Parafrase

Parafrase pada Pendapat Para Ahli, Boleh atau Tidak?

Melakukan parafrase pada pendapat para ahli masih menimbulkan pertanyaan di kalangan penulis karya ilmiah. Ada yang memperbolehkan melakukan parafrase pendapat ahli dan ada yang kontra karena makna bisa berubah. 

Pendapat yang setuju menyebutkan melakukan parafrase disarankan sebagai pilihan terbaik untuk menghindari plagiarisme. Selain itu, parafrase juga ditujukan untuk meningkatkan keterbacaan karya tulis yang dibuat. Jadi, apakah pendapat ahli boleh diparafrase atau tidak? Selesaikan membaca artikel untuk mendapatkan jawabannya!

Apakah Pendapat Ahli Boleh Diparafrase?

Salah satu dosen di Universitas Bandar Lampung (UBL), Robby Yuli Endra, melalui kanal Youtubenya menjelaskan bahwa pendapat dan teori para ahli boleh atau bisa diparafrase.

Dengan demikian, pendapat dan teori yang dikemukakan para ahli bisa ditulis apa adanya (menjadi kutipan langsung) atau bisa ditulis versi parafrase (menjadi kutipan tidak langsung). 

Parafrase pada pendapat para ahli memang ada beberapa ketentuan yang harus dipahami. Pada beberapa kondisi, pendapat dan teori yang dikemukakan para ahli bisa diparafrase jika:

  1. Penulis ingin menyampaikan teori tersebut dengan bahasa sendiri sehingga isi dari karya tulis yang dibuat lebih unik dan terjamin orisinil.
  2. Kutipan berisi teori atau pendapat ahli bisa ingin ditambahkan informasi atau penjelasan tambahan sehingga sesuai dengan konteks karya tulis yang disusun.
  3. Parafrase dilakukan dengan tujuan menunjukan pemahaman penulis terhadap topik maupun pada pendapat dan teori yang dikemukakan para ahli.

Melakukan parafrase pada pendapat para ahli membuat peluang menghindari plagiarisme lebih tinggi karena karya tulis lebih unik dan terjamin orisinil. Selain itu, parafrase ini bisa meningkatkan keterbacaan sehingga isi karya tulis lebih menarik dan mudah dipahami pembaca. 

Namun, parafrase untuk pendapat dan teori para ahli dalam beberapa kondisi dianjurkan tidak dilakukan. Jadi, pendapat atau teori para ahli ditulis dalam kutipan langsung dan tidak mengubah apa yang disampaikan ahli tersebut. Kondisi yang mengharuskan pilihan ini antara lain: 

  1. Menemukan pendapat atau teori yang dikemukakan ahli yang sifatnya kuat, berpengaruh, atau sulit untuk diringkas tanpa kehilangan makna. Jika dipaksa dilakukan parafrase, ada kekhawatiran mengubah makna, menurunkan fokus utama. Contoh pendapat ahli yang kuat: “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world (Pendidikan adalah senjata paling kuat yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia).” — Nelson Mandela. Jika diparafrase, besar kemungkinan makna tidak sekuat pendapat aslinya.
  2. Ada keinginan untuk mempertahankan kata-kata asli dari ahli yang pendapat atau teorinya karena dirasa lebih relevan dengan topik karya tulis, lebih jelas, dan lebih mudah dipahami.
  3. Menemukan pendapat atau teori yang merupakan definisi penting atau ungkapan yang sangat dikenal sehingga lebih baik tidak diparafrase.

Mempertahankan pendapat dan teori seorang ahli dalam bentuk kutipan langsung juga memberi keuntungan. Pertama, bisa menjelaskan kredibilitas sumber yang digunakan. Apalagi untuk pendapat yang disampaikan ahli terkemuka yang dikenal banyak orang bahkan di seluruh dunia. 

Kedua, kutipan langsung pada pendapat dan teori yang dikemukakan ahli efektif menguatkan pendapat atau argumen yang ingin dicantumkan penulis. Sehingga kutipan langsung bisa meningkatkan bobot dan kredibilitas pendapat yang dicantumkan tersebut.  

Sejumlah pertanyaan berikut sering diajukan penulis, temukan jawabannya pada artikel berikut:

Contoh Parafrase Pendapat Para Ahli Tanpa Mengubah Makna pada Karya Ilmiah

Seperti penjelasan di atas, parafrase pada pendapat para ahli dianjurkan tidak dilakukan. Salah satunya jika menjumpai pendapat ahli yang sulit diparafrase karena khawatir justru mengubah makna. 

Namun, jika memang memungkinkan pendapat para ahli tersebut bisa diparafrase. Sebab memang bisa meningkatkan peluang bebas dari plagiarisme. Berikut adalah beberapa contoh penulisan ulang pendapat para ahli tanpa mengubah maknanya: 

Contoh pertama yang bisa Anda ikuti sebagai berikut:

    Pendapat Asli: 
    “Motivasi intrinsik mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu karena minat atau kepuasan pribadi, tanpa mengharapkan imbalan eksternal.” — Ryan dan Deci (2000)

    Hasil Parafrase: 
    Menurut Ryan dan Deci (2000), motivasi intrinsik membuat seseorang terdorong melakukan suatu aktivitas karena minat pribadi atau kepuasan batin, bukan karena imbalan dari luar.

    Contoh ke-2

      Pendapat Asli: 
      “Kebudayaan adalah pola perilaku yang dipelajari dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam suatu kelompok masyarakat.” — Koentjaraningrat (2002)

      Hasil Parafrase: 
      Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan sebagai “pola perilaku yang dipelajari dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam suatu kelompok masyarakat.”

      Contoh ke-3:

        Pendapat Asli: 
        “Literasi informasi adalah kemampuan individu untuk mengenali kapan mereka membutuhkan informasi, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif.” — American Library Association (2000)

        Hasil Parafrase: 
        Menurut American Library Association (2000), literasi informasi berarti kemampuan seseorang untuk mengetahui kapan membutuhkan informasi serta untuk menemukannya dan menggunakannya secara efektif.

        Contoh ke-4

          Pendapat Asli: 
          Menurut Maslow, kebutuhan manusia disusun dalam bentuk hirarki, mulai dari kebutuhan dasar seperti makan dan minum, hingga kebutuhan aktualisasi diri di tingkat tertinggi.

          Hasil Parafrase: 
          Maslow menjelaskan bahwa manusia memiliki tingkatan kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan fisiologis dan terus berkembang hingga keinginan untuk mencapai potensi penuh atau aktualisasi diri.

          Contoh ke-5

            Pendapat Asli: 
            Kohlberg mengembangkan teori perkembangan moral yang terdiri dari enam tahap, dimulai dari orientasi pada hukuman dan kepatuhan, hingga tahap tertinggi yang didasarkan pada prinsip-prinsip etis universal.

            Hasil Parafrase: 
            Kohlberg menguraikan perkembangan moral sebagai proses bertahap, dimulai dari tingkat kepatuhan terhadap aturan dasar hingga mencapai pemahaman moral berdasarkan prinsip etika yang bersifat universal.

            Contoh ke-6

              Pendapat Asli: 
              Teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura menyatakan bahwa individu dapat mempelajari perilaku baru dengan mengamati perilaku orang lain dan menirunya, terutama jika perilaku tersebut diikuti oleh konsekuensi positif.

              Hasil Parafrase:
              Bandura menjelaskan dalam teori belajar sosial bahwa seseorang bisa belajar perilaku baru dengan cara mengamati dan meniru perilaku orang lain, terutama jika tindakan itu mendapat hasil yang positif.

              Contoh ke-7

                Pendapat Asli: 
                Teori relativitas umum yang dikemukakan oleh Albert Einstein merevolusi pemahaman kita tentang gravitasi. Teori ini menjelaskan bahwa gravitasi bukanlah gaya yang bekerja secara langsung antara dua benda, tetapi lebih merupakan efek dari kelengkungan ruang-waktu yang dihasilkan oleh massa. Ketika suatu benda bermassa, ia menciptakan lekukan di ruang-waktu di sekitarnya, dan benda lain yang berada di dalam lekukan tersebut akan mengikuti jalur tertentu, yang kita percepat sebagai efek gravitasi. Hal ini menjelaskan fenomena-fenomena seperti pergerakan planet-planet dan pelengkungan cahaya di sekitar objek besar, seperti bintang atau galaksi.

                Hasil Parafrase:
                Teori relativitas umum yang dikembangkan oleh Albert Einstein mengubah cara kita memahami gravitasi. Teori ini mengemukakan bahwa gravitasi bukanlah gaya yang langsung menghubungkan dua objek, melainkan akibat dari kelengkungan ruang-waktu yang disebabkan oleh adanya massa. Ketika sebuah objek memiliki massa, ia menciptakan lekukan dalam ruang-waktu di sekitarnya, dan objek lain yang berada dalam lekukan itu akan mengikuti jalur tertentu, yang kita interpretasikan sebagai efek gravitasi. Konsep ini juga menjelaskan berbagai fenomena, seperti pergerakan planet dan pembelokan cahaya di sekitar objek besar, seperti bintang atau galaksi.

                Beberapa contoh tersebut tentu bisa dijadikan bahan untuk lebih memahami tata cara memparafrase pendapat ahli. Parafrase pada pendapat para ahli bisa dilakukan apabila penulis yakin bisa mempertahankan makna aslinya. 

                Sebaliknya, apabila penulis kesulitan untuk menulis ulang pendapat ahli tersebut dan merasa akan ada pergeseran atau perubahan makna. Sebaiknya penulis memilih kutipan langsung (tidak diparafrase) menjadi keputusan yang lebih bijak. 

                Menunjang proses parafrase suatu pendapat ahli, penulis perlu memahami dulu makna dari pendapat yang dikemukakan. Jika belum paham, penulis bisa mencari referensi tambahan dan melakukan parafrase agar makna teks asli tidak berubah.

                Berikut tips yang harus Anda lakukan agar skor Turnitin rendah:

                Bentuk-Bentuk yang Tidak Boleh Diparafrase

                Seperti yang dijelaskan sekilas sebelumnya, ada beberapa bagian dalam suatu karya tulis yang boleh diparafrase dan sebaliknya. Secara umum, beberapa bagian dari karya tulis yang tidak boleh diparafrase: 

                1. Kutipan Terkenal dan Ikonik

                Beberapa pendapat dan teori yang dikemukakan ahli bisa menjadi kutipan terkenal dan ikonik. Bahkan, diingat di luar kepala oleh banyak orang. Jika perlu mengutip pendapat ahli seperti ini, Anda tidak disarankan melakukan parafrase. 

                Mengapa demikia? Sebab bisa memunculkan potensi kehilangan makna, makna tidak sedalam kutipan aslinya yang sudah ikonik, dan sejenisnya. Jika ada pendapat ahli yang seperti ini, Anda disaraknkan untuk menuliskannya menjadi kutipan langsung. 

                Contohnya kutipan ikonik dari Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt dalam pidato pelantikannya di tahun 1933, yaitu: 

                “The only thing we have to fear is fear itself.”

                Makna dari kutipan ikonik tersebut adalah ungkapan yang menyatakan bahwa ketakutan itu sendiri adalah hambatan terbesar. Jika kutipan ikonik ini diparafrase, ada kemungkinan makna tidak sedalam kutipan aslinya. 

                2. Definisi Resmi

                Bentuk kedua yang sebaiknya tidak diparafrase saat menyusun karya tulis ilmiah adalah definisi resmi. Definisi resmi merupakan suatu definisi yang dikemukakan oleh sumber yang valid dan diakui, baik secara nasional maupun internasional. 

                Misalnya definisi suatu kosakata dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi ini resmi dan menjadi acuan bagi penulis di Indonesia sehingga definisi kosakata apapun dalam KBBI dianjurkan tidak diparafrase. 

                3. Data Statistik Berupa Angka

                Berikutnya adalah data statistik berupa angka. Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, referensi yang digunakan bisa memaparkan data statistik dalam bentuk angka. Data seperti ini tidak dianjurkan diparafrase melainkan ditulis apa adanya. 

                Contohnya, artikel pada jurnal menjelaskan “87% responden menyetujui kebijakan baru,”. Maka angka “87%” wajib ditulis apa adanya dan bukan diparafrase dan diubah menjadi “mayoritas”, “sebagian besar”, dan sejenisnya. 

                4. Hasil Penelitian yang Spesifik

                Hasil penelitian yang sudah spesifik ada kalanya perlu dicantumkan dalam karya tulis yang digarap sebagai penguat data, pendapat, atau untuk tujuan lain. Hasil penelitian spesifik seperti ini juga dianjurkan tidak diparafrase. 

                Contohnya, artikel pada jurnal yang dijadikan referensi menjelaskan hasil penelitian “Terapi X dapat mengurangi gejala penyakit Y hingga 70%,”. Hasil penelitian ini sebaiknya ditulis apa adanya menjadi kutipan langsung. Bukan diparafrase, misalnya menjadi “Lebih dari separuh gejala dalam penyakit Y bisa dikurangi lewat terapi X”. 

                5. Undang-Undang, Peraturan, atau Dokumen Resmi

                Bentuk berikutnya yang juga tidak disarankan bahkan tidak boleh diparafrase adalah ketika mengutip Undang-Undang, peraturan (baik dari pemerintah, menteri, dan lembaga resmi negara lain), dan dokumen resmi. 

                6. Ayat dalam Kitab Suci

                Ayat dalam kitab suci juga tidak boleh diparafrase sehingga karya tulis ilmiah yang mengutip suatu ayat dalam suatu kitab suci, dianjurkan dikutip secara langsung. Bahkan untuk mengutip suatu surat atau satu ayat dalam kitab Al-Qur’an, dianjurkan mencantumkan versi tulisan Arab-nya. 

                Sebab ada beberapa orang yang justru keliru melafalkan ayat dan surat jika membaca versi latin. Hal ini dikhawatirkan merubah panjang pendek pembacaan ayat maupun merubah makhraj yang berpotensi merubah makna. 

                Kesulitan melakukan parafrase? Lakukan cara-cara berikut agar skor Turnitin rendah:

                Bentuk-Bentuk yang Boleh Diparafrase

                Meskipun ada beberapa bagian pada karya tulis dan referensi jenis lain tidak boleh diparafrase. Namun, banyak pula yang boleh diparafrase, diantaranya: 

                1. Pendapat dari Para Ahli

                Bentuk pertama adalah pendapat para ahli, hanya saja tetap dan ketentuan tambahan. Seperti yang dijelaskan di awal, beberapa pendapat dan teori yang dikemukakan ahli tidak dianjurkan diparafrase. Namun, secara garis besar pendapat ahli boleh diparafrase selama makna sesuai atau tidak berubah. 

                2. Informasi atau Fakta Umum

                Bentuk kedua dalam teks yang bisa diparafrase adalah informasi atau fakta umum. Beberapa data yang disampaikan suatu karya ilmiah yang dirujuk bisa berisi informasi umum sehingga bisa diparafrase karena risiko makna berubah sangat kecil. 

                Contohnya, informasi umum seperti “bumi berotasi pada porosnya selama 24 jam”. Maka bisa diparafrase menjadi “Bumi membutuhkan waktu sehari untuk berputar pada sumbunya.”

                3. Penjelasan yang Panjang

                Bentuk teks dari referensi berikutnya yang bisa diparafrase adalah penjelasan yang panjang, baik itu berupa ringkasan maupun penjelasan mengenai suatu hal atau suatu topik. Berikut contohnya: 

                Teks asli:
                “Teori evolusi Darwin menjelaskan bahwa spesies makhluk hidup berkembang melalui seleksi alam. Dalam proses ini, individu-individu yang memiliki karakteristik yang lebih baik dalam beradaptasi terhadap lingkungannya cenderung bertahan hidup lebih lama dan memiliki lebih banyak keturunan. Keturunan-keturunan ini akan mewarisi sifat-sifat adaptif yang dimiliki oleh induknya. Proses ini berlangsung secara bertahap dalam jangka waktu yang sangat panjang, yang akhirnya mengarah pada perubahan pada tingkat spesies.”

                Hasil parafrase: 
                “Menurut teori evolusi Darwin, spesies makhluk hidup berubah seiring waktu melalui seleksi alam. Individu yang lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan akan lebih mungkin bertahan dan memiliki keturunan, yang mewarisi sifat adaptif tersebut. Dalam jangka waktu lama, hal ini mengakibatkan perubahan spesies.”

                Sebagai informasi tambahan, beberapa perguruan tinggi bisa menetapkan aturan berbeda terkait bagian teks mana yang boleh dan tidak boleh diparafrase. Jadi, untuk karya tulis ilmiah yang bersifat internal seperti tugas kuliah sampai tugas akhir (skripsi, tesis, dan disertasi). Penulisan kutipan disesuaikan kebijakan internal perguruan tinggi tersebut. 

                Dengan memahami apa saja bentuk-bentuk teks yang boleh dan tidak boleh diparafrase, penulis bisa lebih mudah memahami aturan terkait parafrase pada pendapat para ahli. Sekaligus melancarkan proses mengutip saat menyusun karya tulis ilmiah. 

                Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

                Pujiati

                Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

                Recent Posts

                Cara Mengutip Hasil Wawancara dan Penulisan di Daftar Pustaka

                Ada banyak sumber bisa dijadikan rujukan dalam menyusun karya tulis ilmiah, termasuk wawancara. Seorang peneliti…

                2 jam ago

                Bolehkah Konjungsi di Awal Kalimat? Berikut Penjelasannya

                Pernahkah mendapati penulisan konjungsi di awal kalimat? Dijamin pernah. Saat menuangkan isi pikiran dalam bentuk…

                6 jam ago

                Penulisan Satuan yang Benar (Berat, Panjang, Luas, Waktu, Jumlah)

                Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…

                5 hari ago

                Cara Mengetahui Tren Penelitian untuk Menentukan Topik

                Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…

                5 hari ago

                6 Tips Visualisasi Data agar Mudah Dipahami Kalangan Pembaca

                Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…

                2 minggu ago

                Penulisan Pasal dan Ayat yang Benar dalam Kalimat

                Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…

                2 minggu ago