Bagi Anda yang terjun di dunia kepenulisan, tentu wajib memahami dulu berbagai aturan atau kaidah penulisan. Salah satunya adalah kaidah penulisan kata berimbuhan yang sampai saat ini masih sering dijumpai kekeliruan.
Kata imbuhan atau kata berimbuhan menjadi salah satu jenis kata dalam bahasa Indonesia yang penting untuk dipahami aturan penulisannya. Sebab jenis kata ini memang sering menyebabkan kesalahan penulisan. Oleh sebab itu, penting untuk dipahami secara mendalam.
Dalam buku Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Bentuk dan Pilihan Kata (2014), dijelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat dua jenis kata. Yaitu:
Kata dasar adalah suatu kata yang utuh dan belum mendapatkan imbuhan apa pun. Secara sederhana, kata dasar merupakan asal dari suatu kata yang nantinya bisa berubah bentuk dan makna.
Misalnya kata dasar “makan” ketika ditambah imbuhan me- menjadi “memakan” menunjukan adanya aktivitas seseorang sedang makan. Semetara jika kata dasar ini diberi tambahan imbuhan di- menjadi “dimakan” maka artinya berubah.
Yakni menunjukan suatu makanan yang sedang dimakan oleh seseorang atau makhluk hidup lainnya. Sehingga semua kata diawali dari kata dasar yang kemudian mengalami perubahan, salah satunya berubah karena ada imbuhan.
Kedua adalah kata bentukan, yaitu kata yang sudah dibentuk dari kata dasar dengan menambahkan imbuhan tertentu. Hal ini sejalan dengan penjelasan sebelumnya, dimana suatu kata dasar ketika mendapat imbuhan maka berubah menjadi kata berimbuhan. Makna dan tata cara penulisannya pun berubah.
Jadi, ketika menemukan istilah kata bentukan maka sama artinya sedang menyebut kata imbuhan. Sebab kata imbuhan atau kata berimbuhan adalah kata dasar yang sudah mengalami perubahan bentuk agar maknanya jelas.
Penggunaan kata dasar dan kata berimbuhan tentu lazim dilakukan, baik untuk komunikasi secara lisan maupun lewat tulisan. Sayangnya, penulisan kata berimbuhan sejauh ini masih dijumpai banyak kekeliruan yang membuat penulisannya menjadi tidak baku.
Misalnya dari kata “merubah” kemudian ditulis menjadi “merobah” yang menjadi tidak baku. Kesalahan seperti ini terdengar sepele, akan tetapi bisa merusak kaidah bahasa Indonesia dan menyulitkan pembaca memahami tulisan yang Anda susun.
Berikut adalah beberapa kaidah atau aturan penulisan kata berimbuhan yang benar sesuai PUEBI dikutip melalui tirto.id:
Aturan pertama adalah mengenai aturan dasar untuk penulisan kata berimbuhan yang baik dan benar. Artinya, ada kata dasar yang kemudian mendapat imbuhan baik sebagai awalan, sisipan, akhiran, gabungan, dan akhiran.
Secara aturan, penulisan kata berimbuhan adalah disambung atau dirangkai. Sehingga antara kata dasar dengan kata yang menjadi imbuhan disatukan tanpa ada jeda spasi. Sehingga menjadi kata baru atau menjadi kata bentukan. Berikut contohnya:
Beberapa kata berimbuhan dalam bahasa Indonesia diketahui berasal dari kata atau istilah asing. Misalnya imbuhan -isme, -man, -wan, atau -wi, dan lain sebagainya yang lebih umum digunakan dalam kata dari bahasa asing seperti bahasa Inggris.
Imbuhan ini kemudian bisa masuk ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi imbuhan yang diakui, sehingga kata dasar dengan imbuhan ini menjadi kata baku. Lalu, bagaimana aturan penulisannya?
Aturanna sama, yakni disambung atau dirangkai dengan kata dasar tanpa dipisahkan spasi maupun tanda baca jenis apapun. Berikut beberapa contohnya:
Aturan penulisan kata berimbuhan berikutnya adalah ketika suatu imbuhan ditambahkan ke kata bentuk terikat. Dalam KBBI, kata bentuk terikat adalah bentuk bahasa yang harus digabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dan memiliki makna yang jelas.
Sesuai dengan definisi ini, maka aturan penulisan untuk kata bentuk terikat yang mendapat imbuhan adalah disambung atau dirangkai tanpa jeda spasi maupun tanda baca apapun. Berikut beberapa contohnya:
Aturan penulisan kata berimbuhan yang terakhir adalah ketika ada kata dasar bertemu kata bentuk terikat dimana kata dasar perlu ditulis dengan huruf kapital, baik di huruf pertama saja maupun seluruh kata.
Misalnya ketika menuliskan nama negara, nama badan, nama organisasi, dan sebagainya yang wajib ditulis dengan huruf kapital. Maka aturan penulisannya adalah dirangkai dengan penambahan tanda hubung (-). Berikut contohnya:
Perhatikan penggunaan kata baku yang benar pada naskah Anda, artikel berikut akan membantu:
Melalui penjelasan di atas, tentunya semakin paham bagaimana menghindari kesalahan penulisan kata berimbuhan. Hal ini tentu penting bagi Anda seorang penulis, baik menulis karya tulis ilmiah maupun non ilmiah.
Sebab, menghindari kekeliruan penulisan hingga membuatnya tidak sesuai kaidah adalah bentuk profesional dan tanggung jawab seorang penulis. Bagi Anda yang khawatir melakukan kekeliruan serupa, berikut beberapa tips untuk menghindarinya:
Tips yang pertama adalah memperbanyak membaca mengenai kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia. Ada banyak buku panduan bisa dibaca untuk meningkatkan pemahaman tentang hal ini. Langkah lain, adalah konsultasi dan sharing dengan penulis lain. Terutama yang lebih senior.
Tips kedua adalah dengan memperbanyak membaca karya orang lain. Kenapa harus orang lain? Tujuannya adalah untuk mengetahui lebih banyak tata cara penulisan suatu kata. Entah itu kata imbuhan, kata asing, dll. Sehingga bisa tahu mana yang sesuai kaidah dan yang sebaliknya.
Tips yang terakhir adalah dengan terus menulis. Semakin sering Anda menulis dan diimbangi dengan dua tips lain yang sudah dijelaskan, maka semakin paham dan ingat seluruh kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia. Hal ini akan menghindarkan Anda dari resiko melakukan kesalahan.
Itulah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan dalam penulisan kata berimbuhan. Jika memiliki pertanyaan, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke kolega Anda.
Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…
Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…
Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…
Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…
Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…
Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…