Daftar Isi
Ada banyak teknik bisa diterapkan peneliti dalam memilih atau menentukan sampel penelitian. Salah satunya dengan teknik systematic random sampling atau sampel acak sistematis.Â
Sampel acak sistematis menjadi salah satu dari dua jenis teknik pengambilan sampel dalam penelitian yang masuk dalam jenis random sampling atau probability sampling. Teknik penentuan sampel penelitian ini bisa diterapkan pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif.Â
Jika penelitian yang dilakukan nantinya menggunakan teknik sampel acak sistematis. Maka sudah seharusnya peneliti memahami apa dan bagaimana penerapannya. Semakin memahami teknik penentuan sampel, penentuan sampel bisa semakin tepat.Â
Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Dikutip melalui website Kemenkeu Learning Center (KLC), systematic random sampling adalah suatu metode pengambilan sampel, dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu.
Penetapan sampel pertama dilakukan secara acak, dan kemudian untuk sampel kedua, ketiga, dan seterusnya menggunakan pola tertentu yang sistematis dan konsisten. Teknik ini membantu menentukan sampel penelitian dengan lebih mudah dan juga cepat.
Melalui definisi ini, sekilas teknik systematic random sampling tidak berbeda jauh dengan teknik simple random sampling. Padahal keduanya berbeda, sebab di simple random sampling pemilihan sampel murni dilakukan acak tanpa pola apapun.
Lalu, kapan peneliti perlu menggunakan sampel acak sistematis dibandingkan dengan simple random sampling? Ada beberapa kondisi yang menjadikan teknik sampel acak sistematis dijadikan prioritas, yaitu:Â
1. Penelitian Memiliki Durasi dan Anggaran yang Minim
Kondisi pertama yang membuat teknik sampel acak sistematis bisa dan tepat digunakan adalah ketika durasi dan anggaran penelitian minim atau terlalu ketat. Beberapa penelitian berhadapan dengan durasi penelitian yang terlalu pendek.
Misalnya, secara umum penelitian dijalankan selama 2 tahun. Namun, program hibah yang diikuti mewajibkan durasi penelitian maksimal satu tahun. Selain itu, juga bisa berhadapan dengan dana atau anggaran penelitian yang minim.
Jika ada di dua kondisi ini atau salah satunya, teknik sampel acak sistematis tepat untuk digunakan. Sebab penentuan sampel dan pengambilan data tidak memakan waktu lama dan tidak menelan biaya yang tinggi.Â
2. Data Penelitian Tidak Memiliki Pola
Kondisi kedua yang membuat systematic random sampling lebih tepat digunakan adalah ketika data tidak memiliki pola. Data dalam penelitian bisa memiliki pola dan bisa juga sebaliknya.
Data memiliki pola misalnya pada data penjualan di sebuah pusat perbelanjaan. Dimana setiap tahunnya ada bulan-bulan tertentu angka penjualan naik, seperti menjelang Natal, tahun baru, lebaran. Polanya setiap tahun berulang.Â
Sementara contoh data penelitian yang tidak memiliki pola adalah angka penjualan barang di suatu pusat perbelanjaan. Barang yang laku biasanya acak dan atau tidak berpola, karena pengunjung perbelanjaan memiliki selera sendiri-sendiri. Sehingga sulit menentukan produk mana yang best seller dan sebaliknya.Â
3. Penelitian dengan Resiko Manipulasi Data yang Rendah
Kondisi ketiga yang membuat systematic random sampling tepat untuk dijadikan prioritas peneliti adalah ketika resiko manipulasi data terbilang rendah. Beberapa penelitian memiliki resiko manipulasi data yang tinggi, beberapa lagi sebaliknya.
Secara umum, manipulasi data menjadi tinggi karena ada konflik kepentingan atau ada keuntungan di pihak-pihak tertentu. Contoh penelitian dengan manipulasi data tinggi adalah penelitian tentang efektivitas obat X dari perusahaan Y.
Penelitian ini melibatkan perusahaan komersial yang tentu berharap hasil penelitian menguntungkan penjualan. Sehingga perusahaan memberikan intensif finansial kepada peneliti yang kemudian menciptakan konflik kepentingan.
Namun, beberapa penelitian justru memiliki resiko manipulasi data yang rendah. Penyebabnya karena tidak ada pihak manapun yang diuntungkan kecuali masyarakat, yakni pengguna produk dan jasa.
Misalnya, penelitian tentang tingkat kepuasan masyarakat di desa A terkait pembangunan infrastruktur. Data yang didapat minim manipulasi data karena tidak ada konflik kepentingan antara pemerintah daerah dan peneliti.
Jika penelitian memiliki resiko manipulasi data yang rendah. Maka sampel acak sistematis cenderung lebih ideal diterapkan. Namun, jika manipulasi data tinggi maka penentuan sampel harus lebih ketat, teliti, dan ada pertimbangan khusus lainnya.
Berikut teknik pengambilan sampel lain yang bisa Anda pertimbangkan:
- Probability Sampling: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
- Purposive Sampling: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh yang Baik dan Benar
- Quota Sampling: Karakteristik, Jenis, Cara, Contoh
- Snowball Sampling: Jenis, Contoh, Ciri, Langkah
Kelebihan
Sama seperti teknik penentuan sampel penelitian lainnya. Pada dasarnya systematic random sampling juga memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Oleh sebab itu, kedua hal berseberangan ini perlu dipahami agar tidak keliru menjadikannya pilihan.
Sebab memang ada beberapa kondisi yang membuat teknik ini tepat dipilih dan juga sebaliknya. Berikut kelebihan dari sampel acak sistematis:Â
1. Mudah dan Efisien saat Diterapkan
Kelebihan yang pertama dari teknik sampel acak sistematis adalah mudah untuk diterapkan dan juga efisien. Disebut mudah, karena tidak diperlukan teknik khusus dan petimbangan tambahan saat memilih sampel.
Pada sampel pertama, peneliti memiliki kebebasan menentukan sampel yang mana. Baru kemudian sampel dipilih dengan pola tertentu yang sudah ditetapkan. Sehingga acuannya pada pola tersebut. Seperti sampel ke -10, ke-20, dan seterusnya.
Disebut efisien, karena peneliti tidak membutuhkan waktu lama untuk menentukan sampel penelitian. Bahkan ketika meneliti tingkat kepuasan konsumen suatu restoran.
Peneliti cukup datang di suatu hari dan memilih sampel dari pengunjung di hari tersebut. Sehingga tidak memakan waktu untuk menetapkan sampel dan melakukan pengumpulan data penelitian.
2. Penyebaran Sampel Lebih Merata
Teknik systematic random sampling juga punya kelebihan berupa penyebaran sampel yang lebih merata. Misalnya dari total 100 populasi, sampel yang dipilih sebanyak 50.
Maka dengan pola yang sudah ditetapkan, sampel akan menyeluruh di populasi tersebut. Tidak ada perlakuan khusus, pemilihan dengan pertimbangan khusus, dan sejenisnya. Sebab sampel hanya perlu terkait dengan tempat penelitian.
Penyebaran sampel yang merata dengan pola tertentu. Membantu peneliti memilih sampel dengan berbagai latar belakang dan gender. Sehingga memberikan data lebih kompleks dan minim manipulasi atau bias karena tidak ada konflik kepentingan pada sampel.
3. Meminimalkan Bias dalam Menentukan Sampel
Kelebihan berikutnya dari teknik systematic random sampling adalah minim bias dalam pemilihan sampel. Penggunaan pola dalam pemilihan sampel yang dilakukan secara kontinyu membuat objektivitas lebih dominan.
Peneliti akan memilih sampel sesuai pola tersebut dan tidak ada unsur subjektif. Misalnya hanya memilih sampel yang disukai peneliti. Hal ini tidak berlaku, karena ada pola yang harus dipatuhi peneliti.
4. Cocok untuk Penelitian dengan Populasi Besar
Kelebihan lain dari teknik sampel acak sistematis adalah cocok untuk penelitian dengan populasi besar. Dalam beberapa penelitian, jumlah populasi bisa sangat besar dan membutuhkan dana serta waktu dan SDM lebih untuk penelitiannya.
Namun, tidak semua populasi akan menjadi sampel penelitian sebagai sumber data. Maka teknik ini digunakan untuk menyaring sampel mana yang sebaiknya digunakan dengan pola yang jelas dan ditetapkan oleh peneliti sejak awal.
Dengan teknik ini, jumlah sampel menjadi lebih sedikit dibanding populasi total. Misalnya, dari 1.000 populasi hanya dipilih 100 sampel. Sehingga lebih efisien dari banyak sisi, akan tetapi tetap memperoleh data yang berkualitas.
Kekurangan
Seperti penjelasan sebelumnya, systematic random sampling juga memiliki kekurangan. Hal ini tentu perlu dijadikan perhatian dalam menetapkannya sebagai teknik penentuan sampel. Kekurangan systematic random sampling antara lain:Â
1. Rentan Bias Jika Berhadapan dengan Pola dalam Populasi
Kekurangan atau kelemahan yang pertama dari teknik ini adalah rentan bias apabila menghadapi populasi yang memiliki pola. Penggunaan pola tertentu dalam pemilihan sampel, akan mengalami kerancuan saat berhadapan dengan pola bawaan populasi.
Misalnya, peneliti ingin mengetahui tingkat kepuasan karyawan PT X. Sehingga berniat mewawancara seluruh karyawan dengan diambil beberapa orang saja memakai teknik sampel acak sistematis.
Rupanya sistem kerja di PT X memakai shift, sehingga ada pola dalam menentukan hari kerja karyawan. Jika pola pemilihan sampel hanya memilih karyawan yang masuk hari Jumat saja.
Maka ada kemungkinan sampel hanya fokus di orang-orang yang sama, yang memang selalu mendapat shift di hari Jumat. Pola bertemu dengan pola seperti ini akan membuat pemilihan sampel menjadi bias dan mempengaruhi kualitas data.
2. Teknik yang Tidak Sepenuhnya Acak
Kekurangan kedua dari systematic random sampling adalah sifatnya yang tidak sepenuhnya acak. Seperti definisi yang dijelaskan di awal, teknik ini membantu peneliti memilih sampel pertama secara acak. Baru sampel setelah dipilih dengan pola berulang.
Teknik ini menjadi campuran, dan dengan pola untuk pemilihan sampel kedua dan seterusnya. Maka ada kemungkinan tidak semua sampel punya kesempatan untuk dipilih. Padahal bisa jadi, sampel yang tidak dipilih punya data lebih lengkap dan lebih mudah dipahami peneliti.
Misalnya populasi 100 karyawan PT X, dipilih 50 karyawan. Karyawan yang dipilih bisa saja pasif dalam menjawab pertanyaan. Namun, bisa jadi ada karyawan yang tidak dipilih sebagai sampel bisa interaktif saat wawancara.
3. Kurang Efektif untuk Populasi yang Heterogen
Teknik sampel acak sistematis kurang cocok diterapkan untuk populasi yang heterogen. Artinya, populasi yang memiliki keberagaman dari banyak aspek akan kurang cocok. Misalnya populasi yang memiliki berbagai rentan usia, keyakinan atau agama, dan lain sebagainya.
Pemilihan sampel yang memakai pola tertentu, bisa membuat keberagaman yang dimiliki populasi tidak teridentifikasi dalam penelitian. Padahal data yang dibutuhkan bisa lebih baik jika ada pengaruh heterogen dari populasi tersebut.
4. Sulit Diterapkan untuk Populasi yang Tidak Diketahui Jumlah Pastinya
Kekurangan lain dari systematic random sampling adalah sulit diterapkan untuk populasi yang tidak diketahui jumlah pastinya. Sebab penentuan pola pemilihan sampel mengacu juga pada jumlah total populasi.
Jika jumlah total saja tidak diketahui, maka perhitungan pila ke berapa sampel berikutnya diambil akan sulit dilakukan. Oleh sebab itu, teknik ini hanya cocok untuk penelitian dengan populasi yang jumlahnya jelas dan ada datanya. Misalnya data jumlah karyawan, jumlah penduduk kota X, dll.
Bingung menentukan teori dalam penelitian Anda?
- Grand Theory dalam Penelitian & 3 Cara Menentukannya
- Cara Menentukan Teori dalam Penelitian dengan Mudah
- Landasan Teori: Pengertian, Macam, dan Cara Membuatnya
Perbedaan Simple Random Sampling dan Systematic Random Sampling
Jika membahas mengenai systematic random sampling, maka banyak yang mengira teknik ini sama seperti simple random sampling. Keduanya memang masuk dalam kategori random sampling. Namun, keduanya tidak bisa dikatakan sama. Berikut beberapa perbedaannya:
1. Cara Pemilihan Sampel
Perbedaan yang pertama ada pada cara pemilihan sampel. Hal ini bisa mengacu pada definisi yang sudah dijelaskan di awal. Pada sampel acak sistematis, pola pemilihan sampel digunakan untuk sampel kedua, ketiga, dan seterusnya.
Namun, pada simple random sampling tidak memakai pola sama sekali saat memilih sampel. Semua sampel dari sampel pertama sampai sampel terakhir dipilih secara acak. Hal ini akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi peneliti.
2. Kemudahan dalam Penentuan Sampel
Perbedaan yang kedua adalah pada tingkat kemudahan dalam penentuan sampel. Penentuan sampel pada teknik sampel acak sistematis jauh lebih mudah dan juga efisien.
Pasalnya, peneliti bisa segera memilih sampel pertama untuk kemudian menentukan pola dalam pemilihan sampel berikutnya. Sehingga sampel pertama segera didapatkan dan diikuti dengan sampel selanjutnya.
Sementara itu, pada teknik simple random sampling memang bersifat acak sejak awal. Hanya saja dalam memilih sampel pertama tetap perlu pemilihan yang teliti. Kadang, peneliti butuh waktu lebih dalam menentukan sampel pertama tersebut.
Selain itu, teknik ini tidak lebih efisien dari sampel acak sistematis apabila diterapkan pada populasi besar. Sebab tidak disaring dari awal hendak memakai berapa sampel. Semua dipilih secara acak dan tentunya membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga lebih.
3. Karakter Populasi yang Sesuai
Perbedaan ketiga dan yang terakhir dari dua teknik pemilihan sampel penelitian ini adalah pada karakter populasi yang sesuai. Seperti penjelasan sebelumnya tentang kelemahan systematic random sampling yang kurangs esuai untuk populasi heterogen.
Maka bisa disimpulkan, bahwa teknik ini akan lebih sesuai untuk populasi yang homogen. Sebaliknya, pada simple random sampling akan lebih cocok untuk populasi yang heterogen.
Selain itu, sampel acak sistematis juga lebih cocok untuk populasi yang tidak memiliki pola. Sebaliknya, pada simple random sampling tidak ada kendala untuk populasi yang memiliki pola maupun tidak.
Saat meneliti, Anda dituntut untuk menemukan research gap. Berikut panduan cara menemukan dan tipsnya:
- Research Gap dan 4 Cara Menemukannya
- Tips Menemukan Research Gap dari Publikasi Ilmiah
- Cara Menemukan Novelty Penelitian, Penulis Wajib Tahu!
Contoh Pengambilan Sampel Acak Sistematis
Membantu lebih memahami lagi apa dan bagaimana menerapkan teknik systematic random sampling. Maka berikut beberapa contoh yang bisa dipelajari:
Contoh Systematic Random Sampling 1
Penelitian Produktivitas Pegawai di Pabrik
Sebuah pabrik ingin mengetahui tingkat produktivitas karyawan di bagian produksi yang total ada 500 karyawan. Sehingga bisa diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat produktivitas mereka.Â
Penelitian lantas memilih sampel dengan teknik sampel acak sistematis. Pola yang digunakan adalah memilih setiap pegawai ke-5 dari daftar yang diurutkan berdasarkan abjad atau nomor ID.
Dengan memilih pada interval tetap, mereka bisa mendapatkan sampel yang merata dari seluruh lini produksi. Sehingga bisa mendapatkan data yang lebih valid dan mempresentasikan keseluruhan karyawan tanpa perlu mewawancarai semuanya.Â
Contoh Systematic Random Sampling 2
Survei Kepuasan Pelanggan di Sebuah Toko Ritel
Sebuah toko ritel ingin mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dalam satu bulan terakhir. Mereka memiliki daftar pelanggan yang melakukan pembelian selama bulan tersebut dan ingin mengambil sampel dari populasi tersebut.
Terdapat 1.000 pelanggan dalam daftar, dan mereka ingin mengambil sampel sebanyak 100 orang, mereka bisa menggunakan systematic random sampling. Tahap pemilihan sampelnya adalah memilih satu pelanggan secara acak sebagai titik awal. Kemudian, pilih setiap pelanggan ke-10 dalam daftar.Â
Selain beberapa contoh tersebut, Anda bisa melakukan kajian literatur untuk menemukan lebih banyak contoh langsung di lapangan. Sehingga pada saat menerapkan systematic random sampling bisa lebih mudah dan minim kendala.Â
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.