Daftar Isi
Menjadi seorang penulis membuat Anda berkenalan dengan banyak aturan penulisan dan berbagai jenis kata, dimana salah satunya adalah kata perincian. Kata atau kalimat perincian sangat mungkin untuk disusun dalam sebuah karya tulis.
Biasanya memang lebih sering ditemukan pada karya tulis bersifat ilmiah dibanding non ilmiah. Sebab memang menjadi salah satu kaidah dalam menyusun karya tulis ilmiah, salah satunya proposal kegiatan. Lalu, seperti apa aturan penulisan kalimat perincian?
Hal pertama yang perlu dibahas adalah definisi dari kata perincian. Dikutip melalui brilio.net, kalimat perincian adalah kalimat yang sering digunakan penulis untuk menjelaskan suatu hal secara rinci dan mendetail.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata perincian atau rincian memiliki definisi sebagai uraian yang berisi bagian yang kecil-kecil satu demi satu. Kalimat perincian adalah kalimat yang mengandung rincian.
Sehingga isi dari kalimat perincian akan menjelaskan poin-poin yang menjadi detail dari suatu istilah, kebijakan, syarat program, dan ketentuan lain. Dimana lebih ideal disusun menjadi perincian yang identik dengan penomoran dibanding murni ditulis dengan teks.
Penulisan kata perincian sendiri bisa ditulis dengan bentuk penomoran menurun ke bawah. Sehingga rincian dijelaskan dalam bentuk poin-poin secara berurutan. Namun, ada kalanya ditulis dalam bentuk paragraf dengan tambahan penomoran. Detail contoh akan dijelaskan di bawah.
Artikel seputar jenis kata ini tak boleh Anda lewatkan:
Berhubung kalimat perincian bisa disajikan menurun maupun disusun menjadi paragraf utuh. Maka penting pula untuk memahami jenis-jenis dari kalimat atau kata perincian tersebut agar tidak bingung. Dikutip melalui mamikos.com, berikut rangkumanya:
Jenis kalimat perincian yang pertama adalah perincian pendek, yaitu perincian yang berisikan hal yang pendek-pendek dan belum berupa kalimat. Rata-rata bentuk rincian adalah susunan kata tunggal maupun beberapa kata yang tidak bisa berdiri sendiri.
Secara sederhana, kalimat perincian ini hanya menyebutkan suatu rincian tanpa memberi penjelasan tambahan. Sehingga rinciannya cenderung singkat, padat, akan tetapi dijamin jelas maknanya. Berikut contoh rincian pendek:
Ibu meminta adik untuk membawa beberapa barang sebelum berkemah, yaitu:
Jenis kata perincian yang kedua adalah perincian panjang, yaitu perincian yang berisikan hal yang panjang-panjang atau sudah berupa kalimat. Secara sederhana, jenis ini tidak hanya menyebutkan rincian saja melainkan memberi penjelasan.
Sehingga setiap poin yang menjadi rincian akan dijelaskan satu per satu sampai bisa dipahami dengan baik oleh pembacanya. Berikut contohnya:
Penataan maupun pendekorasian kamar meliputi lantai, dinding, dan langit-langit. Berikut penjelasannya:
Lantai di kamar sudah dianggap banyak kerusakan sehingga perlu diganti dan menjadi bagian dari proses dekorasi ulang. Pemilihan lantai memakai warna nude sesuai dengan warna cat dinding.
Dinding kamar juga kaan di dekor ulang untuk menciptakan suasana yang serasi dengan jenis lantai yang digunakan. Hanya saja untuk warna tetap dengan warna nude.
Langit-langit tidak mengalami perubahan signifikan, hanya di cat ulang karena kondisi plafon masih baik. Kondisi lampu juga masih baik, hanya saja akan diberi tambahan lampu di beberapa tiik agar kamar lebih terang.
Melansir melalui Buku Pintar Penyunting Naskah – Edisi Kedua oleh Pamusuk Eneste. DIjelaskan pula bahwa kata atau kalimat perincian masih bisa dibagi lagi menjadi dua jenis lainnya. Yaitu:
Jenis kalimat perincian yang pertama adalah kalimat perincian langsung dimana rincian akan disebutkan langsung, sehingga berbentuk paragraf. Pada jenis ini, rata-rata tidak digunakan penomoran. Berikut beberapa contohnya:
Jenis kedua adalah kalimat perincian tidak langsung yang dijabarkan menurun membentuk penomoran. Hanya saja tidak diberi penjelasan detail, hanya menyebutkan rincian yang menjadi pokok bahasan. Berikut contohnya:
Ibu meminta adik untuk membawa beberapa barang sebelum berkemah, yaitu:
Oleh Febiana Rima K, Feronica, J.M. Henny Wiludjeng, Sri Hapsari Wijayanti dalam buku Bahasa Hukum Indonesia Edisi 2. Dijelaskan bahwa ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan untuk menentukan kata perincian. Yaitu:
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah unsur perincian tersebut. Apakah hanya ada dua unsur atau lebih. Jika hanya satu sampai dua unsur dan berupa kalimat pendek maka bisa dirinci dalam bentuk paragraf.
Begitu juga sebaliknya, jika memang rinciannya cukup banyak maka idealnya dibuat penomoran ke bawah. Baik itu hanya berupa penomoran tanpa penjelasan maupun ditambahkan penjelasan secara lengkap.
Cara yang kedua dalam menentukan kata perincian adalah unsur pembangun perincian tersebut. Apakah berbentuk kata (tunggal), klausa, atau kalimat? Maka akan menentukan bentuk penulisan rinciannya.
Jika berupa kata tunggal dan cukup banyak maka dibuat penomoran menurun ke bawah, jika sedikit maka disusun menjadi satu paragraf utuh. Begitu juga dengan klausa atau kalimat, pada kalimat biasanya dibuat penomoran ke bawah agar lebih mudah dipahami pembaca.
Baca artikel seputar “kata baku” berikut:
Terkait tata cara penulisan kata perincian, terdapat perbedaan dalam hal penggunaan tanda baca. Sebab ada beberapa tanda baca yang jamak digunakan penulis seperti tanda baca koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), dan tanda titik (.).
Semua tanda ini tidak keliru untuk digunakan dalam menyusun kalimat perincian. Hanya saja bentuk tertentu lebih ideal jika memakai suatu tanda baca. Misalnya untuk perincian langsung yang idealnya memakai tanda koma lalu diakhiri tanda titik pada rincian terakhir.
Supaya tidak bingung, berikut beberapa contoh penulisan kata perincian yang baik dan benar dilansir dari berbagai sumber:
Melalui penjelasan tersebut, diharapkan semakin memahami apa itu kata perincian dan bagaimana aturan penulisannya. Jika memiliki pertanyaan, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik tombol Share untuk membagikan artikel ini ke kolega Anda.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…