Daftar Isi
Menjelang hari raya Idul Fitri, umat muslim akan menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan. Namun, bagaimana penulisan Ramadhan yang benar? Pertanyaan ini ternyata sering terlintas di pikiran nyaris semua orang.
Sebab banyak yang menyebut kata Ramadan adalah yang benar, akan tetapi ada juga yang menyebut kata Ramadhan adalah yang paling benar. Meskipun hanya beda satu huruf saja, yakni huruf “h” ternyata sudah mempengaruhi baku tidaknya kata tersebut.
Ramadhan atau Ramadan?
Sebelum membahas mengenai penulisan Ramadan yang benar, maka dibahas dulu mengenai definisi dan asal kata tersebut. Ramahan secara umum diketahui sebagai bulan ke-9 dalam penanggalan Islam, yakni Hijriyah.
Kata Ramadan secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata “Romadh” yang artinya “panas menyengat” atau “membakar”. Kenapa menggunakan kata tersebut? Secara harfiah maknanya memang terkesan negatif sebab memiliki arti panas menyengat.
Rupanya, bulan Romadh di Arab sana disebut bulan demikian karena menjadi satu-satunya bulan dimana sinar matahari sangat panas dibanding bulan-bulan lain di penanggalan Hijriyah. Tidak heran masyarakat di Arab menggunakan kata tersebut.
Meskipun begitu, menilik dari sejarah perkembangan agama Islam pada bulan yang sinar matahari terasa membakar ini muncul wahyu pertama oleh Nabi Muhammad SAW. Bulan ini kemudian menjadi bulan dimana umat muslim menunaikan ibadah puasa wajib selama 30 hari penuh.
Lalu, bagaimana penulisan Ramadhan yang benar? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cara penulisan yang benar adalah “Ramadan” tanpa huruf “h”. Sedangkan kata “Ramadhan” dengan huruf “h” termasuk kata tidak baku.
Berikut hasil pencarian “Ramadan” pada aplikasi KBBI V. Kata “Ramadan” adalah bentuk baku. Sedangkan kata “Ramadhan” adalah bentuk tidak baku.
Kenapa Ramadan?
Kira-kira kenapa di dalam KBBI menggunakan kata “Ramadan” sebagai bentuk baku? Rupanya, acuan KBBI adalah pada kata serapan, dimana kata Ramadan termasuk di dalamnya.
Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang diubah ke bahasa Indonesia. Sehingga ada beberapa penyesuaian dalam penulisannya di bahasa Indonesia. Hal ini diatur di dalam KBBI untuk memberikan keseragaman penulisan di seluruh wilayah Indonesia.
Secara aturan, KBBI menyebutkan tidak ada kata dengan penggunaan huruf “dh” termasuk di dalam kata “Ramadhan”. Hal ini untuk menegaskan penggunaan satu huruf saja untuk mencegah kerancuan dalam penulisan.
Apalagi kata Ramadan sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab sesuai penjelasan sebelumnya. Sehingga masuk ke dalam kata yang tidak menggunakan huruf “dh” di dalam kata tersebut.
Apakah aturan tidak memakai huruf “dh” ini hanya untuk istilah serapan atau istilah dari bahasa asing? Ternyata tidak. Aturan ini juga berlaku untuk semua bahasa daerah di Indonesia yang memang banyak menggunakan huruf “dh” dalam penulisannya.
Keragaman bahasa daerah di Indonesia karena bentuk negara adalah kepulauan. Membuat semakin banyak kata yang penulisannya rancu. Maka ditetapkan semua kata dari bahasa daerah, dimanapun asal daerahnya tidak menggunakan huruf “dh” atau “h”.
Kemudian, bagaimana penulisan Ramadhan yang benar untuk huruf pertama? Huruf pertama di dalam kata Ramadan harus menggunakan huruf kapital karena kata Ramadan termasuk nama bulan dalam penanggalan atau kalender Hijriyah.
Kata yang Berkaitan dengan Islam yang Diawali Huruf Kapital Ketika Ditulis di Tengah Kalimat
Lalu, pernahkah menanyakan kenapa sejumlah istilah di dalam agama Islam penulisannya menggunakan huruf kapital untuk huruf pertama? Dijamin pernah, karena setiap kali membaca sebuah tulisan di berbagai media akan menjumpainya.
Jadi, ada beberapa kata di dalam agama Islam dan juga dari agama lain penulisannya menggunakan huruf kapital untuk huruf pertama. Bagaimana dengan Ramadan? Penulisan Ramadan yang benar apakah memakai huruf pertama kapital atau tidak?
Dalam KBBI sendiri dijelaskan, istilah dari agama (termasuk agama Islam) dalam kategori tertentu ditulis dengan huruf pertama adalah huruf kapital. Mencakup nama bulan, hari raya, kitab suci, dan lain sebagainya. Contoh Ramadan, Tarawih, Zuhur, dan lain-lain.
Jadi, untuk beberapa kata yang menunjukan kategori tersebut maka penulisannya menggunakan huruf kapital untuk huruf pertama. Jangan heran jika kata tersebut meski ditempatkan di tengah kalimat tetap menggunakan huruf kapital pada huruf pertama.
Nama Lain Bulan Ramadan
Jika dilansir dari berbagai sumber, kata atau nama lain dari bulan Ramadan adalah sebagai berikut:
- Syahrus Shiyam, artinya bulan puasa, bulan pengendalian diri dari hal-hal yang dilarang.
- Syahrul Qur’an, artinya bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.
- Syahrul Mubarak: bulan yang penuh keberkahan. Rezeki orang mukmin meningkat dan lancar. Amal-amal kebaikan dinilai berlipat ganda.
- Syahrul A’la’, artinya bulan yang penuh kenikmatan.
- Syahrut Tilawah, artinya bulan membaca Al-Qur’an atau bulan menekuni diri untuk memahami makna Al-Qur’an.
- Syahrus Shabri, artinya bulan kesabaran.
- Syahrur Rahmah, artinya bulan kasih sayang. Limpahan kasih sayang Allah swt. yang amat banyak kepada kita. Sebagai kompensasinya kita harus menampakkan kasih sayang kepada sesama makhluk-Nya.
- Syahrul Muwasah, artinya bulan kedermawanan atau bulan sosial.
- Syahrun Najah, artinya bulan keselamatan dari azab neraka.
- Syahrul Jud, artinya bulan bermurah tangan, memberi bantuan kepada fakir miskin.
Daftar nama lain bulan Ramadan di atas merupakan daftar kata dari bahasa Arab. Sementara dalam bahasa Indonesia, nama lain bulan Ramadan adalah bulan puasa, bulan suci, dan lain sebagainya.
Melalui penjelasan mengenai penulisan Ramadan yang benar menurut KBBI di atas. Maka bisa dipahami jika kata serapan yang merujuk nama bulan di dalam kalender Hijriyah ini ditulis dengan kata “Ramadan”. Sehingga kedepan bisa selalu memakai kata ini agar baku sesuai KBBI.
Pertanyaan Seputar Penulisan Kata Ramadan
Jika membahas mengenai aturan penulisan Ramadan yang benar menurut KBBI sesuai penjelasan di atas. Maka akan menemukan banyak sekali pertanyaan mengenai istilah tersebut yang merujuk pada nama bulan dalam kalender Hijriyah. Berikut beberapa FAQ:
Jawabannya adalah iya, sesuai penjelasan sebelumnya kata “Ramadan” menunjukan nama bulan di dalam kalender Hijriyah. Sesuai aturan KBBI nama bulan dalam penanggalan Islam ditulis memakai huruf kapital di huruf pertama
Ramadan sendiri sebagaimana yang dijelaskan di awal merupakan kata serapan dari bahasa Arab. Yakni dari kata “Romadh” yang artinya “panas menyengat” atau “membakar”.
Kata ini digunakan oleh masyarakat di Arab lantaran di bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah inilah sinar matahari sangat terik. Dibandingkan dengan bulan lain dalam kalender Islam, teriknya matahari paling terasa di bulan satu ini.
Bahasa Arab untuk penulisan Ramadhan yang benar adalah Ramadan (bahasa Arab رَمَضَانُ). Dibaca “Romadh” sesuai dengan kata asli di dalam bahasa Arab. Namun mengikuti KBBI dalam teks bahasa Indonesia ditulis menjadi “Ramadan”.
Dalam KBBI juga dijelaskan, Ramadan sebagai bulan ke-9 di dalam kalender Hijriyah. Bulan ini dikenal umat muslim sebagai bulan istimewa sebab menunaikan ibadah puasa wajib selama sebulan penuh. Banyak sekali keistimewaan di bulan ini.
Baca Juga :
12 Penggunaan Huruf Kapital Yang Benar dalam Buku / Karya Ilmiah
Penggunaan Kata Di yang Benar Sesuai Kaidah