Daftar Isi
Dalam kegiatan menulis, ada banyak tahapan perlu dilalui dan salah satunya adalah revisi tulisan. Setiap penulis kemudian memiliki kebutuhan untuk memahami cara mudah melakukan revisi tulisan.
Revisi ini biasanya dilakukan paling tidak dua kali, yakni dari hasil editing mandiri dan disusul revisi dari hasil pemeriksaan editor penerbitan. Jika pada publikasi artikel di jurnal ilmiah, revisi berdasarkan catatan atau komentar reviewer.
Revisi pada tulisan adalah hal lumrah dan bahkan menjadi tahapan yang wajib ada dan dilalui para penulis. Sebab dari revisi inilah, kualitas tulisan menjadi lebih baik dan memenuhi standar untuk terbit atau terpublikasi. Lalu, bagaimana cara melakukan revisi yang baik? Berikut informasinya.
Revisi Tulisan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata revisi memiliki definisi sebagai proses perbaikan, peninjauan, atau pemeriksaan kembali untuk pembaharuan. Istilah revisi bisa diterapkan dalam berbagai bidang. Sehingga tidak hanya dalam kegiatan menulis dan publikasi.
Jadi, dalam konteks dunia kepenulisan, revisi tulisan adalah proses perbaikan, peninjauan, atau pemeriksaan kembali untuk pembaharuan karya tulis yang sudah disusun atau dibuat.
Dalam kegiatan menulis, penulis akan fokus dalam menyusun isi pikiran yang masih abstrak menjadi tulisan untuk membantu melancarkan aliran ide dan tidak tersendat oleh proses editing, penyuntingan, dan revisi itu sendiri.
Setelah proses menulis selesai dilakukan, ada proses editing dan disusul dengan revisi tulisan. Para penulis tentunya memerlukan cara mudah melakukan revisi tulisan agar bisa efisien dan tetap efektif.
Sebab secara umum, melakukan editing pada tulisan sendiri bukan hal mudah. Apalagi untuk penulis yang kesulitan memposisikan diri sebagai pembaca. Kemudian fokus memahami bahwa tulisannya sudah baik dan benar, padahal belum tentu.
Pada proses revisi, kendala pun akan dihadapi. Mulai dari pikiran pribadi yang menganggap tulisan yang dibuat sudah sempurna dan tidak butuh revisi sampai proses revisi yang tentunya membutuhkan waktu dan tenaga.
Apalagi jika revisi dari hasil penilaian editor penerbitan maupun reviewer jurnal ilmiah. Bisa jadi, penulis berhadapan dengan revisi skala besar dan harus memperbaiki kesalahan yang ada. Semakin besar revisinya, semakin membutuhkan waktu dan tenaga ekstra.
Jenis Revisi
Berhubung revisi bisa diterapkan di luar dunia kepenulisan. Misalnya revisi desain baju, revisi video atau film, revisi lirik lagu, dan lain sebagainya. Kegiatan revisi di masing-masing bidang memiliki perbedaan signifikan. Termasuk dalam hal jenis.
Kegiatan revisi secara garis besar terbagi menjadi dua, yakni revisi teknis dan revisi nonteknis. Revisi teknis akan mengacu pada revisi isi dari suatu karya yang dirasa perlu ada perbaikan.
Sementara itu, revisi nonteknis adalah revisi yang berkaitan dengan hal-hal di luar isi dari suatu karya. Misalnya, dalam menyusun karya tulis revisi nonteknis berkaitan dengan penentuan jenis dan ukuran font. Jadi, tidak ada revisi dari sisi isi karya tulis atau substansi.
Dalam konteks kepenulisan, revisi pada karya tulis terbagi menjadi empat jenis, mencakup revisi konten, struktur, gaya bahasa, dan tata bahasa serta ejaan. Berikut penjelasan detailnya:
1. Revisi Konten
Revisi konten adalah perbaikan atau perubahan pada isi atau materi karya tulis. Dalam hal ini berkaitan dengan revisi dari aspek substansi atau isi di dalam karya tulis tersebut.
Pihak yang melakukan editing bisa saja meminta penulis untuk mengubah isi karya tulis, menambah detail tertentu, maupun menghapus bagian tertentu dari karya tulis yang dibuat. Dengan demikian, terjadi perubahan konten atau informasi yang disajikan di dalam karya tulis tersebut.
Adanya revisi konten tentu ada alasannya. Misalnya, saat ada permintaan mengubah bagian tertentu bisa jadi ada pemilihan kosakata yang ambigu, terlalu kasar sehingga makna konotasinya negatif, dan sebagainya.
Baca lebih lanjut Contoh Kalimat Ambigu dan Ciri-Cirinya.
2. Revisi Struktur
Jenis revisi yang kedua adalah revisi struktur. Revisi struktur adalah adanya perbaikan atau perubahan pada struktur atau tata letak susunan karya tulis. Misalnya, ada permintaan mengubah susunan kalimat, urutan paragraf, sampai urutan bab.
Makan, terjadi perubahan struktur di dalam karya tulis yang dibuat. Perubahan atau revisi ini juga tentu didukung dengan penyebab yang jelas dan objektif sehingga ada dasar alasan yang kuat dari pihak editor atau reviewer.
Misalnya, jika reviewer memberi catatan mengubah struktur paragraf dari artikel ilmiah yang di submit. Bisa jadi karena penyampaiannya kurang sesuai dengan prinsip alur logika keilmuan sehingga diminta untuk diubah strukturnya.
3. Revisi Gaya Bahasa
Jenis revisi yang ketiga adalah revisi gaya bahasa. Revisi gaya bahasa adalah perbaikan atau perubahan pada gaya bahasa dari karya tulis yang dibuat. Gaya bahasa disini mencakup jenis kata yang digunakan.
Setiap kata tentu memiliki makna, ada beberapa kata yang bisa menjadi kurang enak didengar dibanding kata lain yang punya makna sama tapi lebih enak didengar. Misalnya, dibanding memakai kata “cacat fisik” diubah menjadi “disabilitas”.
Gaya bahasa akan diminta direvisi oleh editor atau reviewer jika dirasa gaya bahasa sebelumnya kurang efektif untuk membangun komunikasi antara penulis dengan pembaca. Berikut contohnya:
Revisi gaya bahasa sederhana menjadi lebih ilmiah dan berwawasan:
Sebelum revisi: Banyak siswa tidak suka membaca karena mereka merasa bosan.
Setelah revisi: Ketidaksukaan siswa terhadap kegiatan membaca sering kali disebabkan oleh kurangnya minat dan keterlibatan emosional terhadap bahan bacaan yang tersedia.
4. Revisi Tata Bahasa dan Ejaan
Jenis yang terakhir adalah revisi tata bahasa dan ejaan. Revisi tata bahasa dan ejaan adalah proses perbaikan dan perubahan terhadap aspek tata bahasa dan ejaan dari karya tulis.
Artiya, karya tulis tersebut didapati ada kesalahan terkait aturan tata bahasa dan ejaan. Misalnya, ada penggunaan kata tidak baku padahal termasuk karya tulis ilmiah. Contoh lain, adanya kata yang salah ketik atau typo, sehingga harus direvisi.
Revisi tata bahasa dan ejaan bisa dikatakan sebagai revisi yang umum dan paling sering terjadi. Bahkan dalam editing mandiri, penulis bisa menemukan ada banyak kesalahan pemilihan kata tidak baku, salah penulisan tanda baca, typo, dan sebagainya.
Jangan sampai Anda melakukan kesalahan, ketahui 10+ Kesalahan Penggunaan Ejaan yang Sering Diabaikan.
Manfaat Revisi dalam Proses Menulis
Memahami bagaimana cara mudah melakukan revisi tulisan akan membantu melancarkan proses tersebut. Revisi akan terasa semakin sulit jika memang ada banyak bagian yang perlu diperbaiki karena lebih menyita waktu dan tenaga.
Meskipun sulit dan terkesan menjadikan kegiatan menulis dilakukan lebih dari dua kali. Namun, revisi pada karya tulis adalah hal penting dan bahkan disebut wajib. Alasannya adalah karena memberi berbagai manfaat.
Berikut manfaat proses revisi saat menulis:
1. Meningkatkan Kualitas Tulisan
Revisi terhadap tulisan atau karya tulis bisa bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tulisan tersebut. Misalnya, tulisan yang tadinya tidak memiliki makna jelas dan urutannya serampangan. Kemudian diperbaiki agar enak dibaca dan mudah dipahami.
Proses revisi akan meningkatkan kualitas tulisan dan bisa memenuhi standar agar bisa dipublikasikan. Karya tulis yang akan dipublikasikan tentunya wajib dipastikan bisa dibaca dan memiliki makna sampai pesan moral (fiksi) maupun informasi baru yang kredibel (nonfiksi).
Oleh sebab itu, pihak penerbit dan pengelola jurnal akan melakukan proses editing oleh profesional. Kemudian jika ada kekeliruan, kesalahan, dan sebagainya maka akan diminta direvisi oleh penulisnya. Sehingga saat terbit bisa diterima baik oleh pembaca, meningkatkan kredibilitas penulis, dan penerbit.
Baca lebih lanjut dalam 8 Cara Meningkatkan Kualitas Tulisan Secara Efektif.
2. Memperbaiki Kekurangan pada Tulisan
Manfaat berikutnya dari revisi tulisan adalah membantu memperbaiki kekurangan pada tulisan tersebut. Ada kalanya, tulisan yang disusun masih belum lengkap, ada informasi yang belum disampaikan.
Maupun ada beberapa hal yang terlewat sehingga alur berantakan dan sulit dipahami. Kekurangan seperti ini bisa saja terjadi, bahkan oleh penulis lawas yang sudah menghasilkan banyak karya.
Maka revisi menjadi bagian penting dan wajib, agar kekurangan pada tulisan bisa diketahui atau ditemukan dan kemudian diperbaiki sebelum dipublikasikan. Tulisan yang sudah tidak memiliki kekurangan tentunya akan disambut baik oleh pembaca.
3. Meningkatkan Keterbacaan Tulisan
Revisi pada karya tulis juga bermanfaat untuk meningkatkan keterbacaan. Keterbacaan yang dimaksud disini adalah tulisan tersebut bisa dibaca dan memiliki makna. Makna ini lantas bisa dipahami dengan baik oleh para pembaca.
Keterbacaan dari karya tulis bisa menjadi rendah ketika banyak typo, pemilihan kosakata atau diksi yang tidak sesuai konteks, memakai kosakata tidak baku, kesalahan penggunaan tanda baca, kurang tanda baca, dan sebagainya.
Sehingga revisi perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan yang menurunkan keterbacaan tulisan. Kemudian diperbaiki agar tulisan tersebut enak dibaca dan bisa dipahami dengan baik.
4. Memperbaiki Kesalahan pada Tulisan
Menerapkan cara mudah melakukan revisi tulisan membantu mendapat manfaat perbaikan pada kesalahan. Tulisan yang dibuat tentu rawan memiliki kesalahan. Kesalahan disini bisa dari pemilihan diksi, tanda baca, dan sebagainya.
Kesalahan dalam bentuk apapun tidak akan diketahui dan diperbaiki jika tidak ada editing. Editing kemudian menghasilkan daftar revisi atau perbaikan sehingga kesalahan yang tadinya ada pada tulisan bisa diatasi atau dihilangkan.
5. Meningkatkan Keterampilan dalam Menulis
Proses revisi pada tulisan ternyata juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan menulis. Hal ini bisa terjadi karena penulis akan menerima daftar kesalahan dan perlu segera direvisi.
Sehingga kesalahan serupa tidak akan diulangi lagi. Selain itu, revisi membantu penulis untuk menulis lebih dari sekali. Sehingga keterampilan menulis terasah dari peningkatan intensitas menulis.
6. Mengasah Kemampuan untuk Kritis dan Teliti
Adanya tahap revisi dan bahkan sampai berkali-kali, kemudian bisa menyebabkan turunnya rasa percaya diri dalam menulis. Ternyata ada banyak hikmahnya. Salah satunya bisa mengasah kemampuan untuk kritis dan teliti.
Hal ini terjadi karena di alam bawah sadar akan muncul keinginan untuk menghindari revisi. Sehingga saat menulis lagi, penulis secara alami lebih teliti dan bisa berpikir lebih kritis. Tidak hanya fokus menuangkan ide tulisan dari pikiran menjadi tulisan. Tapi memastikan bebas kesalahan dan keterbacaannya tinggi.
7. Meningkatkan Jumlah Pembaca dan Dampak Tulisan
Manfaat berikutnya dari adanya revisi pada tulisan adalah meningkatkan jumlah pembaca dan dampak tulisan yang dibuat. Sebagai penulis, kepuasan tertinggi tidak terletak pada selesainya naskah. Tapi pada sambutan baik pembaca.
Pada saat pembaca puas dan jumlahnya tinggi, bahkan mengutip dan menjadikanya referensi. Maka kepuasan penulis sampai di puncaknya. Mencapai hal tersebut, tulisan yang dibuat harus berkualitas dan keterbacaan tinggi. Hal ini bisa dicapai salah satunya lewat proses revisi.
Lakukan perbaikan cepat dengan memanfaatkan tool. Informasi berikut akan membantu:
- Cara Cek Typo di Word Secara Otomatis
- Cara Cek Ejaan Bahasa Indonesia Langsung di Word
- Penggunaan Diksi dan 6 Cara Menyuntingnya dalam Karya Tulis
- Kesalahan Penggunaan Tanda Baca yang Sering Dilakukan
- 300+ Kata Baku dan Tidak Baku Yang Sering Dipakai dan Salah
Waktu yang Tepat Merevisi Tulisan
Bicara mengenai cara mudah melakukan revisi tulisan, pada dasarnya ada faktor waktu yang memberi pengaruh signifikan. Artinya, kegiatan revisi tidak bisa dilakukan kapan saja. Melainkan ada waktu-waktu terbaik untuk memulai revisi. Kapan saja? Berikut penjelasannya:
1. Revisi Setelah Tulisan Diselesaikan
Waktu terbaik pertama untuk mulai melakukan revisi tulisan adalah ketika selesai menulis. Jadi, kuncinya adalah tidak menulis sembari editing dan revisi. Ketiganya dilakukan terpisah. Maka pastikan tulisan sudah selesai sampai bab akhir, baru ada tahap editing disusul revisi.
2. Memberi Jeda dari Menulis ke Proses Revisi
Dikutip melalui Indiana University of Pennsylvania, salah satu waktu terbaik untuk melakukan revisi adalah minimal 30 menit setelah menulis. Artinya, perlu ada jeda dari kegiatan menulis ke kegiatan revisi. Jangan patas, karena fokus bisa terbengkalai dan merasa tulisan yang dibuat sudah sempurna.
3. Sesuai Jadwal yang Dimiliki
Waktu terbaik berikutnya adalah sesuai dengan jadwal harian yang dimiliki. Hindari multitasking dengan mengerjakan banyak hal sekaligus. Sebaiknya satu per satu, jadi manfaatkan jadwal kosong untuk proses revisi. Opsional lain memasukan kegiatan revisi di dalam jadwal harian.
Cara Mudah Melakukan Revisi Tulisan
Setelah memahami apa itu revisi tulisan dan kapan waktu terbaik untuk melakukannya. Maka wajib tahu bagaimana cara mudah melakukan revisi tulisan agar efektif dan efisien. Berikut beberapa cara mudah melakukan revisi pada tulisan Anda:
1. Membaca Ulang dengan Teliti
Revisi yang dilakukan secara mandiri oleh penulis, dalam artian tidak diminta oleh editor. Maka perlu diawali dengan membaca ulang tulisan yang sudah dibuat sehingga dalam proses ini bisa diketahui apa yang salah dan mana yang harus diperbaiki.
2. Revisi Secara Bertahap
Cara kedua agar revisi menjadi lebih mudah adalah dilakukan secara bertahap. Jenis revisi pada tulisan ada banyak, sesuai penjelasan sebelumnya. Revisi semua jenis tersebut perlu dilakukan dan sebaiknya bertahap.
Misalnya fokus dulu pada revisi gaya bahasa, jika sudah. Baru beralih ke proses revisi struktur, tata bahasa, dan begitu seterusnya. Revisi dilakukan secara menyeluruh dan mengatasi berbagai kesalahan yang ada pada tulisan.
Jika tidak dilakukan bertahap per jenis revisi, ada risiko kurang fokus sehingga ada kesalahan yang terlewat begitu saja. Oleh sebab itu, penting untuk dilakukan bertahap bukan sekaligus dan tidak harus sekali waktu.
3. Mengatur Jadwal untuk Revisi
Cara mudah melakukan revisi tulisan berikutnya adalah mengatur jadwal. Sesuai penjelasan sebelumnya, revisi tidak bisa dilakukan sewaktu-waktu karena memang ada waktu-waktu emas untuk hasil terbaik.
Oleh sebab itu, mengatur jadwal sangat penting agar ada waktu khusus dipakai revisi dan ada jeda yang cukup dari proses menulis dan tentunya sesuai dengan agenda harian yang dimiliki.
4. Menggunakan Teknologi
Cara mudah melakukan revisi tulisan berikutnya adalah terbuka terhadap teknologi. Artinya, Anda tidak perlu menutup diri pada teknologi dan bersedia menggunakannya untuk membantu proses revisi.
Misalnya, jika merasa ada kesalahan ejaan dan kesalahan ketik (typo). Maka bisa menggunakan aplikasi olah kata yang memiliki fitur pemeriksa ejaan. Misalnya memakai Google Docs alih-alih platform tanpa fitur ini.
Itulah beberapa cara mudah melakukan revisi tulisan agar bisa dilakukan dengan efisien dan hasilnya tetap efektif. Selama paham bagaimana proses revisi yang baik dan benar. Maka dijamin berjalan lancar dan hasilnya pun memuaskan.
Tak mau stuck dan bisa segera selesaikan naskah ‘kan? Ikuti Panduan Praktis Menyelesaikan Naskah [PDF] agar tulisan bisa segera diterbitkan dan target publikasi aman.