Promo Terbatas! ⚠️

Cetak buku diskon 35%, bonus tambahan eksemplar dan gratis ongkir se-Indonesia, MAU? Ambil diskon di sini!

Akronim dan Perbedaannya dengan Singkatan

akronim

Sudahkah Anda mengetahui bagaimana penulisan akronim maupun singkatan dalam sebuah karya tulis? Kebanyakan orang ternyata menganggap jika akronim sama dengan singkatan. Benarkah demikian? 

Nah, terkait hal ini ternyata masih banyak juga yang kebingungan untuk memahami perbedaan dan persamaan dari singkatan dan akronim. Menurut KBBI, kedua istilah ini berbeda meski memiliki kemiripan. Lalu, apa sih yang membedakannya? Simak yuk penjelasannya. 

Beda Akronim dan Singkatan

Dikutip melalui laman KBBI online, dijelaskan bahwa singkatan adalah hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf. Sehingga singkatan ini biasanya dalam bentuk huruf tunggal maupun gabungan beberapa huruf. Misal LPDP, KUHP, WHO.

Sementara itu, akronim merupakan singkatan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Akronim akan membentuk kata yang bisa dilafalkan atau dibaca. Misal ponsel, sembako, dan lainnya.

Masih bingung juga? Jadi begini, ketika mendapati gabungan beberapa huruf, maka masuk dalam kategori singkatan. Biasanya diambil dari huruf pertama di setiap kata yang menyusun singkatan. 

Sebaliknya, jika ada kata yang menyatukan suku kata dari beberapa kata maka masuk kategori akronim. Misalnya seperti contoh sebelumnya, yakni “ponsel” yang memiliki kepanjangan “telepon seluler”. Sementara jika menjadi singkatan harusnya TL.  

Nah, dengan contoh ini tentunya Anda bisa lebih mudah memahami perbedaan mendasar dari singkatan dan akronim. Sehingga tidak lagi bingung untuk mengetahui suatu singkatan dalam kalimat masuk kategori singkatan atau akronim. 

Untuk semakin memahami apa bedanya, baca artikel berikut selengkapnya:

Penulisan Akronim yang Benar

Jika sudah paham betul definisi dan perbedaan antara singkatan dan akronim. Maka kini Anda bisa langsung memahami tata aturan penulisan akronim tersebut. Seperti apa sih penulisannya yang masuk kategori baik dan benar? 

Dikutip melalui laman pijarbelajar.id, ada dua dasar yang bisa dijadikan acuan untuk mengetahui tata aturan penulisan kalimat dalam bahasa Indonesia. Pertama adalah EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang sudah menjadi standar sejak lama di Indonesia. 

Dasar yang kedua adalah mengacu pada TBBI (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia) yang membantu menyusun kalimat dengan baik dan benar. Sehingga disini juga ada beberapa aturan berkaitan dengan penulisan dari akronim. Berikut penjelasannya: 

1. Aturan Penulisan Akronim Huruf Depan Kapital 

Aturan pertama dalam penulisan akronim adalah menggunakan huruf kapital untuk huruf paling depan. Penulisan ini digunakan untuk menyingkat (membuat singkatan) pada nama, baik nama lembaga, nama daerah, nama kota, dan lainnya. 

Misalnya adalah akronim Jateng (Jawa Tengah), Jabar (Jawa Barat), Sulteng (Sulawesi Tengah), Bulog (Badan Urusan Logistik), Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), dan lain sebagainya. 

2. Aturan Penulisan Akronim Huruf Kecil 

Kondisi kedua adalah menuliskan akronim dengan huruf kecil, sehingga tidak semua akronim memakai huruf kapital pada huruf pertama. Ada juga yang memang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. 

Akronim yang masuk kategori ini adalah akronim selain untuk nama tempat, nama kota, dan lainnya yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya. Adapun contohnya adalah pemilu (pemilihan umum), tukin (tunjangan kinerja), gaptek (gagap teknologi), dan sebagainya. 

Nah, melalui penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa penulisan akronim memang idealnya memakai huruf kecil. Kecuali untuk akronim yang menyebut nama daerah maupun lembaga atau badan. Maka huruf pertama wajib huruf kapital. 

Jadi, bisa pula disimpulkan bahwa tidak ada akronim yang penulisannya memakai huruf kapital semua. Ini pula yang membedakannya dengan singkatan. Singkatan umumnya memakai huruf paling depan dan ditulis huruf kapital semua. Misal ABRI, bukan ditulis “Abri” atau “abri”. 

Hal ini juga mempengaruhi cara baca yang berbeda antara singkatan dan akronim. Singkatan akan dibaca per huruf oleh pembaca sebuah teks. Sementara akronim akan dibaca menjadi suatu bentuk kata. Sehingga pendengar pun tahu yang dibaca ini masuk singkatan atau akronim. 

Hal yang Harus Diperhatikan dalam Menulis Akronim pada Tulisan Ilmiah

Masih berkaitan dengan aturan penulisan akronim, khususnya pada karya tulis ilmiah. Jadi, memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menuliskan akronim pada naskah Anda. Ini detail penjelasannya: 

1. Dijabarkan Kepanjangan di Paragraf Pertama 

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah menjelaskan kepanjangan dari akronim yang ditulis di paragraf pertama. Artinya, ketika pertama kali akronim ini masuk ke dalam naskah maka sebutkan atau jabarkan juga kepanjangannya. 

Kenapa sih ini perlu dilakukan? Ya, karena yang namanya pembaca itu tidak cuma satu atau dua orang. Tapi banyak. Tidak semua sudah tahu arti dari akronim yang Anda tulis dalam naskah. Maka Anda wajib mencantumkan kepanjangannya terlebih dahulu. 

Cukup sekali saja di setiap bab, selebihnya bisa langsung menulis akronim saja untuk menghemat kata dan menjadikan kalimat di karya tulis ilmiah Anda selalu efektif. Sebab terlalu boros kata bisa membuat kalimat yang tadinya efektif menjadi tidak efektif. 

2. Memenuhi Aturan Baku Penulisan Akronim 

Hal penting kedua yang wajib diperhatikan adalah aturan penulisan akronim tersebut, dimana Anda wajib memastikan sudah sesuai dengan EYD. Detailnya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. 

Nah, disini Anda wajib paham akronim mana yang huruf pertamanya harus kapital dan mana yang tidak. Sehingga karya tulis Anda dipandang para pembaca sudah baik dan benar karena sudah sesuai dengan standar baku penulisan dari akronim. 

Bagaimana? Sudah semakin paham dengan akronim ‘kan? Sekarang Anda juga bisa menulis akronim dengan benar. Tak hanya akronim, Anda juga perlu paham tata cara penulisan yang benar lainnya. Inilah beberapa artikel yang tidak boleh Anda lewatkan:

Contoh Akronim

Membantu lebih memahami definisi sampai perbedaan antara akronim dengan singkatan, maka berikut beberapa contoh akronim:

Akronim Kepanjangan 
pemilu pemilihan umum 
tilang bukti pelanggaran 
rapim rapat pimpinan 
tukin tunjangan kinerja 
rudal peluru kendali 
sendratari seni drama dan tari 
berdikari berdiri di atas kaki sendiri 
Orba Orde Baru 
Orla Orde Lama 
Penjaskes Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 
Komdis Komando distrik 
Unud Universitas Udayana
Undip Universitas Diponegoro 
Unpad Universitas Padjadjaran 
Nasakom Nasionalis, Agama, Komunis
Nasasos Nasionalisme, Agama, Sosialisme
Falsos Falsafah dan Sosial
Jabar Jawa Barat 
Jatim Jawa Timur 
Jateng Jawa Tengah 
Kalbar Kalimantan Barat 
Kaltim Kalimantan Timur 
Kalteng Kalimantan Tengah 
Sumbar Sumatera Barat 
Sumut Sumatera Utara 
Sulsel Sulawesi Selatan 
Sulteng Sulawesi Tengah 
Sulut Sulawesi Utara 
Bandara Bandar Udara 
PertaminaPerusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional
angair angkutan air 
gatrik tenaga listrik 
Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daera
BasarnasBadan Pencarian dan Pertolongan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Suramadu Surabaya Madura 
puskesmasPusat Kesehatan Masyarakat 
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu 
Iptek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 
Bulog Badan Urusan Logistik 
LaserLight amplification by stimulated emission of radiation
Radar Radio detection and ranging
Sonar Sound navigation ranging
Kopertis Koordinator Perguruan Tinggi Swasta
Korpri Korp Pegawai Republik Indonesia
SupersemarSurat Perintah Sebelas Maret
Kemdikbud Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan 
Mendikbud Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 
Menkeu Menteri Keuangan 
Kemenkeu Kementerian Keuangan 

Jika ada pertanyaan dan ingin berdiskusi mengenai topik di dalam artikel ini. Maka jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar, ya.

Jangan lupa juga untuk klik tombol share agar lebih banyak kolega Anda memahami definisi dan aturan penulisan akronim pada artikel ini. 

Mau menulis tapi waktu Anda terbatas?

Gunakan saja Layanan Parafrase Konversi!

Cukup siapkan naskah penelitian (skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah atau naskah lainnya), kami akan mengonversikan jadi buku yang berpeluang memperoleh nomor ISBN!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *