim piatu |
Cerai berai | Ikat kepala | Nafsu makan | Zaman batu |
Cerdas tangkas | Ikat pinggang | Naik banding | Zaman orde baru |
Cerdas cendekia | Ibu angkat | Naik daun | Zaman keemasan |
Pertanyaan Seputar Kata Majemuk:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata majemuk adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Kata majemuk sering disama artikan dengan frasa, tetapi keduanya sebenarnya berbeda. Pahami kata majemuk dan perbedaannya dengan frasa!
Ciri-ciri kata majemuk diantaranya tidak bisa disisipi, tidak dapat diperluas. Kenali semua cirinya dan pahami penjelasannya dengan membaca uraian di artikel beriktu!
Contoh kata majemuk antara lain air terjun, darah biru, inti sari, olahraga, akad nikah. Dapatkan 250 contoh kata majemuk selengkapnya di artikel ini!
Tahukah Anda bahwa salah satu cara untuk meningkatkan poin KUM adalah menerbitkan buku. Aturan ini tertuang dalam PO PAK 2019.
Sayangnya, kesibukan dalam mengajar, membuat dosen lupa dengan kewajiban lainnya yaitu mengembangkan karir. Maka dari itu, Penerbit Deepublish hadir untuk membantu para dosen meningkatkan poin KUM dengan menerbitkan buku.
Kunjungi halaman Daftar Menerbitkan Buku, agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda.
Selain itu, kami juga mempunyai E-book Gratis Panduan Menerbitkan Buku yang bisa membantu Anda dalam menyusun buku. Berikut pilihan Ebook Gratis yang bisa Anda dapatkan:
Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…
Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…
Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…
Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…
Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengumumkan pembukaan program Bantuan Akreditasi Program Studi…