Search
Close this search box.

7 Tips Produktif Menulis Saat Puasa Agar Naskah Cepat Rampung

Produktif Menulis

Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah, bagi kalangan akademisi seperti dosen bisa memanfaatkan momentum ini untuk produktif menulis. Hanya saja, tidak sedikit dosen yang justru kurang produktif karena lebih fokus menjalankan puasa. 

Sehingga banyak diantaranya yang memilih meluangkan lebih banyak waktu untuk bersantai. Bagaimana jika dosen lain lebih sigap sehingga jelang lebaran bisa menyelesaikan dua sampai tiga buku? 

Dibanding ketinggalan, manfaatkan masa-masa puasa untuk aktif menulis yang konon ada banyak ide menarik justru bisa didapatkan. Seperti apa tipsnya? Simak penjelasan berikut ini. 

Tips agar Tetap Produktif Menulis saat Puasa 

Menulis bagi seorang dosen adalah kebutuhan dan juga kewajiban. Sebab dengan menulis dosen bisa memenuhi BKD alias beban kerja. Sekaligus bisa mendapatkan tambahan angka kredit yang sangat lumayan. 

Sekilas, sekadar mengetik di perangkat komputer butut seorang dosen bisa punya karir akademik yang cemerlang. Supaya hal ini terealisasikan, maka manfaatkan momen Ramadhan untuk produktif menulis. 

Jika selama ini bulan puasa justru dipakai aktivitas remeh temeh seperti rebahan dengan tujuan menghemat energi agar puasa lancar. Pertimbangkan untuk menulis dan mencari ide-ide tulisan kreatif agar banyak buku bermanfaat bisa diselesaikan. Berikut tipsnya: 

1. Ngabuburit dengan Membaca

Selama menjalankan ibadah puasa tentu akan ada momen yang disebut ngabuburit. Jika kebanyakan orang menghabiskan waktu ngabuburit dengan jalan-jalan, jajan, dan sebagainya, seorang dosen bisa ngabuburit secara keren, yaitu diisi dengan kegiatan membaca.

Kenapa membaca buku? Sebab semakin sering membaca semakin banyak ide ditemukan untuk diubah menjadi tulisan. Semakin sering membaca pula, seorang dosen bisa memperbanyak kosakata. 

Sehingga menjadikan tulisan lebih menarik dan menyajikan ilmu pengetahuan yang lebih kompleks. Jika dosen lain yang cenderung malas hanya mengandalkan kosakata itu-itu saja dan memicu kejenuhan pembaca, dosen yang rajin membaca bisa menyajikan tulisan dengan kosakata lebih bervariasi. 

Baca Juga : 7 Tips Menjadi Penulis Pemula Sukses dan Berintegritas

2. Ngabuburit dengan Menonton

Sebulan penuh menjalankan ibadah puasa, tentu jenuh jika ngabuburit hanya habis dipakai membaca. Pertimbangkan untuk mengisinya dengan kegiatan menonton supaya bisa produktif menulis. Menonton apa? 

Bisa menonton siaran berita di televisi, mendengarkan podcast di Spotify, dan bahkan menonton film, serial, dan drakor bisa dipertimbangkan. Sebab apa yang ditonton bisa memberi ide, memberi informasi sebuah isu atau masalah, yang kemudian menjadi topik tulisan. 

3. Rajin Mencatat Apa yang Dipikirkan dalam Catatan Kecil 

Tips berikutnya agar ibadah puasa lancar dan semakin aktif menulis adalah dengan rajin mencatat. Ada kalanya ide menjadi buntu sehingga proses menulis harus diistirahatkan sejenak. Namun, jangan sampai kebablasan. 

Supaya ide kembali mengalir deras, silakan aktif mencatat apa yang dipikirkan dan dirasakan. Biasanya saat puasa seseorang lebih sering melamun, siapa sangka apa yang dilamunkan bisa menjadi ide tulisan. Silakan dimasukan ke catatan kecil agar tidak terlupa. 

4. Manajemen Waktu yang Baik untuk Menulis 

Setelah beberapa tips di atas dilakukan, berikutnya dosen bisa mencoba melakukan manajemen waktu sebaik mungkin. Sebab, percuma rasanya jika ide tulisan sudah menggunung tapi tidak ada waktu untuk menuangkannya ke dalam tulisan. 

Dibutuhkan komitmen bagi dosen untuk meluangkan waktu menulis setiap hari, atau minimal satu waktu dalam seminggu. Menulis 30 menit atau 1 jam sekali waktu dalam seminggu lebih berarti dibanding tidak menulis sama sekali. 

Silakan menyusun agenda kegiatan. Pastikan ada kegiatan ibadah, bercengkrama bersama keluarga, dan melakukan tugas-tugas akademik seperti menulis. Pilih waktu terbaik untuk menulis, dimana di waktu-waktu ini suasana lebih mendukung. 

5. Menetapkan Target dengan Cerdas 

Tips produktif menulis selama menjalankan ibadah puasa berikutnya adalah menetapkan target. Tapi, jangan asal punya target. Melainkan ditetapkan dengan cerdas.

Seperti apa target yang cerdas itu? Yakni target yang realistis sehingga mudah dicapai dan tidak berubah menjadi beban. Target memang harus lebih tinggi, akan tetapi jangan melampaui kemampuan nyata yang dimiliki. 

Misalnya, dosen punya agenda segunung untuk menjalankan tugas-tugas di lingkungan kampus dan di luar kampus. Tersisa hanya 20 menit untuk me time. Maka 20 menit ini bisa diisi dengan menulis. 

Mengetahui fakta ini jika menetapkan target menulis 60 menit sehari, dijamin susah dicapai dan stres sendiri. Prinsipnya adalah menulis sebentar tidak masalah asal punya komitmen untuk dilakukan kontinu sehingga menjadi menyenangkan alih-alih menjadi beban. 

Baca Juga : 7 Tips Menjadi Penulis Sukses Dari Nol

6. Kurangi Kegiatan Tidak Penting

Ibadah puasa memang membuat siapa saja yang menjalankannya harus selektif memilih aktivitas. Tujuannya agar tidak berlebihan dan kehabisan energi. Supaya dosen tetap produktif menulis di tengah puasa, pastikan mengurangi kegiatan. 

Dosen bahkan bisa menghapus kegiatan yang dinilai tidak penting. Dalam hal ini, dosen memang harus cermat menyusun skala prioritas. Sehingga, semua kegiatan penting bisa dijadikan prioritas, termasuk menulis yang menjadi kewajiban dosen. 

7. Mencari Teman untuk Penyemangat 

Tips yang terakhir adalah mencari teman untuk penyemangat. Teman disini bisa dari sesama kalangan dosen. Pilih dosen yang juga punya semangat sama untuk menulis selama bulan Ramadhan. Sehingga bisa saling memberi semangat dan memotivasi. 

Rekomendasi Waktu Agar Bisa Fokus Menulis dan Menghasilkan

Pada dasarnya tidak semua dosen bisa menulis di waktu atau jam yang sama. Bahkan selama berpuasa, banyak dosen yang memilih tidak menulis di tengah puasa. Sehingga menjadikan waktu-waktu berbuka sampai sahur sebagai momen menulis. 

Berikut adalah beberapa rekomendasi waktu agar bisa fokus menulis selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan: 

  1. Setelah shalat subuh, dimana suasana masih tenang dan badan masih segar. Dalam artian belum diserang sensasi haus atau lapar, sehingga bisa fokus. 
  2. Pagi hari sebelum ke kampus, sebab suasana juga masih tenang dan biasanya di rumah sudah sepi karena anak-anak sudah berangkat sekolah. 
  3. Malam hari antara jam 10-12 malam, sebab suasana sangat tenang sehingga dosen bisa fokus menulis sambil ditemani minuman favorit. Misalnya secangkir teh atau kopi. 
  4. Saat ada ide, jadi semisal ide terlintas di kepala dan tidak sedang mengerjakan apa-apa. Silakan langsung saja dituangkan ke dalam tulisan. 

Pada dasarnya, setiap dosen memiliki pilihan waktu ideal tersendiri untuk menulis. Jika diri sendiri merasa nyaman menulis di malam hari maka bisa diteruskan. Sebaliknya, jika lebih nyaman menulis di pagi hari maka bisa fokus di waktu ini. 

Baca Juga : Susah Fokus Saat Menulis? Anda Harus Coba Tips Ini

Mengalami Kendala saat Menulis?

Dari beberapa tips produktif menulis di atas, masih juga mengalami kendala untuk menulis? Tak perlu cemas, para dosen yang baru mulai menulis dan mengalami kesulitan dalam menulis naskah buku bisa menggunakan layanan gratis Konsultasi Menulis Penerbit Deepublish. 

Bersama para ahli dan berpengalaman, dosen akan dibantu untuk menyelesaikan kendala yang dihadapi. Adapun masalah yang bisa dikonsultasikan diantaranya:

  1. Kesulitan dalam memilih tema
  2. Otak merasa buntu di tengah jalan
  3. Kehabisan ide
  4. Tidak percaya diri dengan hasil tulisannya
  5. Tidak ada waktu
  6. Kesulitan dalam menentukan alur dan arah tulisan
  7. Tata cara dan prosedur penerbitan
  8. Dan masalah-masalah teknis yang lain

Silakan isi form untuk mengakses layanan Konsultasi Menulis yang disediakan. Lewat layanan ini proses menulis tanpa kendala berarti bisa didapatkan, sehingga semakin banyak karya bisa dihasilkan. 

Baca Juga :

20 Tips Membangun Kebiasaan Menulis Agar Lebih Konsisten

Artikel Penulisan Buku Pendidikan