Observasi Partisipan: Ciri, Kelebihan, Kekurangan, Contoh

observasi partisipan

Pada saat peneliti memutuskan menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan data. Maka bisa mempertimbangkan teknik observasi partisipan atau observasi partisipatif. Dimana observasi ini menjadi salah satu jenis dari teknik observasi. 

Observasi jenis ini ideal diterapkan untuk peneliti yang ingin memahami secara mendalam terkait masalah atau fenomena yang diteliti. Sehingga sangat ideal juga diterapkan pada penelitian kualitatif. Lalu, apa itu observasi partisipatif? Berikut informasinya. 

Apa Itu Observasi Partisipan? 

Mengutip dari buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, menurut Sugiyono (2013) observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. 

Sedangkan menurut Riyanti (2010), observasi adalah observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. 

Observasi kemudian terbagi menjadi 2 jika dilihat dari aspek keterlibatan peneliti. Yakni observasi partisipan dan nonpartisipan. Observasi partisipan adalah observasi dimana orang yang melakukan pengamatan berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi.

Secara sederhana, observasi partisipatif menuntut peneliti untuk ikut terlibat dengan aktivitas subjek penelitian. Bisa juga dipahami jika peneliti terjun langsung di lapangan sambil mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. 

Berbeda dengan observasi nonpartisipan. Dimana peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Sehingga tidak ikut terjun ke lapangan dan melakukan aktivitas yang sama dengan sumber penelitian. 

Misalnya, peneliti ingin mengetahui proses penerapan metode pembelajaran berbasis proyek di sekolah di Indonesia. Pada observasi partisipatif, peneliti akan ikut dosen atau guru dalam mengajar memakai metode tersebut. Sehingga peneliti ikut mengajar dan mendampingi siswa saat menerapkan pembelajaran berbasis proyek. 

Sementara pada nonpartisipatif, maka peneliti hanya mengamati di dalam ruang kelas maupun dari hasil rekaman kondisi kelas yang diberikan oleh guru atau dosen. Sehingga peneliti tidak ikut langsung dalam kegiatan pembelajaran. 

Ciri-Ciri Observasi Partisipan 

Jenis observasi dalam pengumpulan data penelitian cukup beragam. Mulai dari observasi partisipatif, nonpartisipatif, sistemik, dan masih banyak lagi yang lainnya. Supaya lebih mudah membedakan semua jenis tersebut, maka perlu memahami ciri khasnya. 

Pada observasi partisipatif, ada beberapa ciri khas yang tidak dijumpai pada observasi jenis lain. Berikut beberapa diantaranya: 

1. Peneliti Terjun ke Lapangan Langsung 

Sesuai dengan definisinya, pada observasi partisipatif peneliti akan terjun langsung ke lapangan. Sehingga tidak hanya berperan sebagai pengamat saja sebagaimana pada nonpartisipatif.

Jadi, bagi para peneliti yang membutuhkan data yang komprehensif atau mendalam. Sekaligus siap untuk terjun ke lapangan bersama dengan subjek penelitian. Maka metode observasi satu ini bisa diterapkan. Begitu juga jika sebaliknya.  

2. Peneliti Mengikuti Aktivitas Subjek Penelitian 

Ciri kedua dari observasi partisipatif, tentu saja peneliti ikut melakukan aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian. Jadi, bukan sekedar terjun ke lapangan langsung atau mendatangi lokasi penelitian saja. 

Namun, peneliti juga aktif melakukan kegiatan yang dilakukan oleh subjek. Misalnya, jika subjek penelitian adalah nelayan maka peneliti akan ikut melaut mencari ikan. Contoh lain, jika subjek adalah guru maka peneliti akan ikut aktivitas mengajar siswa. 

3. Peneliti Perlu Membangun Kedekatan dengan Subjek 

Mengutip dari hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal At-taqaddum, menjelaskan bahwa dalam observasi partisipan peneliti perlu membangun kedekatan dengan subjek penelitian. Hal ini sekaligus menjadi ciri khas observasi jenis ini. 

Membangun kedekatan atau hubungan baik disini tentu penting. Sebab peneliti harus terjun ke lapangan dan mengikuti kegiatan yang dilakukan subjek. Tanpa ada kedekatan atau hubungan yang baik, subjek tentu enggan memberi dampingan pada peneliti. 

Misalnya, peneliti yang meneliti aktivitas nelayan di kawasan pesisir. Sekalipun mahasiswa di jurusan kelautan atau yang berkaitan, belum tentu mahasiswa pernah melaut dan mencari ikan di laut lepas. 

Sehingga observasi jenis ini menuntut peneliti untuk fokus dulu membangun hubungan baik dan profesional dengan subjek. Sebab akan sangat mempengaruhi hasil observasi agar tetap valid bukan karena dibuat-buat (tidak natural). 

4. Peneliti Berperan Ganda 

Ciri-ciri yang keempat dari observasi partisipan adalah peneliti yang memiliki peran ganda. Yakni sebagai pengamat sekaligus sebagai partisipan atau yang melakukan aktivitas sebagaimana yang dilakukan oleh subjek penelitian. 

Peran ganda ini menjadikannya lebih sulit untuk diterapkan dan membutuhkan persiapan lebih matang. Sebab peneliti tidak hanya perlu ke lokasi penelitian dan mengamati aktivitas yang dilakukan subjek. Namun ikut serta dalam aktivitas tersebut. 

Selain harus belajar bagaimana kegiatan subjek penelitian bisa diikuti dengan baik. Sepanjang kegiatan tersebut, peneliti sekaligus mengamati apa yang terjadi, bagaimana sikap subjek, dan aspek lain. Sebab apa yang diamati ini perlu dicatat, karena menjadi data penelitian. 

5. Data Bersifat Kualitatif dan Mendalam 

Ciri khas yang kelima adalah berkaitan dengan data penelitian yang berhasil didapatkan peneliti. Dimana sifat data tersebut adalah kualitatif, sehingga bukan data berupa angka dan kemudian mendalam. 

Sebab, peneliti tidak hanya mencatat data yang berhasil diamati di lapangan. Namun juga memperhatikan aspek lain yang merupakan aspek sosial maupun psikologis. Misalnya bagaimana sikap subjek, emosionalnya, dan sebagainya. 

Hal ini membantu peneliti mendapat data lebih kompleks dan mendalam. Sehingga cocok untuk penelitian kualitatif yang tidak bisa hanya ditunjang data kaku dari pengamatan mata saja. 

6. Durasi Observasi Terbilang Panjang 

Adanya kebutuhan dan kewajiban peneliti untuk terjun ke lapangan dan ikut praktek aktivitas subjek penelitian. Maka tentu durasi dalam observasi partisipan lebih alam jika dibandingkan nonpartisipan. 

Sebab, peneliti butuh waktu lebih untuk menjalankan peran ganda sebagai pengamat dan partisipan kegiatan. Ada kalanya, data yang didapatkan dirasa masih kurang. Kemudian memutuskan melakukan observasi lagi atau memperpanjang durasi. 

Jadi, jika penelitian yang dilakukan berbatas durasinya. Maka penting untuk melakukan manajemen kegiatan. Sehingga observasi yang dilakukan tidak sampai terlalu lama dan memakan lebih banyak waktu dibanding tahapan lain dalam penelitian. 

Kelebihan 

Setiap instrumen penelitian untuk mengumpulkan data penelitian memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Hal ini juga berlaku pada observasi partisipan. Adapun untuk kelebihannya antara lain: 

1. Mampu Memberi Data Kualitatif yang Kaya

Kelebihan pertama dari observasi partisipatif adalah membantu peneliti mendapat data kualitatif yang kaya. Artinya, peneliti berpotensi mendapat data yang lebih banyak, beragam, dan kompleks. 

Hal ni terjadi, karena peneliti tidak hanya menjadi penamat. Melainkan praktek langsung mengikuti kegiatan yang dilakukan subjek. Sehingga ikut merasakan kegiatan tersebut seperti apa, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dll. 

Dalam penelitian, mendapatkan data sebanyak mungkin terutama dari sumber primer seperti observasi langsung sangat penting. Sebab data tersebut punya validitas tinggi yang ikut meningkatkan kualitas penelitian dan hasilnya. 

2. Membantu Mendapat Data Kualitatif yang Mendalam 

Sejalan dengan kelebihan di poin sebelumnya, maka peneliti berkesempatan mendapat data yang mendalam. Tidak hanya data dari hasil pengamatan mata oleh peneliti. Namun juga aspek lain yang mempengaruhi aktual di lapangan. 

Mulai dari faktor lain yang dianggap tidak akan mempengaruhi topik yang diteliti, seperti faktor dari alam. Sampai faktor personal dari subjek peneliti. Seperti sikap, sifat, dan perspektifnya pada topik yang sedang diteliti. Sehingga data yang kompleks ini memberikan peneliti data yang lebih mendalam. 

3. Memudahkan Peneliti Mendapat Kepercayaan dari Subjek Penelitian 

Observasi partisipan juga punya kelebihan berupa kemudahan peneliti mendapat kepercayaan subjek. Dalam penelitian, kepercayaan ini penting untuk mendukung kemungkinan mendapat data valid. 

Sebab, subjek yang menjadi sumber data akan merasa percaya dengan peneliti. Sehingga tidak sungkan dan tidak merasa curiga menjelaskan apapun berkaitan dengan topik yang diteliti. Dimana topik tersebut bisa subjek itu sendiri maupun aktivitas yang dilakukannya. 

Data yang diberikan oleh subjek kemudian memiliki validitas yang tinggi. Sehingga bisa membantu peneliti menghindari data yang bias. Hal ini tentunya akan membantu kelancaran penelitian yang dilakukan. 

4. Mendapat Data yang Sulit Didapat dalam Wawancara dan Kuesioner 

Mengumpulkan data penelitian memang tidak harus membuat peneliti terjun ke lapangan langsung. Sekaligus melakukan kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian. 

Ada banyak instrumen penelitian yang lebih mudah dan praktis. Misalnya wawancara dengan beberapa perwakilan dari subjek penelitian. Pilihan lain membagikan pertanyaan lewat kuesioner. 

Namun, instrumen wawancara dan kuesioner bisa jadi belum memberi data yang dibutuhkan peneliti. Misalnya dianggap kurang lengkap, tidak mendalam, dan mengabaikan suatu aspek yang ingin dipahami peneliti. Maka observasi partisipatif membantu mengatasi gap atau kesenjangan tersebut. 

5. Fleksibel untuk Berbagai Topik dan Bidang Penelitian 

Observasi partisipan juga punya kelebihan berupa sifatnya yang fleksibel. Sehingga bisa diterapkan untuk berbagai topik penelitian dengan bidang keilmuan yang beragam juga. 

Sebab, observasi ini membantu peneliti mendapatkan data dari sumber primer. Sekaligus terlibat langsung dengan kegiatan subjek. Sehingga tidak hanya bisa diterapkan untuk topik-topik tertentu. 

Hal ini bisa terjadi karena apapun aktivitas dan profesi subjek, maka peneliti akan berusaha untuk ikut serta di dalamnya. Sehingga bisa dipilih peneliti ketika membutuhkan data yang mendalam dengan apapun topik yang diteliti. 

6. Ideal Diterapkan dengan Instrumen Penelitian Lain 

Fleksibilitas dari observasi partisipatif sekaligus membuatnya ideal dalam teknik triangulasi. Triangulasi sendiri bisa dipahami sebagai teknik pengumpulan data yang menggabungkan beberapa instrumen penelitian sekaligus. 

Observasi partisipatif bisa membantu melengkapi data dari instrumen penelitian lain. Misalnya data dari wawancara, kuesioner, maupun dokumentasi yang diterbitkan instansi atau institusi terkait. 

Kekurangan 

Jika dilihat dari sisi kelemahan, observasi partisipan juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan ini wajib dipahami dan dicari antisipasinya oleh peneliti. Sehingga observasi bisa berjalan lancar sesuai rencana. Adapun kekurangannya antara lain: 

1. Tingginya Resiko Subjektivitas dalam Penelitian 

Observasi partisipatif punya beberapa kekurangan, salah satunya ada resiko subjektivitas yang tinggi. Hal ini terjadi, karena peneliti terjun ke lapangan dan mengikuti aktivitas subjek penelitian. 

Apa yang dirasakan secara emosional dengan subjek penelitian, bisa berdampak pada perspektif peneliti. Perasaan emosional ini bisa membuat subjektivitas tinggi. Sehingga peneliti rawan mengalami kesulitan tetap profesional dan objektif. 

2. Bisa Sangat Mahal dan Butuh Waktu Panjang 

Tahukah Anda, bahwa observasi secara partisipatif bisa membutuhkan sumber daya sangat tinggi? Baik dari segi waktu, tenaga dan juga biaya. Bahkan observasi ini bisa sangat mahal dan waktunya panjang. 

Beberapa peneliti bahkan perlu melakukan pengamatan lintas generasi dari subjek penelitian. Saking panjangnya durasi, karena peneliti butuh data lebih detail dan kompleks untuk menunjang penelitian yang dilakukan. 

Panjangnya durasi penelitian akan berdampak pada pembengkakan biaya. Sehingga observasi jenis ini kurang direkomendasikan untuk penelitian berbatas waktu singkat. Misalnya penelitian mono tahun dan ada keterbatasan pendanaan. 

3. Tahapan Panjang dan Butuh Persiapan Lebih 

Dibandingkan dengan observasi nonpartisipan yang tidak menuntut peneliti ikut beraktifitas seperti subjek yang diteliti. Tentunya observasi partisipan prosesnya lebih panjang dan butuh persiapan lebih. 

Dimulai dari membangun hubungan baik dan kepercayaan bersama subjek penelitian. Kemudian butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan subjek tersebut. Disusul dengan perlu belajar kegiatan yang dilakukan subjek. Sehingga tahapan lebih panjang dan menuntut persiapan yang lebih ekstra. 

4. Tidak Selalu Cocok untuk Semua Subjek Penelitian 

Meskipun observasi partisipatif fleksibel untuk berbagai topik dan bisa dikombinasikan dengan instrumen penelitian lain. Namun, observasi jenis ini pada dasarnya tidak selalu bisa diterapkan pada subjek penelitian manapun. 

Artinya, tidak semua subjek terbuka dalam menerima peneliti untuk aktif langsung pada kegiatan mereka dan masuk pada lingkungan mereka. Terutama subjek dalam bentuk organisasi, yayasan, maupun perusahaan yang tertutup. 

Jadi, jika berhadapan dengan populasi atau subjek penelitian yang sifatnya tertutup. Maka observasi satu ini kurang disarankan. Sebab jika sifatnya sudah tertutup maka observasi menjadi semakin sulit untuk dijalankan, apalagi jika peneliti menjadi partisipan. 

5. Menuntut Peneliti Menguasai Keterampilan Praktis 

Kekurangan lainnya, observasi partisipan menuntut peneliti untuk menguasai keterampilan praktis. Tuntutan ini tentunya sekaligus menambah beban baru dan menyita sumber daya penelitian. 

Sebab, peneliti harus aktif langsung mengikuti kegiatan subjek penelitian. Bisa belajar dulu, atau belajar sambil jalan dengan dampingan subjek. Namun, tentunya tetap ada tuntutan atau kewajiban menguasai keterampilan praktis tersebut. 

Contoh Observasi Partisipan 

Berikut adalah beberapa contoh penelitian yang ideal menggunakan teknik observasi partisipan: 

Contoh Observasi Partisipan 1 – Bidang Pendidikan 

Seorang peneliti ingin memahami bagaimana strategi guru dalam membangun motivasi belajar siswa di sekolah dasar. Ia memilih melakukan observasi partisipan dengan menjadi asisten guru selama satu semester. 

Dalam kegiatan sehari-hari, peneliti ikut mengajar, membantu menyiapkan bahan ajar, dan mendampingi siswa saat belajar kelompok. Melalui keterlibatan langsung ini, peneliti dapat mengamati bagaimana guru menggunakan pujian, pendekatan personal, dan aktivitas permainan edukatif untuk menumbuhkan semangat belajar. 

Selain itu, peneliti juga menyadari faktor lain seperti suasana kelas dan hubungan guru-siswa yang mempengaruhi motivasi, sesuatu yang sulit didapat hanya lewat wawancara.

Contoh Observasi Partisipan 2 – Bidang Sosial 

Dalam suatu penelitian mengenai kehidupan pedagang di pasar tradisional, seorang peneliti memilih ikut berdagang selama beberapa minggu. Peneliti ini membantu menata dagangan, melayani pembeli, dan berinteraksi dengan pedagang lain. 

Melalui pengalaman langsung tersebut, peneliti dapat memahami bagaimana pedagang saling bekerja sama menjaga keamanan, berbagi informasi harga, serta menghadapi persaingan dengan cara yang tetap menjaga hubungan sosial. 

Keterlibatan langsung membuat peneliti tidak hanya melihat transaksi ekonomi, tetapi juga memahami nilai-nilai kebersamaan dan strategi bertahan hidup yang dijalankan para pedagang setiap hari.

Melalui penjelasan dan contoh tersebut, tentunya semakin mudah memahami apa itu observasi partisipan. Kemudian bisa dengan tepat menentukan kapan metode observasi ini perlu diterapkan. Sebab memang membutuhkan sumber daya lebih dalam penelitian agar observasi berjalan lancar.

Baca artikel tentang observasi:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan