Daftar Isi
Sastra adalah seni bahasa yang mana biasanya melahirkan karya yang kemudian dinamakan karya sastra. Karya sastra yang lahir dari sastra tersebut dapat dinikmati oleh pembaca, baik secara sungguh-sungguh untuk mengetahui tentang karya sastra atau hanya sebagai hiburan semata.
Sastra berasal dari kata serapan dari bahasa Sansekerta yaitu shaastra. Shaastra dalam bahasa Sansekerta memiliki arti ‘teks yang mengandung instruksi’ atau ‘pedoman’. Sastra juga dapat dipahami dan memiliki arti yaitu mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi, dan sebagai alat atau sarana untuk memberi petunjuk.
Untuk memahami berbagai hal mendalam mengenai apa itu sastra, maka Anda bisa menyimak penjelasan di bawah ini yang akan mengupas tuntas mengenai apa itu sastra, mulai dari pengertian sastra menurut para ahli, sejarah sastra, jenis-jenis sastra, fungsi sastra, struktur sastra, berbagai teori tentang sastra, dan berbagai aliran di dalam sastra.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pengertian sastra adalah sebuah ungkapan ekspresi manusia yang berupa karya tulis atau lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, baik dalam bentuk perasaan yang sesungguhnya, atau hanya sekadar imajinatif, yang mencerminkan kenyataan, atau berdasarkan data yang dibalut estetis dalam bahasa.
Dalam bahasa Indonesia, pemakaian istilah sastra ini biasanya merupakan sastra dan sastrawi. Sastra memiliki segmentasi yang lebih mengacu, sesuai dengan definisinya sebagai sekadar teks. Sementara itu, sastrawi mengarah ke arah sastra yang kental akan nuansa puitis atau abstrak.
Sastra tidak hanya sebatas tulisan pada selembar kertas saja, tetapi juga memiliki peran penting di dalam kehidupan manusia bahkan sejak dahulu kala. Mengapa demikian? Karena sejak dulu, manusia dapat menyampaikan isi hati, aspirasi, dan perasaannya kepada orang lain, mulai dari masyarakat hingga pemerintah atau pejabat.
Setelah memahami pengertian dari sastra secara umum, Anda juga harus memahami apa itu sastra menurut para ahli. Oleh sebab itu, di bawah ini ada beberapa pendapat ahli mengenai pengertian sastra.
Menurut Sapardi Djoko Damono, pengertian sastra adalah sebuah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium penyampaiannya. Selain itu, sastra juga menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia dan kehidupan tersebut adalah suatu kenyataan sosial.
Sementara Plato mengungkapkan bahwa sastra merupakan hasil tiruan atau gambaran dari kenyataan atau mimesis. Hal tersebut di dalam karya sastra harus merupakan bentuk teladan alam semesta sekaligus menjadi model kenyataan kehidupan manusia sehari-hari.
Sastra menurut Taum adalah bentuk karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif dan menggunakan bahasa yang indah serta keberadaannya dapat berguna untuk hal-hal lain.
Menurut Mursal Esten, sastra merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan atau manifestasi dari kehidupan manusia dan masyarakat. Dalam sastra, penyampaiannya biasanya menggunakan bahasa dan memiliki efek positif bagi kehidupan manusia.
Semi menuturkan bahwa sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Panuti Sudjiman mengungkapkan bahwa sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya.
Eagleton menyatakan bahwa sastra adalah karya tulisan yang halus atau belle letters adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan, dan diterbalikkan, atau dijadikan ganjil.
Ahmad Badrun menuturkan bahwa sastra merupakan kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alat dan bersifat imajinatif.
Menurut Aristoteles, sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
Robert Scholes menyatakan bahwa sastra adalah sebuah kata, bukan sebuah benda.
Wellek dan Warren mengatakan bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif dan sederetan karya seni.
Lefevere mengatakan bahwa sastra adalah deskripsi pengalaman kemanusiaan yang memiliki dimensi personal dan sosial sekaligus serta pengetahuan kemanusiaan yang sejajar dengan bentuk hidup itu sendiri.
Mukarovsky, E.E. Cummings dan Sjklovski mengatakan bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik antara aspek kebahasaan maupun aspek makna.
Baca Juga:
Prosa Lama: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya
Apa Itu Prosa? Kenali Ciri-Ciri dan Jenisnya
Langkah Menulis Puisi Berkualitas
75+ Contoh Pantun Jenaka Lucu dan Menghibur
Setelah memahami pengertian sastra, Anda juga harus mengetahui bagaimana sejarah sastra yang kemunculannya sudah ada sejak zaman dahulu. Ada beberapa kategori dalam sejarah sastra berdasarkan sejarah perkembangan sastra, dalam hal ini adalah sejarah perkembangan sastra di Indonesia.
Setidaknya, hingga saat ini sejarah sastra terbagi menjadi 8 bagian yang akan dijelaskan di bawah ini.
Sejarah sastra pada angkatan pujangga lama ini terjadi sebelum abad ke-20. Pada masa angkatan pujangga lama tersebut, berbagai karya sastra didominasi dengan syair, pantun, gurindam, hikayat, dan lain sebagainya. Bahkan hingga saat ini, jenis sastra pada angkatan pujangga lama masih sering digunakan sebagai syarat pada acara adat.
Misalnya juga pada karya sastra yang berupa hikayat, biasanya akan dibacakan sebagai hiburan dan juga sebagai pelipur lara untuk membantu membangkitkan semangat dari pembaca atau pendengarnya. Hal ini karena biasanya hikayat mengisahkan kehebatan atau kepahlawanan dari seseorang.
Setelah angkatan pujangga lama, masuk ke era angkatan Balai Pustaka. Angkatan Balai Pustaka ini juga berkembang pada tahun 1920-an, yang mana pengarang pada masa itu sudah memiliki keinginan yang luhur untuk dapat memberikan pendidikan budi pekerti agar mampu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui sebuah bacaan.
Pada angkatan Balai Pustaka ini, biasanya karya sastra yang diciptakan menggunakan tema yang selaras dengan budaya yang saat itu berlangsung, salah satunya mengenai kawin paksa yang memang saat itu sedang marak terjadi dan juga dilakukan oleh masyarakat secara mayoritas dan bahkan seolah menjadi kebudayaan bagi suatu daerah tertentu.
Selanjutnya adalah memasuki masa pujangga baru yang mana angkatan Pujangga Baru ini berlangsung sejak 1933 hingga 1942. Angkatan Pujangga Baru ini mulai didirikan sejak Juli 1933 bersamaan dengan terbitnya majalah dengan nama Pujangga Baru. Pada angkatan Pujangga Baru ini, ciri khas karya sastra yang menonjol adalah bertema romantis.
Tema romantis pada angkatan sastra Pujangga Baru ini bisa ditulis di berbagai jenis karya sastra, akan tetapi umumnya pada prosa maupun puisi. Tema yang digunakan pada angkatan ini juga tidak hanya melulu mengenai kawin paksa, seperti yang sebelumnya pernah terjadi.
Akan tetapi, pada masa ini tema yang digunakan sudah bergeser dan biasanya mengangkat mengenai masalah kehidupan manusia atau masyarakat pada era modern. Ada beberapa novel yang populer pada masa atau era angkatan Pujangga Baru, misalnya seprti di bawah ini:
– Belenggu karya Armijn Pane yang menceritakan mengenai kedudukan suami dan istri dalam hubungan berumah tangga.
– Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana yang menceritakan mengenai bagaimana kedudukan manusia, dan lain sebagainya.
Selanjutnya masuk ke angkatan ‘45 atau yang juga disebut angkatan Kemerdekaan. Masa ini berlangsung pada 1942 sampai 1945, yang mana pada masa tersebut, telah bangkit dan juga terintegrasi berbagai jenis sastra yang ada di Indonesia. Berbagai karya sastra yang berkembang pada periode ini juga lebih beragam.
Tak hanya itu, pada periode ini, karya sastra yang diciptakan lebih realistis jika dibandingkan dengan karya sastra pada angkatan-angkatan sebelumnya. Di periode ini, karya sastra biasanya mengangkat adanya berbagai masalah sosial, misalnya korupsi, penyelewengan, ketidakadilan, dan lain sebagainya.
Periode angkatan ‘50-an ini biasanya ditandai dengan terbitnya sebuah majalah sastra yang berjudul Kisah oleh H.B Jassin. Majalah tersebut berhasil bertahan hingga 1946 dan berlanjut dengan majalah sastra yang lainnya. Ciri khas yang dimiliki oleh periode sastra angkatan ‘50-an adalah karya sastra yang didominasi oleh cerita pendek.
Selain cerita pendek, karya sastra yang mendominasi pada angkatan ‘50-an antara lain juga merupakan kumpulan puisi, yang mana jenis karya sastra tersebut juga dimuat di dalam majalan Kisah yang memuat berbagai cerpen dan juga puisi.
Masuk ke periode atau angkatan ‘66, dimulai dengan terbitnya sebuah majalah sastra yaitu Horizon. Majalah Horizon ini merupakan satu-satunya majalah sastra yang terbit di Indonesia yang mana hampir seluruh halamannya berisi tentang karya sastra. Tak heran juga para sastrawan menganggap majalah tersebut sebagai standar perkembangan sastra di Indonesia.
Majalah Horizon tersebut lalu menjadi sasaran tuntutan dalam adanya majalah sastra di periode-periode selanjutnya.
Periode selanjutnya adalah pada angkatan ‘80-an yang mana pada masa ini merupakan perkembangan karya sastra yang ditandai dengan beragam sastra yang mengisahkan roman percintaan dan kemudian disebarluaskan melalui majalah dan juga penerbitan umum. Sastrawan yang menonjol di periode tersebut misalnya Mira W dan Marga T. Karya.
Mereka menciptakan karya sastra dengan bentuk fiksi yang romantis dan memiliki tokoh utama yakni seorang perempuan.
Periode terakhir pada sastra adalah periode angkatan reformasi hingga sekarang, yang awalnya ditandai dengan munculnya berbagai karya sastra seperti puisi, cerpen, maupun novel dengan berbagai genre atau tema. Biasanya, tema yang diangkat pada periode sekarang ini seputar reformasi atau yang berkaitan dengan realita sosial yang terjadi di masyarakat.
Keberadaan sastra ini memiliki dua jenis sastra yaitu karya sastra lama dan karya sastra baru. Di bawah ini akan dijelaskan dua jenis sastra tersebut.
Karya sastra lama ini lahir dan populer di masyarakat secara turun-temurun yang biasanya berisi mengenai nasihat, ajaran agama,hingga ajaran moral. Karya sastra lama ini diciptakan oleh nenek moyang dan disebarluaskan secara anonim dari mulut ke mulut, sehingga tidak diketahui siapa penciptanya.
Contoh jenis karya sastra lama misalnya pantun, dongeng, hikayat, mitos, legenda, gurindam, dan lain sebagainya.
Jenis sastra selanjutnya adalah karya sastra baru yang sudah mulai berbeda dari karya sastra lama. Karya sastra baru ini tidak dipengaruhi adat atau kebiasaan masyarakat setempat, akan tetapi lebih cenderung dipengaruhi oleh karya sastra bangsa Barat atau Eropa.
Karya sastra baru ini memiliki banyak genre yang mana sesuai dengan realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Dan contoh jenis dari karya sastra baru misalnya novel romantis, komik, dan lain sebagainya.
Tentu saja melihat pengertian dan juga bagaimana jenisnya, sastra memiliki berbagai fungsi yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh dalam kehidupan manusia. Berikut ini adalah beberapa fungsi sastra menurut Kosasih (2012).
Karya sastra bertujuan memberikan rasa senang, gembira, dan juga menghibur sehingga fungsi sastra sebagai wadah rekreatif yang membuat pembacanya melupakan sejenak masalah hidupnya.
Fungsi selanjutnya yakni karya sastra memiliki sifat atau fungsi yang mendidik pembacanya mengenai hal yang baik dan juga buruk, sehingga dapat mendapat pengetahuan baru dari karya sastra tersebut.
Fungsi estetis ini maksudnya memberikan nilai keindahan di dalam karya sastra dan yang digunakan di dalam karya sastra.
Karya sastra memiliki nilai moral yang tinggi yang mana sebagai bentuk dukungan moralitas atas keyakinan, kasih sayang, menghargai, dan lain sebagainya.
Terakhir, karya sastra juga berfungsi sebagai sarana yang bisa dijadikan teladan bagi pembacanya karena memuat tentang ajaran agama.
Baca Juga:
25+ Contoh Pantun Pendidikan Lengkap dengan Penjelasannya
75+ Pantun Nasihat, Inspiratif dan Penuh Makna
21 Jenis Novel Berdasarkan Genrenya
Karya sastra memiliki beberapa struktur yang terdiri dari beberapa hal di bawah ini.
Karya sastra memiliki struktur unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang terdapat di dalam puisi yang mana unsur tersebut merupakan struktur pembangun puisi, yang mana unsur intrinsik secara langsung membangun cerita di dalam karya tersebut, dan unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun di luar karya sastra.
Unsur intrinsik dalam puisi terdiri dari tema, amanat, sikap atau nada, tipografi, citraan, rima, perasaan, dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik di dalam puisi misalnya biografi, kesejarahan, dan sosial.
Sama halnya dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik pada puisi, kedua unsur tersebut membangun cerita atau naskah di dalam prosa. Unsur intrinsik pada prosa terdiri dari tema, amanat, alur, tokoh, latar belakang, sudut pandang, dan bahasa. Sementara unsur ekstrinsik berhubungan dengan unsur sosial, latar belakang, masa lalu, dan lain-lain.
Terakhir, di dalam drama memiliki unsur intrinsik yaitu tema, plot, tokoh, karakter, dialog, dan latar.
Teori sastra dibagi menjadi empat dan akan dijelaskan di bawah ini.
Teori ini menganggap bahwa karya sastra sebagai symptom atau gejala dari pengarangnya yang memiliki konflik tersendiri yang dipandang sebagai pencerminan atau representasi dari konfliknya tersebut. Meski demikian, biasanya hasrat pengarang agak terkekang dalam ketidaksadaran karya.
Objek kajian teori ini tidak memperlakukan sebuah karya sastra sebagai objek kajiannya, akan tetapi mengatur hubungan dari berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur tersebut berkaitan satu sama lain.
Teori ini sebagai cerminan realitas sosial patriarki yang bertujuan untuk membongkar anggapan patriarkis yang tersembunyi melalui gambaran atau citra perempuan di dalam karya sastra.
Teori ini mengkaji hubungan karya sastra dengan resepsi atau penerimaan pembaca. Dalam pandangan di teori ini, karya sastra memiliki makna tidak bisa dipahami melalui teks sastra, melainkan hanya dapat dipahami dalam konteks pemberian makna.
Ada tiga aliran sastra di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
Aliran ini mengemukakan bahwa dunia ide, cita-cita, dan harapan menjadi dunia utama yang dapat dituju dalam pemikiran manusia. Alirannya dibagi menjadi lima jenis, yaitu: romantisme, ekspresionisme, mistisisme, surealisme, dan simbolisme.
Aliran ini memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang bersifat kenyataan dapat diselidiki dengan akal manusia. Aliran materialisme dibagi menjadi empat, yaitu: realisme, impresionisme, naturalisme, dan determinisme.
Aliran ini merupakan aliran yang muncul akibat ketidakpuasan atas dikotomi aliran idealisme dan materialisme dalam memaknai kehidupan.
Artikel Terkait:
Sastra Populer: Pengertian, Karakteristik, dan Contoh
Pengertian Syair, Ciri-Ciri, Unsur, dan Contohnya
Pengertian Dongeng, Jenis-Jenis, dan Contoh Lengkap
Apa yang Dimaksud dengan Fabel?
Langkah Menulis Puisi Berkualitas
22 Jenis Puisi Beserta Contohnya
Yogyakarta, 16 Desember 2024 — Webinar bertajuk "Transformasi AI di Dunia Akademik, Pemanfaatan AI bagi…
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…