Daftar Isi
Sudahkah Anda mengetahui bagaimana penulisan akronim maupun singkatan dalam sebuah karya tulis? Kebanyakan orang ternyata menganggap jika akronim sama dengan singkatan. Benarkah demikian?
Nah, terkait hal ini ternyata masih banyak juga yang kebingungan untuk memahami perbedaan dan persamaan dari singkatan dan akronim. Menurut KBBI, kedua istilah ini berbeda meski memiliki kemiripan. Lalu, apa sih yang membedakannya? Simak yuk penjelasannya.
Dikutip melalui laman KBBI online, dijelaskan bahwa singkatan adalah hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf. Sehingga singkatan ini biasanya dalam bentuk huruf tunggal maupun gabungan beberapa huruf. Misal LPDP, KUHP, WHO.
Sementara itu, akronim merupakan singkatan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Akronim akan membentuk kata yang bisa dilafalkan atau dibaca. Misal ponsel, sembako, dan lainnya.
Masih bingung juga? Jadi begini, ketika mendapati gabungan beberapa huruf, maka masuk dalam kategori singkatan. Biasanya diambil dari huruf pertama di setiap kata yang menyusun singkatan.
Sebaliknya, jika ada kata yang menyatukan suku kata dari beberapa kata maka masuk kategori akronim. Misalnya seperti contoh sebelumnya, yakni “ponsel” yang memiliki kepanjangan “telepon seluler”. Sementara jika menjadi singkatan harusnya TL.
Nah, dengan contoh ini tentunya Anda bisa lebih mudah memahami perbedaan mendasar dari singkatan dan akronim. Sehingga tidak lagi bingung untuk mengetahui suatu singkatan dalam kalimat masuk kategori singkatan atau akronim.
Untuk semakin memahami apa bedanya, baca artikel berikut selengkapnya:
Jika sudah paham betul definisi dan perbedaan antara singkatan dan akronim. Maka kini Anda bisa langsung memahami tata aturan penulisan akronim tersebut. Seperti apa sih penulisannya yang masuk kategori baik dan benar?
Dikutip melalui laman pijarbelajar.id, ada dua dasar yang bisa dijadikan acuan untuk mengetahui tata aturan penulisan kalimat dalam bahasa Indonesia. Pertama adalah EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang sudah menjadi standar sejak lama di Indonesia.
Dasar yang kedua adalah mengacu pada TBBI (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia) yang membantu menyusun kalimat dengan baik dan benar. Sehingga disini juga ada beberapa aturan berkaitan dengan penulisan dari akronim. Berikut penjelasannya:
Aturan pertama dalam penulisan akronim adalah menggunakan huruf kapital untuk huruf paling depan. Penulisan ini digunakan untuk menyingkat (membuat singkatan) pada nama, baik nama lembaga, nama daerah, nama kota, dan lainnya.
Misalnya adalah akronim Jateng (Jawa Tengah), Jabar (Jawa Barat), Sulteng (Sulawesi Tengah), Bulog (Badan Urusan Logistik), Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), dan lain sebagainya.
Kondisi kedua adalah menuliskan akronim dengan huruf kecil, sehingga tidak semua akronim memakai huruf kapital pada huruf pertama. Ada juga yang memang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Akronim yang masuk kategori ini adalah akronim selain untuk nama tempat, nama kota, dan lainnya yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya. Adapun contohnya adalah pemilu (pemilihan umum), tukin (tunjangan kinerja), gaptek (gagap teknologi), dan sebagainya.
Nah, melalui penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa penulisan akronim memang idealnya memakai huruf kecil. Kecuali untuk akronim yang menyebut nama daerah maupun lembaga atau badan. Maka huruf pertama wajib huruf kapital.
Jadi, bisa pula disimpulkan bahwa tidak ada akronim yang penulisannya memakai huruf kapital semua. Ini pula yang membedakannya dengan singkatan. Singkatan umumnya memakai huruf paling depan dan ditulis huruf kapital semua. Misal ABRI, bukan ditulis “Abri” atau “abri”.
Hal ini juga mempengaruhi cara baca yang berbeda antara singkatan dan akronim. Singkatan akan dibaca per huruf oleh pembaca sebuah teks. Sementara akronim akan dibaca menjadi suatu bentuk kata. Sehingga pendengar pun tahu yang dibaca ini masuk singkatan atau akronim.
Masih berkaitan dengan aturan penulisan akronim, khususnya pada karya tulis ilmiah. Jadi, memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menuliskan akronim pada naskah Anda. Ini detail penjelasannya:
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah menjelaskan kepanjangan dari akronim yang ditulis di paragraf pertama. Artinya, ketika pertama kali akronim ini masuk ke dalam naskah maka sebutkan atau jabarkan juga kepanjangannya.
Kenapa sih ini perlu dilakukan? Ya, karena yang namanya pembaca itu tidak cuma satu atau dua orang. Tapi banyak. Tidak semua sudah tahu arti dari akronim yang Anda tulis dalam naskah. Maka Anda wajib mencantumkan kepanjangannya terlebih dahulu.
Cukup sekali saja di setiap bab, selebihnya bisa langsung menulis akronim saja untuk menghemat kata dan menjadikan kalimat di karya tulis ilmiah Anda selalu efektif. Sebab terlalu boros kata bisa membuat kalimat yang tadinya efektif menjadi tidak efektif.
Hal penting kedua yang wajib diperhatikan adalah aturan penulisan akronim tersebut, dimana Anda wajib memastikan sudah sesuai dengan EYD. Detailnya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Nah, disini Anda wajib paham akronim mana yang huruf pertamanya harus kapital dan mana yang tidak. Sehingga karya tulis Anda dipandang para pembaca sudah baik dan benar karena sudah sesuai dengan standar baku penulisan dari akronim.
Bagaimana? Sudah semakin paham dengan akronim ‘kan? Sekarang Anda juga bisa menulis akronim dengan benar. Tak hanya akronim, Anda juga perlu paham tata cara penulisan yang benar lainnya. Inilah beberapa artikel yang tidak boleh Anda lewatkan:
Membantu lebih memahami definisi sampai perbedaan antara akronim dengan singkatan, maka berikut beberapa contoh akronim:
Akronim | Kepanjangan |
---|---|
pemilu | pemilihan umum |
tilang | bukti pelanggaran |
rapim | rapat pimpinan |
tukin | tunjangan kinerja |
rudal | peluru kendali |
sendratari | seni drama dan tari |
berdikari | berdiri di atas kaki sendiri |
Orba | Orde Baru |
Orla | Orde Lama |
Penjaskes | Pendidikan Jasmani dan Kesehatan |
Komdis | Komando distrik |
Unud | Universitas Udayana |
Undip | Universitas Diponegoro |
Unpad | Universitas Padjadjaran |
Nasakom | Nasionalis, Agama, Komunis |
Nasasos | Nasionalisme, Agama, Sosialisme |
Falsos | Falsafah dan Sosial |
Jabar | Jawa Barat |
Jatim | Jawa Timur |
Jateng | Jawa Tengah |
Kalbar | Kalimantan Barat |
Kaltim | Kalimantan Timur |
Kalteng | Kalimantan Tengah |
Sumbar | Sumatera Barat |
Sumut | Sumatera Utara |
Sulsel | Sulawesi Selatan |
Sulteng | Sulawesi Tengah |
Sulut | Sulawesi Utara |
Bandara | Bandar Udara |
Pertamina | Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional |
angair | angkutan air |
gatrik | tenaga listrik |
Bappeda | Badan Perencanaan Pembangunan Daera |
Basarnas | Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional |
Kowani | Kongres Wanita Indonesia |
Suramadu | Surabaya Madura |
puskesmas | Pusat Kesehatan Masyarakat |
Posyandu | Pos Pelayanan Terpadu |
Iptek | Ilmu Pengetahuan dan Teknologi |
Bulog | Badan Urusan Logistik |
Laser | Light amplification by stimulated emission of radiation |
Radar | Radio detection and ranging |
Sonar | Sound navigation ranging |
Kopertis | Koordinator Perguruan Tinggi Swasta |
Korpri | Korp Pegawai Republik Indonesia |
Supersemar | Surat Perintah Sebelas Maret |
Kemdikbud | Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan |
Mendikbud | Menteri Pendidikan dan Kebudayaan |
Menkeu | Menteri Keuangan |
Kemenkeu | Kementerian Keuangan |
Jika ada pertanyaan dan ingin berdiskusi mengenai topik di dalam artikel ini. Maka jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar, ya.
Jangan lupa juga untuk klik tombol share agar lebih banyak kolega Anda memahami definisi dan aturan penulisan akronim pada artikel ini.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…