Daftar Isi
Cara Mendapatkan ID Scopus. Bagi mahasiswa atau akademisi, membuat dan menerbitkan jurnal tentu jadi hal yang sangat dekat dengan kegiatannya saat ini. Bagi mahasiswa bahkan dosen, membuat jurnal ilmiah atau jurnal akademik sudah menjadi bagian dari hidupnya. Jurnal ilmiah atau jurnal akademis tersebut biasanya berisi artikel yang kemudian akan diterbitkan secara rutin.
Biasanya, jurnal ilmiah atau jurnal akademis akan terbit baik bulanan maupun 3 bulan sekali. Bahkan ada yang menerbitkan jurnal dalam waktu 1 tahun sekali. Tak hanya menulis dan mempublikasikan, jurnal ilmiah ini biasanya juga akan dikumpulkan ke berbagai macam pusat data.
Pusat data ini jadi aspek penting agar penulis atau akademisi bisa melihat bagaimana perkembangan penelitian yang diminati dan dilakukan. Tak hanya itu, pusat data ini juga bisa jadi acuan apakah penelitian terbarukan atau tidak, apakah penelitian relevan atau tidak, dan apakah penelitian memiliki dampak besar bagi ilmu pengetahuan atau tidak.
Oleh sebab itu, pusat data ini juga jadi hal yang penting untuk menentukan di mana seharusnya jurnal mereka bisa terbit. Beberapa data base pusat data yang biasa digunakan terdiri dari; Scopus, WOS, Ebsco, SpringerLink, Wiley, ProQuest, Doaj, dan masih banyak lagi. Salah satu yang paling umum digunakan adalah Scopus.
Scopus jadi pusat data yang paling diminati akademisi sebagai mesin pencarian artikel ilmiah dan jurnal. Tapi banyak yang belum tahu cara mendapatkan ID Scopus. Apa itu cara mendapatkan ID Scopus akan dijelaskan secara mendetail di bawah ini. Jika kamu salah satu yang kesulitan mencari cara mendapatkan ID Scopus, simak artikel di bawah ini, ya!
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, Scopus merupakan salah satu data base atau pusat data yang bisa digunakan sebagai mesin pencarian artikel ilmiah dan jurnal ilmiah. Biasanya para akademisi akan sering mengejar jurnal atau prosiding yang terindeks Scopus. Tapi biasanya masih belum banyak yang tahu apa itu Scopus dan cara mendapatkan ID Scopus.
Scopus merupakan salah satu pusat data sitasi atau literatur ilmiah, baik artikel ilmiah maupun jurnal ilmiah yang dimiliki oleh penerbit terkemuka di dunia, yaitu Elsevier. Scopus ini menjadi pusat data terbesar di dunia yang mulai diperkenalkan ke masyarakat sejak 2004 lalu.
Scopus yang berada di bawah naungan Elsevier ini merupakan sebuah organisasi atau perusahaan penerbit publikasi ilmiah internasional. Pusat data perusahaan penerbit publikasi ilmiah internasional ini berbasis di Amsterdam, Belanda. Perusahaan penerbit publikasi ilmiah ini sudah berdiri sejak 1880.
Karena waktu berdirinya adalah sejak 1880, hingga saat ini Scopus telah mengindeks berbagai artikel ilmiah atau jurnal ilmiah. Jumlahnya tak main-main. Sudah ada lebih dari 22.000 judul artikel ilmiah atau jurnal ilmiah dari 5.000 lebih penerbit dari seluruh dunia. Bahkan, sekitar 20.000 artikel yang berhasil terindeks di Scopus merupakan artikel peer-reviewed.
Saat ini, Scopus bersaing ketat dengan Web of Science (WOS) yang diterbitkan oleh Thomson Reuters. WOS sendiri saat ini menjadi pusat data terbesar di dunia karena terbit atau berdiri lebih dulu jika dibandingkan dengan Scopus. Meski demikian, saat ini Scopus jauh lebih diminati dibandingkan WOS.
Scopus lebih diminati karena Scopus melingkupi lebih banyak jurnal, bahkan jauh lebih banyak yakni lebih dari 20 persen jika dibandingkan dengan WOS. Meski banyak layanan indeksasi jurnal atau pusat data yang ada di dunia ini, di Indonesia sendiri, Scopus ini menjadi salah satu pusat data yang memiliki reputasi tinggi dan bahkan memuat berbagai jurnal yang berkualitas tinggi.
Sehingga tak heran, bagi dosen atau mahasiswa di seluruh Indonesia, Scopus ini dijadikan pilihan untuk mempublikasi jurnal ilmiah atau artikel ilmiah.
Scopus ini memiliki fokus pada 4 bidang ilmiah. Bidang ilmiah yang menjadi fokus Scopus di antaranya ada bidang sains, fisik dan teknik, ilmu hayati, ilmu kesehatan, dan ilmu sosial humaniora. Meski hanya fokus ke 4 bidang ilmiah, Scopus memiliki cakupan jurnal yang lebih banyak dibandingkan dengan pusat data sejenisnya.
Scopus memiliki cakupan jurnal yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pusat data Sciencedirect yang di dalamnya hanya berisi tentang data artikel dan jurnal terbitan Elsevier, sehingga di Scopus, kamu akan lebih banyak kesempatan memilih dan menampilkan jurnal terdata atau terindeks.
Tak hanya menyajikan berbagai jurnal ilmiah dan karya ilmiah saja, di dalam Scopus juga menyajikan data berupa hak paten berbagai penelitian di dunia. Jika sudah bisa mengetahui cara mendapatkan ID Scopus, pengguna juga bisa mengakses layanan untuk menilai suatu jurnal apakah memiliki dampak signifikan atau tidak.
Scopus ini dianggap penting, karena pusat data terbesar ini sangat berguna untuk melihat apa yang sudah diteliti dan dipublikasikan. Hal ini penting bagi penulis untuk mengetahui kontribusi dari penelitian yang sudah dikerjakan atau ditulis dengan berbagai literatur yang sudah pernah dipublikasikan sebelumnya atau sudah terbit terlebih dahulu.
Dengan kata lain, Scopus ini sangat berguna untuk melihat kira-kira sejauh mana kontribusi ilmiah yang bisa ditawarkan kepada jurnal ilmiah atau artikel ilmiah tertentu agar mau mempublikasikan karya atau tulisan penulis.
Dari berbagai keuntungan dan fitur serta layanan yang ditawarkan oleh Scopus ini, tak heran jika banyak yang ingin mengetahui cara mendapatkan ID Scopus dan menggunakan Scopus menjadi acuan dan pusat datanya.
Baca Juga:
Kiat Membuat Jurnal ilmiah Manajemen
Langkah Mudah Membuat Jurnal Ilmiah Bagi Dosen
Inilah Syarat Jurnal Nasional Terakreditasi
Strategi Publikasi Jurnal Ilmiah Internasional Bereputasi
Setelah mengetahui apa itu Scopus, tentu saja bagi yang mencari cara mendapatkan ID Scopus juga bertanya-tanya, sebenarnya apa fungsi dan kegunaan serta cara mendapatkan ID Scopus, bukan? Untuk itu akan dijelaskan mengenai bagaimana fungsi dan kegunaan ID Scopus yang penting bagi para akademisi, baik mahasiswa maupun dosen.
Kegunaan ID Scopus bagi akademisi adalah agar dapat menghubungkan atau mengaitkan seluruh artikel yang terindeks di Scopus ke Portal Sinta. Portal Sinta adalah salah satu alat ukur prestasi peneliti di Indonesia yang sudah ditetapkan menurut pencapaian h-indeks yang didapat sebagai penulis di Scopus maupun di Google Scholar atau Cendekia.
ID Scopus juga berguna untuk memberikan tautan yang dapat memadukan berbagai artikel Scopus ke Portal Sinta. Selain manfaat yang sudah dijelaskan tersebut, ID Scopus akan memudahkan pengguna yang sudah terindeks di Scopus. Para pengguna dan pemilik ID Scopus bisa menilai atau menakar kapasitas diri sendiri sebagai seorang ilmuwan.
Misalnya, ada penulis yang mengaku bahwa ia merupakan pakar dan ahli di bidang pendidikan yang ia tekuni. Jika memang iya, maka dengan melihat ID Scopusnya, kamu akan tahu apakah peneliti tersebut benar-benar berkredibilitas dengan memeriksa klaim-klaim dan reputasinya sebagai penulis.
ID Scopus juga berguna bagi penulis atau akademisi yang ingin memasukkan atau meng-input artikel ilmiah atau jurnal ilmiah yang terindeks di Scopus dengan cara memasukkan ID Scopus. Untuk itu, kamu perlu tahu dulu cara mendapatkan ID Scopus.
Setelah mengetahui apa itu Scopus dan apa kegunaan dan fungsi ID Scopus, tentu kamu ingin mencari cara mendapatkan ID Scopus dan juga syarat mempunyai ID Scopus bukan? Bagi dosen atau mahasiswa, memiliki ID Scopus adalah hal yang penting. Tapi sebelum mempunyai ID Scopus, akademisi baik dosen atau mahasiswa harus tahu dulu syarat mempunyai ID Scopus.
Selama ini, banyak yang mengira bahwa cara mendapatkan ID Scopus hanya diperoleh dengan cara mendaftar akun, sama halnya seperti membuat akun di Google Scholar atau Gmail. Tapi bukan seperti itu. Cara mendapatkan ID Scopus tidak dengan cara mendaftar seperti halnya Google Scholar atau Gmail, tetapi akan diberikan secara otomatis.
Scopus secara otomatis akan memberikan ID Scopus jika penulis sudah memiliki artikel ilmiah atau jurnal ilmiah berupa penelitian, hasil seminar, dan lain sebagainya yang sudah terindeks di Scopus yang lebih dari 1 publikasi. Jika penulis, baik mahasiswa atau dosen belum memiliki artikel atau jurnal ilmiah yang dipublikasikan di Scopus, maka belum akan bisa memiliki ID Scopus.
Mengapa demikian? Hal ini merupakan langkah preventif yang ditetapkan oleh pihak Scopus untuk menetapkan Author ID Scopus bagi penulis baru yang baru mempublikasikan artikel ilmiah atau jurnal ilmiah. Hal ini dilakukan mengingat akan sangat banyak kesamaan nama orang di dunia yang menjadi penulis dan mempublikasikan jurnal atau artikel ilmiahnya di Scopus.
Namun meski demikian, kamu tidak perlu khawatir. Tetap ada cara mendapatkan ID Scopus atau melihat ID Scopus meskipun jurnal ilmiah atau artikel ilmiah yang dipublikasi di Scopus baru ada 1 tulisan saja.
Karena untuk mendapatkan ID Scopus harus sudah mempublikasikan jurnal ilmiah atau artikel ilmiah, maka cara mendapatkan ID Scopus bagi penulis yang pertama adalah sudah memiliki jurnal ilmiah atau artikel ilmiah yang dipublikasikan dan terindeks di Scopus terlebih dahulu.
Kamu perlu untuk submit jurnal ilmiah atau artikel ilmiah dengan luaran atau output jurnal atau prosiding Scopus. Setelah diterima, tunggu sebentar sampai artikel tersebuit terbit dan terindeks di Scopus. Lalu, ada tiga cara yang bisa dilakukan sebagai cara mendapatkan ID Scopus.
– Pertama, buka dulu lama Scopus yaitu di www.scopus.com.
– Setelah masuk ke laman Scopus yakni di www.scopus.com, kamu bisa melanjutkan untuk klik di “Author Search”.
– Setelah itu, isi kolom nama dan afiliasi penulis. Bagi pemula yang baru mempublikasi artikel ilmiah atau jurnal ilmiah, sebaiknya bagian kolom afiliasi dikosongkan saja. Hal ini karena penulis baru bisa saja bergabung dengan penulis atau author lain sebagai artikel kolaborasi.
Selain itu, nama institusi juga berisiko dijadikan bahasa Inggris, padahal nama yang diketik dalam bahasa Indonesia. Nama institusi yang dijadikan bahasa Inggris ini akan berpengaruh, karena ketika dicari di dalam Scopus, bisa jadi namamu tidak bisa ditemukan karena afiliasi tadi mengubah nama institusi bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.
– Setelah selesai mengisi kolom nama, kamu bisa klik tombol “Search”. Di situ, namamu akan muncul dan kamu bisa mengetahui ID Scopus-mu, dengan cara mengarahkan mouse ke jumlah artikel yang menunjukkan angka 1. Angka 1 tersebut menunjukkan bahwa kamu sudah memiliki 1 buah artikel atau jurnal yang berhasil terindeks di Scopus.
– Kemudian, klik kanan pada angka 1 tadi. Lalu klik “Copy”.
– Langkah selanjutnya, buka Microsoft Word atau Notepad pada PC milikmu, dan tempelkan atau “Paste” link yang sudah di-copy di laman Scopus sebelumnya.
– Dengan cara itulah kamu bisa menemukan ID Scopus. ID Scopus akan muncul berupa angka-angka yang berada pada bagian akhir laman tersebut. Biasanya ada angka merah yang sudah disorot dengan warna kuning.
– Cara mendapatkan ID Scopus yang kedua, yang perlu kamu lakukan adalah mengikuti langkah 1 hingga 4 yang dituliskan pada cara pertama tadi.
– Setelah itu, klik “Inspect Element”.
– Nanti akan muncul link laman yang berada pada sebelah kanan halaman layar PC yang kamu pakai.
– Kemudian, ID Scopus akan muncul berupa angka-angka yang ada di bagian akhir link di dalam laman tersebut.
Jika kamu merasa kesulitan dengan dua cara yang sudah dicontohkan di atas, kamu tidak perlu panik dan bingung. Ada alternatif lain sebagai cara mendapatkan ID Scopus. Caranya, kamu bisa meminta bantuan dengan cara mengirimkan pesan ke admin Scopus. Kirimkan pesan ke admin Scopus melalui “Contact us” di laman Scopus.
Tunggu beberapa saat sampai pesanmu di balas. Sayangnya, cara ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena menunggu respons dari pihak Scopus. Bahkan beberapa kasus yang terjadi, pihak Scopus tidak memberi jawaban atas permintaan bantuan yang dilakukan oleh penggunanya.
Baca Juga:
4 Bagian Utama Artikel Jurnal Ilmiah
5 Tips Publikasi Jurnal Nasional Gratis
14 Website Tempat Mencari Jurnal Indonesia
Bagi yang sudah pernah mempublikaskan ID Scopus, tentu saja ingin tahu ID Scopus-nya. Tapi banyak yang khawatir apakah ID Scopus yang dicari benar atau tidak. Untuk memastikan apakah ID Scopus yang dicari itu benar, kamu dapat memeriksanya melalui laman Scopus. Caranya yakni dengan menambahkan ID Scopus pada bagian akhir.
Laman yang bisa digunakan untuk mengetahui ID Scopus adalah:
http://www.scopus.com/authid/detail.url?authorId= [……….]
Bagian titik-titik di dalam kurung tersebut harus diisi dengan ID Scopus yang kamu miliki. Misalnya ID Scopus: 76518261456. Setelah diperiksa, jika hasilnya benar, maka akan muncul seperti pada gambar di bawah ini.
Namun jika kamu baru punya satu publikasi saja, kamu juga tetap bisa melihat atau mendapatkan ID Scopus. Caranya juga tak kalah mudah. Ikuti beberapa langkah di bawah ini untuk mendapatkannya.
– Pertama, kunjungi dulu laman Scopus yang ada di www.scopus.com.
– Setelah masuk ke laman Scopus, klik pada pilihan “Author Seacrh”.
– Setelah itu, isi nama dan afiliasi yang sudah pernah kamu terbitkan dalam bentuk jurnal ilmiah atau artikel ilmiah yang sudah dipublikasikan di Scopus.
– Kamu bisa memilih atau klik bagian “Search” dan pastikan nama kamu tertera pada daftar pencarian.
– Jika namamu ternyata belum tertera di daftar pencarian, kamu harus mengulangi lagi dengan pencarian yang tepat, karena mungkin ada kesalahan saat memasukkan huruf atau angka yang diperintahkan.
– Setelah berhasil ditemukan, lalu klik kanan dan klik “View page source” yang ada pada laman tersebut.
– Kemudian, ketik “CTRL + F” pada keyboard dan masukkan kata kunci nama kamu, lalu ketik Enter.
– Di sekitar pencarian nama yang sudah kamu cari, cari nomor yang mengikuti name variant.
– Kamu sudah berhasil menemukan ID Scopus kamu.
Artikel Terkait:
Cara Mencari Jurnal Terindeks Scopus
Ciri-Ciri Jurnal yang Kredibel
20 Rekomendasi Jurnal Terakreditasi
8 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Membuat Jurnal
Cara Membuat Jurnal yang Layak Dijadikan Referensi
4 Poin Rahasia Terbitkan Jurnal Internasional
Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…
Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…
Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…
Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…
Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengumumkan pembukaan program Bantuan Akreditasi Program Studi…