Daftar Isi
Dalam kegiatan penelitian, Anda perlu menjelaskan grand theory atau teori besar yang digunakan. Kebanyakan penelitian diawali dengan analisis masalah melalui teori.
Misalnya lewat kegiatan mengkaji publikasi ilmiah, baik itu jurnal maupun buku ilmiah. Dalam proses tersebut akan diketahui ada suatu teori ilmu pengetahuan. Teori ini ternyata berkaitan dengan suatu masalah yang berhasil dianalisis sehingga bisa dijadikan acuan penelitian.
Apa sebenarnya teori besar dalam penelitian? Berikut penjelasannya.
Grand Theory dalam Penelitian
Grand theory atau teori besar adalah teori utama yang secara keseluruhan terhubung terhadap semua variabel dalam sebuah penelitian.
Suatu teori dalam ilmu pengetahuan bisa dijadikan dasar dalam melakukan penelitian yang berkaitan, baik itu penelitian lanjutan atau penelitian pengembangan. Hasil penelitian bisa saja sesuai dan bisa saja sebaliknya.
Maka, suatu penelitian perlu diawali dengan menentukan teori besar. Kemudian, disusul dengan menjelaskan teori berikutnya yang lebih spesifik dan terfokus. Sebab, penelitian di satu teori besar bisa melebar kemana-mana. Sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah.
Selain menjadi dasar dan acuan dari kegiatan penelitian. Grand theory juga menjadi bagian yang wajib dicantumkan dalam karya tulis ilmiah. Baik itu laporan penelitian maupun karya tulis ilmiah yang ditujukan untuk mempublikasikan hasil penelitian.
Secara umum, teori besar dicantumkan di bab II pada bab Pendahuluan. Lebih tepatnya masuk ke sub bab Landasan Teori. Disinilah teori utama disampaikan dan kemudian dikerucutkan sebagai pembatasan masalah atas topik penelitian.
Oleh sebab itu, penelitian bisa dikatakan sulit untuk dilakukan jika belum didapatkan teori besar. Maka, para peneliti memiliki kebutuhan untuk memahami apa itu teori besar dan bagaimana menemukan atau menentukannya.
Macam-Macam Grand Theory
Dikutip dari salah satu tulisan yang dibagikan oleh akademisi Toronata Tambun melalui LinkedIn, grand theory terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Classical Theories (Teori Klasik)
Classical theories atau teori klasik adalah teori awal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi teori yang dihasilkan oleh penelitian terdahulu. Teori klasik ini secara sederhana dipahami sebagai teori yang paling pertama kali ada dalam kehidupan manusia.
Teori klasik kemudian masih ada dan masih dijadikan sumber pengetahuan oleh masyarakat di zaman sekarang. Misalnya teori awal dalam teori manajemen seperti teori manajemen ilmiah, manajemen administrasi, manajemen birokrasi, dan sebagainya.
2. Neoclassical Theories (Teori Neoklasik)
Jenis grand theory yang kedua adalah neoclassical theories atau teori neoklasik. Teori neoklasik adalah teori-teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori-teori klasik dan lebih berfokus pada perilaku manusia dan aspek sosial kehidupan.
Teori neoklasik menjadi dampak dan pengembangan dari teori klasik yang dijelaskan sebelumnya. Acuan dari terjadinya atau terbentuknya teori neoklasik adalah permasalahan dan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.
Ciri khas dari teori ini akan fokus membahas mengenai perilaku manusia, baik sebagai individu maupun bagian dari suatu kelompok. Contohnya seperti teori tentang hubungan sosial manusia, teori pengembangan SDM suatu perusahaan.
Selain menentukan teori, melakukan penelitian mengharuskan Anda bisa menentukan sampel, populasi, desain, dan lainnya. Baca selengkapnya:
- Populasi dan Sampel: Pengertian, Perbedaan, dan Contoh
- 11 Teknik Pengambilan Sampel dan Contoh Lengkapnya
- Desain Penelitian: Pengertian, Jenis, dan Contoh
- Teknik Analisis Data: Pengertian, Macam, dan Langkah
Cara Menentukan Grand Theory
Setelah memahami definisi dari grand theory dalam penelitian dan jenis-jenisnya. Anda juga perlu memahami juga bagaimana menentukan teori besar dalam penelitian yang akan dilakukan.
Dalam hal ini, menentukan teori besar ternyata tidak selalu mudah. Apalagi bagi peneliti pemula dan tidak memiliki pemahaman yang tepat tentang teori besar. Lalu, seperti apa cara terbaik menentukan teori besar dalam penelitian? Berikut tiga tahapan dalam menentukan teori besar yang tepat dalam suatu penelitian :
1. Mencari Teori yang Relevan dengan Masalah yang Diteliti
Tahap pertama dalam menentukan teori besar dalam penelitian adalah mencari teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Satu masalah yang dijadikan topik penelitian tentunya ada beberapa teori yang relevan.
Teori ini bisa menjelaskan hal mendasar tentang masalah tersebut, penyebabnya, dan dampaknya. Teori yang relevan ini tentunya perlu dicari dari berbagai sumber. Tidak masalah menemukan beberapa teori yang relevan, sebab semakin banyak maka semakin baik.
Alasannya bisa membantu peneliti memahami masalah yang diteliti dan memahami teori mana yang paling sesuai atau paling relevan dengan masalah tersebut.
Sebagai contoh, ketika masalah yang diteliti adalah corporate governance mechanisms di Indonesia. Dalam masalah ini, ada dua teori besar bisa dijadikan pilihan. Pertama adalah agency theory dan yang kedua adalah stewardship theory.
2. Memilih Teori yang Sesuai Konteks Lokasi Penelitian
Tahap yang kedua dalam menentukan grand theory pada penelitian adalah memilih teori-teori yang relevan di tahap pertama. Tidak semua teori yang relevan bisa digunakan sebagai teori besar.
Secara ideal, satu penelitian akan fokus dilandasi oleh satu teori besar atau lebih. Maka dari semua teori yang berhasil didapatkan di tahap sebelumnya perlu disaring.
Caranya tentu saja yang dianggap paling relevan dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Sebagai contoh dalam penelitian corporate governance mechanisms di Indonesia. Maka, teori besar yang paling relevan adalah stewardship theory.
3. Memakai Teori yang Dipilih untuk Merumuskan Hipotesis
Tahap yang ketiga dalam menentukan teori besar di suatu penelitian adalah teori yang relevan digunakan untuk merumuskan hipotesis. Jadi, teori besar dijadikan landasan penelitian dan perumusan hipotesis.
Sebelum teori bisa ditentukan, peneliti akan kesulitan dalam merumuskan hipotesis yang perlu dibuktikan sepanjang penelitian berlangsung. Oleh sebab itu, teori yang sudah dipilih menjadi teori besar dalam penelitian dijadikan dasar dalam merumuskan hipotesis.
Langkah ini membatu menunjukkan jika penelitian yang dilakukan didasarkan pada satu teori besar. Sehingga, teori besar menjadi dasar pula dalam menentukan hipotesis dan dibuktikan dengan dibandingkan bersama hasil penelitian di tahap akhir.
Pahami lebih lanjut Cara Menentukan Teori dalam Penelitian dengan Mudah.
Perbedaan Grand, Middle, dan Applied Theory
Jika membahas mengenai grand theory dalam penelitian maka tentu akan berkaitan dengan middle theory dan juga applied theory. Namun, sudahkah mengetahui perbedaannya? Pastikan sudah, karena jika belum ada kemungkinan bisa tertukar.
Dikutip melalui blog pribadi salah satu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area, yakni Dr. Ahmad Prayudi, SE, MM, teori dalam penelitian terbagi menjadi tiga tingkatan.
Diawali dari grand theory, disusul middle theory, dan diakhiri dengan applied theory. Perbedaan pertama antara teori besar dengan middle theory adalah pada tingkatannya. Teori besar di tingkat paling dasar, sementara middle theory satu tingkat di atasnya.
Perbedaan kedua adalah berkaitan dengan isi dari teori dalam penelitian tersebut. Teori besar jenis teori yang sangat abstrak dan umum. Sehingga, teori jenis ini memberi penjelasan secara umum mengenai suatu masalah yang ingin atau sedang diteliti.
Sementara itu, pembahasan pada middle theory lebih spesifik dan terfokus sehingga pembahasan suatu masalah memiliki cakupan lebih sempit dan terbatas. Artinya, teori besar bersifat umum sementara middle theory bersifat lebih khusus.
Contohnya, jika masalah yang diteliti relevan dengan Teori Manajemen Ilmiah (Scientific Management) oleh Frederick W. Taylor (1911). Maka middle theory dalam penelitian ini bisa Teori Motivasi-Higiene (Motivation-Hygiene Theory) oleh Frederick Herzberg (1959).
Dalam Teori Manajemen Ilmiah sifatnya lebih luas dan abstrak, sehingga menjelaskan manajemen ilmiah secara umum dan mendasar. Sementara pada teori Motivasi-Higiene lebih spesifik membahas faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi karyawan suatu perusahaan.
Perbedaan ketiga antara grand theory dengan middle theory dalam penelitian adalah penggunaannya dalam penelitian tersebut. Teori besar bisa digunakan peneliti dalam merumuskan hipotesis.
Berbeda dengan middle theory yang bisa digunakan peneliti untuk merinci hubungan antar variabel, mengembangkan konsep-konsep yang lebih spesifik, dan menyusun kerangka kerja penelitian yang lebih terfokus.
Dalam menyusun laporan hasil penelitian seperti artikel ilmiah, skripsi, tesis, dan lain sebagainya, baik teori besar maupun middle theory akan dicantumkan dan sama-sama masuk di bab II atau bab Pendahuluan.
Contoh Grand Theory dalam Penelitian
Jika masih merasa kesulitan dan kebingungan dalam memahami apa itu grand theory dan bagaimana menentukannya. Berikut contoh grand theory dalam laporan hasil penelitian:
Contoh Grand Theory 1
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
Grand theory yang menjadi landasan dari penelitian ini adalah Ilmu Pertahanan. Ilmu Ekonomi Pertahanan dan Pertahanan Negara sebagai middle range theory. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi, populasi penduduk, neraca perdagangan, pengangguran, inflasi, dan pengeluaran militer merupakan applied theory. Penelitian ini juga merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu tentang pengaruh ekonomi terhadap pengeluaran militer yang dikaji secara relevan. Landasan teori memuat teori-teori dasar dalam pembuatan sintesis (kesimpulan) dengan indikator-indikatornya.
2.1.1 Grand Theory
Grand Theory merupakan teori utama yang secara keseluruhan terhubung terhadap semua variabel dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, populasi penduduk, neraca perdagangan, pengangguran, dan inflasi terhadap pengeluaran militer negara anggota ASEAN, grand theory yang diambil adalah ilmu pertahanan.
Ilmu pertahanan berkaitan dengan perilaku negara dalam menjaga dan mengembangkan keberlanjutan negara tersebut yang membahas tentang perang, militer, pertahanan militer, dan pertahanan nirmiliter. Ilmu pertahanan adalah ilmu tentang seluruh aspek yang berhubungan dengan keamanan dalam skala nasional yang melekat pada tujuan penyelenggaraan pertahanan negara (Tippe, 2016).
2.1.2 Middle Range Theory
Middle Range Theory merupakan teori yang digunakan sebagai penghubung antara hipotesis dari studi empiris dan grand theory penelitian. Dalam penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, populasi penduduk, neraca perdagangan, pengangguran, dan inflasi terhadap pengeluaran militer negara anggota ASEAN, middle range theory yang diambil adalah ilmu ekonomi pertahanan dan pertahanan negara.
Menurut Yusgiantoro (2014), ilmu ekonomi pertahanan adalah suatu studi terhadap alokasi sumber daya, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan stabilisasi yang diaplikasikan pada topik-topik yang berhubungan dengan pertahanan. Sedangkan menurut Setiadji (2020), ekonomi pertahanan adalah bidang studi yang menerapkan metode ilmu ekonomi untuk menganalisis isu-isu yang terkait dengan pertahanan, perencanaan pembangunan kekuatan militer, pelucutan senjata, dan perdamaian dunia.
Contoh Grand Theory 2
Bab II
Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan segala bahan bacaan atau teori-teori relevan yang menjadi referensi dalam penelitian. Dalam penentuan teori-teori yang digunakan sebelumnya peneliti akan menentukan terlebih dahulu mana grand theory, middle theory, dan applied theory.
Grand theory adalah sekumpulan teori makro yang menjadi dasar dalam lahirnya teori-teori selanjutnya dalam level yang berbeda. Grand theory ini masuk pada level makro yang artinya berbicara tentang struktur dan tidak berbicara tentang fenomena mikro. Grand theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen.
Middle theory adalah teori yang berada pada level meso atau menengah, yang dimana fokus kajiannya adalah makro dan mikro. Middle theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen sumber daya manusia.
Applied theory adalah teori yang yang berada pada level mikro dan siap untuk diaplikasikan dan konseptualisasi. Applied theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari employee engagement, self efficacy dan kinerja karyawan.
2.1.1 Middle Theory Employee Engagement
Awalnya employee engagement diperkenalkan pertama kali oleh (William Kahn 1990) yang mengemukakan bahwa engagement merupakan pemanfaatan anggota diri anggota suatu organisasi untuk peran pekerjaan mereka dengan menggunakan dan mengekspresikan diri, baik secara fisik, dan emosional selama menjalankan peran mereka di dalam organisasi.
Cara agar karyawan berkomitmen dengan organisasi dilakukan dengan membuat karyawan tersebut terikat (engaged) dengan pekerjaanya. Sekilas komitmen dengan employee engagement hampir sama tetapi sebetulnya memiliki perbedaan.
Employee engagement adalah tingkatan keterlibatan seseorang karyawan terhadap organisasi (engaged, not engaged actively disengaged) sedangkan komitmen menandakan seberapa jauh sikap yang diambil oleh individu terhadap organisasi.
Terdapat beberapa faktor pendorong terjadinya employee engagement. (Thomas 2009) dalam (M.Luqmanul Hakim 2018:62) menjelaskan bahwa pendorong engagement yang terdiri dari:
- Sense of meaningfulness (perasaan bermakna)
Esensi utama perasaan bermakna adalah passion, semangat atau gairah. Gairah adalah intensitas personal, atau kekuatan dasar yang menggerakan emosi terkuat kita, dengan mengenalnya bukan karena namanya, melainkan apa yang dilakukannya.
- Sense of choice (perasaan memilih)
Perasaan memilih merupakan kesempatan yang dirasakan seseorang untuk memilih aktivitas yang bermakna bagian dan melakukan dengan cara-cara yang tampaknya sesuai. Perasaan memilih adalah perasaan yang mampu menggunakan pertimbangan, penilaian sendiri dan bertindak pemahamannya.
- Sense of competence (perasaan kompeten)
Orang yang kompeten mengerjakan pekerjaannya yang dapat dia lakukan dengan baik, sambil terus tekun berusaha dan mencari cara mana yang terbaik dan ia berhenti mengerjakan apa yang tidak dapat dilakukannya.
2.2.1 Applied Theory Self Efficacy
Self efficacy berhubungan dengan keyakinan diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Awalnya self efficacy diperkenalkan pertama kali oleh (Bandura,1997) yang menyatakan bahwa keyakinan manusia mengenai efficacy diri mempengaruhi bentuk tindakan yang akan mereka pilih untuk dilakukan, sebanyak apa usaha yang akan mereka berikan ke dalam aktivitas selama apa mereka akan bertahan menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketangguhan mereka mengikuti adanya kemunduran.
Tidak ada salahnya membaca lebih banyak contoh grand theory melalui berbagai publikasi ilmiah. Khususnya dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi yang dicantumkan dan dijelaskan secara rinci. Sehingga memudahkan proses menentukan teori besar dalam penelitian yang dilakukan.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.