Daftar Isi
Terdapat banyak sekali teknik dalam menentukan jumlah dan karakter dari sampel penelitian, dan salah satunya adalah quota sampling. Teknik ini nyaris mirip dengan accidental sampling dan purposive sampling.
Tidak heran, sebab ketiganya masuk dalam kategori non probability sampling (nonrandom). Meskipun begitu, ketiganya memiliki perbedaan dan setiap peneliti bebas memilih teknik yang mana agar sesuai kondisi dan kebutuhan.
Teknik quota untuk penetapan sampling disebut paling mudah dan lebih sederhana untuk diterapkan. Salah satu alasannya karena jumlah sampel sudah ditentukan di awal. Berikut penjelasan lebih rinci.
Apa Itu Quota Sampling?
Dikutip melalui website UNIKA Soegijapranata, menurut Sugiyono (2016), quota sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Dalam teknik ini, peneliti sudah lebih dulu menetapkan jumlah sampel yang dibutuhkan. Kemudian menetapkan kriteria dari sampel tersebut. Dikutip melalui website TGM Research, penetapan kriteria bisa berdasarkan 5 aspek. Yaitu:
- Jenis Kelamin
- Kelompok Umur
- Tingkat Pendapatan
- Wilayah/Lokasi
- Tingkat Pendidikan
Penggunaan teknik ini bisa dipadukan dengan teknik sampling lainnya. Misalnya memadukan antara quota sampling dengan purposive sampling, jika memang dibutuhkan. Namun, bisa juga hanya fokus pada satu teknik ini.
Jenis Quota Sampling
Dikutip melalui website Formplus, teknik sampling ini kemudian terbagi menjadi dua jenis. Yakni controlled quota sampling dan uncontrolled quota sampling. Berikut penjelasannya secara sekilas:
1. Controlled Quota Sampling
Controlled quota sampling adalah kondisi dimana peneliti memiliki batasan ketika menentukan sampel penelitian sebelum proses pengumpulan data. Sehingga ada kriteria khusus yang harus dipenuhi calon sampel penelitian.
Selain itu, batasan juga bisa datang dari jumlah calon sampel. Sebab dalam suatu penelitian, sangat mungkin jumlah sampel lebih sedikit dari yang direncanakan di awal. Faktor pemicunya tentu cukup beragam.
2. Uncontrolled Quota Sampling
Jenis kedua adalah uncontrolled quota sampling, yaitu kondisi dimana peneliti lebih dibebaskan dalam memilih calon sampel penelitian. Sehingga tidak ada kriteria khusus dan peneliti bisa memasukan siapa saja ke dalam sampel tersebut.
Dalam hal ini, peneliti memiliki penilaian personal untuk menilai cocok tidaknya seseorang menjadi sampel penelitian. Sehingga, penentuan sampel sesuai dengan keinginan dari peneliti tanpa ada batasan dari pihak lain.
Jenis teknik pengambilan sampel lainnya yang bisa Anda pertimbangkan:
- Snowball Sampling: Jenis, Contoh, Ciri, Langkah
- Probability Sampling: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
Karakteristik Quota Sampling
Lebih memahami lagi apa itu quota sampling, maka berikut adalah beberapa karakteristik khas dari teknik ini:
- Tujuan utama dari teknik sampling ini adalah memilih sampel yang benar-benar mewakili populasi penelitian.
- Penentuan sampel penelitian dalam teknik ini dibuat bervariasi.
- Penentuan sampel penelitian dengan teknik ini membantu menghemat waktu penelitian, karena jumlah sampel yang teratas sudah mewakili karakter dari populasi penelitian.
- Menghemat biaya penelitian karena peneliti dapat memilih kelompok sampel yang sesuai yang mewakili seluruh populasi.
- Peneliti selalu memisahkan populasi menjadi subkelompok.
- Analisis dan prediksi dari pengambilan sampel penelitian biasanya mewakili seluruh populasi secara akurat.
Kelebihan Quota Sampling
Setiap teknik penentuan sampel penelitian diketahui memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini juga berlaku pada teknik quota sampling. Jika dilihat dari sisi kelebihan, maka akan ditemukan beberapa poin berikut ini:
1. Memberi Efisiensi Waktu Penelitian
Kelebihan yang pertama adalah memberi efisiensi waktu dalam proses pengumpulan data, Teknik ini membantu mendapatkan data dengan cepat, sebab jumlah dan kriteria sampel penelitian sudah ditentukan di awal.
Bagi para peneliti yang ingin proses penelitian cepat atau memang dikejar durasi penelitian yang pendek. Maka teknik ini bisa dipertimbangkan. Apalagi jika memang sesuai dengan karakter dari topik dan metode penelitian yang digunakan.
2. Meningkatkan Efisiensi Biaya Penelitian
Kelebihan yang kedua dari teknik quota sampling adalah memberi efisiensi biaya. Hal ini terjadi sebagai dampak dari keuntungan yang diberikan dari efisiensi waktu. Dimana sudah dijelaskan di poin sebelumnya.
Semakin cepat proses pengumpulan data, maka semakin cepat penelitian bisa diselesaikan. Semakin pendek durasi penelitian, maka otomatis semakin rendah pula biaya penelitian tersebut. Sehingga teknik ini cocok untuk tujuan menghemat biaya penelitian.
3. Memudahkan Analisis Data Penelitian
Kelebihan lain dari teknik ini dalam proses penetapan sampel penelitian adalah memudahkan analisis data. Seab dengan jumlah sampel yang terbatas namun sudah mewakili populasi penelitian secara keseluruhan.
Maka akan terbantu mendapatkan data yang valid dan meskipun jumlah data juga lebih terbatas. Minimnya data dan tetap kredibel karena dari sumber primer, pada akhirnya memudahkan proses analisis. Sehingga memudahkan penentuan kesimpulan sebagai hasil penelitian.
Kekurangan Quota Sampling
Sebaliknya, jika dilihat dari sisi kekurangan maka akan ditemukan beberapa poin berikut ini:
1. Terdapat Resiko dalam Memproyeksikan Hasil Penelitian
Kelemahan yang pertama adalah munculnya resiko dalam memproyeksikan hasil penelitian. Sampel dalam teknik ini dipilih dengan karakteristik tertentu dengan harapan sudah mewakili populasi secara keseluruhan.
Namun, tetap ada kemungkinan sampel yang dipilih belum mewakili keseluruhan populasi penelitian. Ibarat Melakukan survei kepuasan kinerja pemerintah di Indonesia. Kemudian peneliti hanya fokus pada sampel di Pulau Jawa.
Maka masyarakat di pulau lain tidak menjadi sampel penelitian. Padahal, jumlah masyarakat di Jawa bisa lebih sedikit dibanding pulau lain jika ditotal. Kondisi ini yang membuat data yang didapatkan belum tentu mewakili keseluruhan populasi. Namun jika semua dijadikan sampel, maka membengkak masalah waktu sampai biaya.
2. Terjadi Bias
Kelemahan yang kedua dari teknik quota sampling adalah resiko terjadinya bias dalam berbagai aspek. Salah satunya dalam memilih sampel yang dianggap mewakili populasi penelitian.
Dalam teknik ini, peneliti mendapat kebebasan penuh menentukan sampel selama memenuhi satu atau dua kriteria dasar. Pada akhirnya, penilaian pribadi atau persepsi pribadi peneliti akan mempengaruhi.
Kondisi ini membuat pemilihan sampel rentan lebih subjektif. Misalnya, peneliti hanya memilih sampel yang disukai dan dirasa mampu memberi jawaban terbaik. Padahal bisa jadi sampel yang dipilih kurang mewakili populasi karena punya satu aspek yang sama.
Misal sama-sama dari keluarga dengan ekonomi menengah atas. Padahal, kunci untuk mendapatkan data yang mewakili populasi adalah memilih sampel yang bervariasi dari berbagai aspek.
3. Kurang atau Bahkan Tidak Representatif
Kelemahan yang ketiga dan yang terakhir dari teknik quota sampling adalah resiko menjadi kurang atau tidak representatif. Artinya, sama seperti penjelasan sebelumnya, dimana seluruh sampel belum mewakili populasi secara keseluruhan.
Peneliti tentu akan menetapkan kriteria calon sampel sebagai bentuk pemenuhan ciri khas dari teknik ini. Namun, kriteria ini bisa saja subjektif dan berimbas pada minimnya presentasi terhadap populasi keseluruhan.
Perbedaan Quota Sampling dan Purposive Sampling
Seperti yang dijelaskan di awal, teknik quota sampling sering dipandang sama dengan purposive sampling. Kesamaan ini terjadi, karena keduanya berasal dari satu kategori atau jenis sampling. Yakni nonrandom sampling.
Sebelum itu, pahami dulu apa itu purposive sampling sebelum melanjutkan membaca.
Namun, kedua teknik sampling ini jelas berbeda. Setiap peneliti wajib memahami perbedaannya. Berikut detailnya:
1. Dasar atau Kriteria Penentuan Sampel Penelitian
Perbedaan yang pertama dari dua teknik sampling ini adalah dasar yang digunakan. Keduanya sama-sama memiliki kriteria dalam menetapkan calon sampel penelitian. Hal ini bisa dilihat dari segi definisi.
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sementara, quota sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Secara umum, purposive menetapkan calon sampel yang memang memiliki informasi berkaitan dengan topik penelitian. Selama sampel tersebut punya informasi tersebut, maka akan dimasukan ke dalam kelompok sampel.
Sementara pada quota, calon sampel harus memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Jadi, meski memiliki informasi yang diperlukan, selama kriteria tidak terpenuhi maka tidak bisa menjadi sampel penelitian.
2. Jumlah Sampel Penelitian
Perbedaan yang kedua adalah pada segi jumlah. Pada dasarnya, dalam teknik quota sampling, peneliti sudah menetapkan jumlah sampel penelitian. Sebab seperti penjelasan di awal, hal ini menjadi hal yang ditentukan di awal.
Karakter ini pula yang membuat teknik ini membantu memberi efisiensi waktu dan tenaga. Sebab jumlah sampel sudah diketahui dan peneliti tinggal fokus mencari calon sampel sesuai kriteria sampai jumlah tersebut terpenuhi.
Sementara pada teknik purposive, jumlah sampel tidak ditentukan di awal. Jumlah ini akan disesuaikan dengan jumlah calon sampel yang memang memiliki informasi penting dalam menunjang penelitian yang dilakukan.
Sehingga pemilihan sampel memakan waktu lebih lama. Sebab peneliti perlu melakukan wawancara atau teknik tertentu untuk menentukan alon sampel punya informasi penting dalam penelitian tersebut.
Teknik Pengambilan Sampel Quota Sampling
Sama seperti teknik sampling lainnya, ada beberapa tahapan perlu dilakukan dalam menerapkan teknik quota sampling. Secara umum akan ada 4 tahapan dan berikut adalah penjelasannya:
1. Menentukan Populasi Penelitian
Tahap pertama dan paling awal dari penerapan teknik sampling ini adalah menentukan dulu populasi penelitian. Jika Anda meneliti tentang tingkat kepuasan pengguna produk X.
Maka perlu menentukan populasi di daerah atau wilayah mana yang akan diteliti. Pembatasan ini penting untuk mencegah populasi yang jumlahnya terlalu banyak. Sebab akan membuat waktu dan tenaga maupun biaya penelitian membengkak.
2. Pengelompokan Populasi Penelitian
Setelah populasi penelitian ditentukan. Maka tahap kedua dalam teknik quota sampling adalah membagi populasi tersebut ke dalam beberapa kelompok lalu sub kelompok.
Pembagian didasarkan pada 5 kriteria. Yakni dari segi jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan wilayah tempat tinggal. Namun, peneliti bisa membagi kelompok berdasarkan salah satu aspek saja.
Baca Juga: 11 Macam Teknik Pengambilan Sampel dan Contoh Lengkapnya
3. Menetapkan Jumlah Sampel Setiap Kelompok dengan Kriteria
Memahami bahwa dalam teknik quota, peneliti sudah menetapkan jumlah sampel. Maka jumlah di masing-masing kelompok kemudian dipastikan sesuai. Misalnya, jika jumlah sampel adalah 100 orang.
Kemudian ada 3 kelompok dari tahap sebelumnya. Maka perlu dipastikan ketiga kelompok ini jumlah totalnya adalah 100 orang atau 100 sampel penelitian. Sehingga sesuai dengan jumlah yang ditetapkan di awal.
4. Mulai Melakukan Pengambilan Data
Tahap keempat tentu saja peneliti sudah bisa memulai proses pengambilan data. Teknik pengambilan data juga cukup beragam. Baik itu dengan wawancara, kuesioner, atau yang lainnya. Sehingga bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.
5. Melakukan Analisis dan Pemeriksaan Data
Tahap akhir adalah melakukan analisis untuk pemeriksaan data. Data ini perlu diperiksa untuk dipastikan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kemudian dianalisis untuk ditarik kesimpulan sebagaimana proses penelitian pada umumnya.
Contoh Quota Sampling
Jika melalui penjelasan di atas, masih cukup bingung dalam memahami dan mempraktekan teknik quota sampling. Maka berikut adalah beberapa contoh yang bisa dipelajari:
Contoh Quota Sampling 1
Jumlah sampel yang digunakan sebesar 54 sampel dari seluruh populasi. Mengingat dalam penelitian ini populasi yang ada Heterogen, maka digunakan teknik pengambilan Quota Sampling.Quota Sampling adalah teknik sampling yang dimana jumlah objek yang akan diteliti ditetapkan terlebih dulu. Pelaksanaan quota sampling dalam penelitian ini diberikan kepada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Medan Area stambuk 2012-2015 yang menggunakan kartu prabayar IM3 yang berjumlah 117 pengguna dengan ketentuan rumus sebagai berikut :
jumlah mahasiswa setiap fakultas / jumlah keseluruhan mahasiswa x jumlah sampel.
Contoh Quota Sampling 2
Teknik Purposive Sampling akan digunakan dalam penelitian ini, teknik ini memiliki arti yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016 : 85). Menurut arti dari teknik Purposive Sampling tersebut, ada beberapa kriteria responden dalam penelitian ini :
- Pengusaha bakso di Semarang yang tidak hanya menjual produk bakso namun juga memproduksi bakso sendiri, dan memiliki tempat berjualan yang tetap (bukan gerobak).
- Pengusaha bakso yang inovatif.
Menurut kriteria atau syarat yang telah dijelaskan diatas, maka teknik sampel yang digunakan yaitu quota sampling. Quota sampling artinya teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2016:85). Dalam Penelitian ini, jumlah sampel yang ditentukan akan diteliti sebanyak 15 sampel sesuai dengan jumlah yang ingin ditentukan oleh penulis.
Contoh Quota Sampling 3
Sebuah perguruan tinggi tahun ini akan menerima 1.000 mahasiswa baru. Untuk tujuan ini perguruan tinggi tersebut membuka pendaftaran setiap hari dan melakukan tes saringan masuk setiap hari menggunakan komputer (computer based).
Untuk tujuan di atas, perguruan tinggi tersebut membuka pendaftaran mahasiswa baru dengan sistem computer based. Pendaftaran mahasiswa baru akan dihentikan jika mahasiswa baru yang diterima telah mencapai 1.000 mahasiswa. Pengambilan sampel seperti ini menggunakan teknik quota sampling
Contoh Quota Sampling 4
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh stakeholder yang terlibat di dalam CBNRM Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten Kulon Progo, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Stakeholder yang ada mencapai seratus stakeholder, mulai dari KTH pengelola HKm, SKPD-SKPD di level kabupaten, SKPD di level provinsi, lembaga legislatif di level provinsi dan kabupaten, akademisi, LSM, dan lain sebagainya
Penelitian ini menggunakan quota sampling karena peneliti memberikan kuesioner kepada sejumlah responden dalam beberapa kelompok tertentu dari keseluruhan populasi, dimana responden tersebut tidak dipilih oleh peneliti terlebih dahulu, melainkan hanya ditentukan jumlah kuota respondennya untuk setiap satuan stakeholder.
Contoh Quota Sampling 5
Seorang dokter muda ingin melakukan penelitian tentang dampak penyakit demam berdarah yang lagi menjadi wabah di suatu daerah. Untuk tujuan ini, dokter tersebut telah menentukan jumlah sampel pasien demam berdarah sebanyak 50 pasien. Penentuan jumlah sampel didasarkan kepada waktu, biaya, dan tenaga yang disediakan dokter tersebut.
Untuk tujuan penelitian di atas, dokter tersebut mengambil sampel sebanyak 50 pasien. Penelitian belum dihentikan jika jumlah pasien belum mencapai kuota (50 pasien) dan akan dihentikan jika telah memenuhi kuota. Pengambilan sampel seperti ini menggunakan teknik quota sampling.
Supaya lebih mudah memahami lagi apa itu teknik quota sampling dan seberapa cocok teknik ini dengan penelitian Anda. Maka bisa melakukan studi literatur dengan membaca lebih banyak hasil penelitian dalam jurnal ilmiah. Sebab akan menemukan lebih banyak penjelasan dan contoh nyata dari penelitian sebelumnya.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.