Daftar Isi
Pembelajaran luring. Saat pandemi ini, berbagai sektor mengalami perubahan dan penyesuaian, termasuk dunia pendidikan di Indonesia. Dalam proses belajar mengajar, kita pasti tak asing dengan istilah pembelajaran luring dan pembelajaran daring. Kegiatan belajar baik secara luring maupun daring memang sejak lama diterapkan di berbagai negara.
Berbagai pembelajaran bisa dilakukan baik secara kombinasi maupun berjalan masing-masing di berbagai negara. Namun demikian, sejak zaman dahulu, pendidikan di Indonesia sebenarnya melaksanakan pembelajaran luring.
Namun belum lama ini, pendidikan di Indonesia tengah menyesuaikan diri untuk melangsungkan pembelajaran daring. Tentu baik luring maupun pembelajaran daring memiliki plus minus masing-masing. Tapi tak banyak yang tahu dari hakikat dari masing-masing pembelajaran tersebut.
Oleh sebab itu, di bawah ini kita akan membahas mendetail mengenai pembelajaran luring yang sejak dahulu dilaksanakan di Indonesia.
Apa Itu Pembelajaran Luring
Sebelum membahas mengenai pembelajaran luring, perlu diketahui bahwa pada dasarnya pembelajaran diselenggarakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan baru, dan kemampuan untuk dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
Agar dapat mencapai berbagai kemampuan yang sudah disebutkan di atas, maka pembelajaran perlu dirancang atau didesain dengan sebaik mungkin dengan melibatkan interaksi peserta didik, pendidik atau guru, dan sumber belajar pada sebuah lingkungan belajar.
Selanjutnya, pembelajaran harus diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Sebab itu, tak bisa dipungkiri bahwa seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan pembaharuan-pembaharuan desain pembelajaran.
Munculnya dan dilaksanakannya pembelajaran daring karena dampak dari pandemi ini membuat guru atau siswa harus mampu beradaptasi. Meski demikian, pembelajaran luring yang telah terselenggara sejak dulu tak bisa dilepaskan begitu saja. Lalu apa sebenarnya pengertian pembelajaran luring yang sejak dulu sudah diterapkan di Indonesia?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) milik Kemendikbud, luring merupakan akronim dari luar jaring(an): terputus dari jejaring komputer. Luring juga bisa disebut sebagai offline. Artinya, pembelajaran luring merupakan pembelajaran yang berlangsung tanpa menggunakan jaringan internet.
Siswa dan guru dapat belajar menggunakan pegangan buku, modul, dan lain sebagainya secara fisik. Pembelajaran luring ini biasanya juga berlangsung secara tatap muka dan biasanya berlangsung di dalam kelas. Sistem ini berjalan di Indonesia sejak sebelum munculnya pandemi.
Siswa harus datang ke kelas untuk belajar dan bertatap muka dengan guru atau sesama siswa lainnya. Tentu saja, istilah pembelajaran luring ini merupakan lawan kata atau kebalikan dari istilah daring (dalam jaringan). Sehingga saat melakukan proses pembelajaran luring, baik siswa maupun guru tidak memerlukan jaringan internet.
Internet sendiri merupakan sebuah terminologi di dalam dunia informatika yang merujuk pada sebuah kondisi tentang saling terhubungnya jaringan dalam cakupan terbatas. Sehingga istilah pembelajaran luring atau aktivitas luring ini sama sekali tidak melibatkan jaringan internet atau intranet.
Selain tidak menggunakan internet, kegiatan belajar luring ini biasanya juga tidak menggunakan komputer. Biasanya, guru menggunakan media pembelajaran, baik buku cetak, buku pegangan, modul, dokumen-dokumen pendukung dalam bentuk fisik, maupun TV. Jenis kegiatan yang dilakukan secara luring dengan TV biasanya menyaksikan acara pendidikan.
Acara pendidikan yang biasanya disaksikan melalui TV ini sebagai materi pembelajaran siswa sekolah dan kemudian siswa diminta membuat tugas dari tayangan yang telah ia saksikan. Sehingga intinya, aktivitas pembelajaran luring sama sekali tidak melibatkan internet.
Sederhananya jika siswa menulis artikel atau mengerjakan tugas di Microsoft Word dan tidak dihubungkan melalui internet, maka aktivitas tersebut disebut sebagai aktivitas luring. Dan jika pembelajarannya menggunakan internet, misal menggunakan Zoom atau Google Meet, maka disebut pembelajaran daring.
Meski adanya situasi dan kondisi yang terus berkembang membuat sistem pembelajaran terus berkembang, namun pembelajaran luring ini dirasa sangat cocok dilakukan bagi siswa yang berada di daerah 3T (terdepan, tertinggal, dan terpencil). Karena dengan kegiatan luring, siswa dapat memanfaatkan memaksimalkan proses belajar mengajar dengan baik.
Siswa yang berada di daerah 3T tentu sangat jarang yang memiliki jaringan internet dan juga media teknologi yang mumpuni. Oleh sebab itu, pembelajaran luring menjadi satu-satunya cara belajar paling efektif. Siswa bisa mengerjakan tugas sesuai dengan jadwal pelajaran, mengumpulkan tugas, menulis di buku, dan bertatap muka secara langsung di kelas.
Istilah pembelajaran luring dan daring belakangan ini memang muncul sebagai salah satu bentuk pola pembelajaran di berkembangnya teknologi informasi. Saat ini, baik pembelajaran luring maupun daring dapat berdiri sendiri maupun dilaksanakan secara kombinasi atau blended learning.
Tidak hanya guru dan siswa, dalam pembelajaran luring semua pihak harus turut serta, termasuk orang tua siswa. Orang tua siswa menjadi peran penting membimbing anaknya untuk belajar di rumah meski tanpa menggunakan media jaringan internet. Selain itu, orang tua siswa juga sangat penting untuk mendorong dan meningkatkan kondisi mental anak di rumah.
Baca Juga:
Apa Perbedaan Daring dan Luring
Setelah memahami pengertian tentang pembelajaran luring, kini kita juga harus memahami mengenai perbedaan aktivitas atau pembelajaran luring dan daring. Pada dasarnya, ada beberapa kondisi yang membuat pembelajaran tersebut disebut pembelajaran daring, di antaranya:
- menggunakan media teknologi jaringan internet untuk komunikasi
- menggunakan sistem atau alat untuk bisa melakukan tatap muka
- pembelajaran dapat diikuti dari berbagai lokasi, tidak harus di ruang kelas
- pembelajaran atau aktivitas tidak selalu terbatas waktu
- sifat pembelajaran daring ini siap melayani dan bisa langsung dilaksanakan.
Sementara itu, ciri-ciri dari pembelajaran luring antara lain:
- semua peserta, baik siswa maupun guru harus bertemu di satu lokasi atau satu ruangan yang sama
- semua peserta, baik siswa maupun guru harus hadir secara fisik
- dalam pembelajaran, tidak menggunakan teknologi jaringan dalam komunikasi, baik internet maupun intranet.
Selain itu, terdapat juga perbedaan dari segi media yang digunakan. Pada pembelajaran daring, siswa dan guru biasanya menggunakan jaringan internet dan gawai atau laptop dengan menggunakan media di bawah ini:
- menggunakan aplikasi untuk pembelajaran (Zoom Meeting, Google Meeting, dan lainnya)
- menggunakan LMS (Learning Management System)
Sementara itu, pembelajaran luring yang tidak menggunakan jaringan internet dapat berlangsung menggunakan media:
- televisi
- radio
- modul belajar mandiri
- lembar kerja
- bahan ajar cetak
- alat peraga atau media belajar dari benda yang berada di lingkungan sekitar
Dari beberapa perbedaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran luring dan daring memiliki perbedaan yaitu terkait teknologi yang digunakan dan juga cara pertemuan tersebut berlangsung. Jika pembelajaran tatap muka, maka siswa dan guru harus bertemu tetapi tidak perlu menggunakan Zoom, Google Meeting, dan lain sebagainya.
Sementara sistem pembelajaran ini bisa dilakukan dengan melakukan media, misalnya menyaksikan materi di TV dan radio. Selain itu, pembelajaran ini tetap boleh menggunakan komputer atau laptop dan bisa dilakukan menggunakan aplikasi menulis seperti Microsoft Word, Microsoft Excel, atau lainnya untuk dapat mengerjakan atau menyelesaikan tugas.
Apa Masalah Pada Pembelajaran Luring?
Meski selalu dilakukan di Indonesia dan dinilai berjalan dengan lancar dan juga efektif, pembelajaran luring tentu memiliki kekurangan dan berbagai masalahnya sendiri, terutama di era pandemi Covid-19 seperti saat ini. Sejak munculnya Covid-19 di Indonesia, pemerintah dengan tegas langsung meminta seluruh proses belajar mengajar dilakukan secara daring.
Hal tersebut dilakukan agar siswa dan guru tidak melakukan pembelajaran luring yang memicu atau berisiko terjadinya penularan virus Covid-19 yang semakin meluas. Awalnya, kebiasaan baru dengan melakukan pembelajaran daring ini menuai banyak kontroversi baik dari para pejabat di bidang pendidikan maupun orang tua siswa.
Namun jika pembelajaran ini terus dilakukan, maka tidak bisa dipungkiri akan terjadi berbagai masalah. Berikut ini adalah berbagai masalah yang terjadi jika melaksanakan pembelajaran ini di era pandmi Covid-19.
Berikut masalah yang biasanya terjadi pada pembelajaran luring:
1. KBM Tidak Efektif
KBM Tidak Efektif. Jika pembelajaran ini terus dilakukan saat era pandemi Covid-19, maka dinilai tidak efektif. Hal yang dinilai tidak efektif dan tidak sesuai dengan kurikulum adalah adanya kemungkinan melakukan pemangkasan jumlah jam pelajaran. Misalnya satu mata pelajaran yang seharusnya berlangsung 4 jam dalam seminggu dipangkas menjadi 2 jam saja.
Hal tersebut tentu akan berdampak pada ketercapaian kompetensi baik bagi siswa dan guru. Selain itu, penyerapan ilmu dari siswa juga sangat berkurang, mengingat beberapa materi pasti hanya disampaikan secara garis besar dan tidak mempelajari 100 persen materi dengan baik.
Waktu belajar yang sangat mepet dan terbatas membuat siswa kesulitan menangkap dan menyerap materi pembelajaran dengan baik karena penjelasan materi pada pembelajaran dirasa tidak mendetail karena adanya pemangkasan jam belajar. Hal ini tentu berat bagi siswa yang menerima materi pembelajaran di program MIPA yang membutuhkan waktu dalam belajar.
2. Orang Tua yang Sibuk
Orang Tua yang Sibuk. Karena masa pandemi Covid-19 ini, beberapa sekolah meminta orang tua siswa harus mengantar dan menjemput siswa. Artinya, siswa harus benar-benar keluar untuk datang ke sekolah dan langsung pulang ke rumah saat sudah selesai sekolah. Sayangnya hal ini tentu memberatkan bagi siswa yang orang tuanya sibuk bekerja.
Ketika orang tuanya sibuk bekerja dan sudah mulai melaksanakan pembelajaran luring, tentu siswa merasa kesulitan harus berangkat dan pulang sekolah harus diantar orang tua. Akhirnya, siswa tidak datang ke sekolah dan ketinggalan materi yang disampaikan hanya karena tidak ada yang mengantar ke sekolah.
3. Biaya Transportasi
Biaya Transportasi. Pembelajaran luring tentu saja membuat orang tua siswa harus mengeluarkan dana untuk memberi biaya transportasi bagi anaknya atau transportasi untuk mengantar sekolah. Kendala ini tentu perlu penyesuaian bagi orang tua siswa yang sudah terbiasa untuk belajar daring di rumah.
Baca Juga:
- Perbedaan Buku Teks dengan Buku Pengayaan
- Tiga Hal Penting Model SOP pada Buku Teks
- Tips Mudah Menulis Buku Teks
- Perbedaan Bahan Ajar dan Buku Teks
Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Luring
Meski memiliki masalah dalam pelaksanaannya, tentu pembelajaran luring tetap memiliki kelemahan dan kelebihan yang membuat pembelajaran luring harus terus dibenahi dan juga disesuaikan dengan kurikulum yang saat ini berjalan.
1. Kelemahan Pembelajaran Luring
Berikut beberapa kelemahan pembelajaran luring:
a. Jarak dalam Menempuh Pembelajaran
Jarak dalam menempuh pembelajaran. Aktivitas pembelajaran luring memiliki kelemahan yakni membutuhkan ruang kelas secara fisik. Sehingga siswa dan guru harus bertemu, bertatap muka di tempat dan waktu yang sama, dan harus berinteraksi secara langsung. Artinya, dibutuhkan waktu untuk menempuh jarak demi menimba ilmu, etika, dan psikologis.
b. Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran. Selain jarak, waktu untuk menimba ilmu secara luring juga dibutuhkan keseragaman. Siswa harus berkumpul di tempat yang sama dan sesuai dengan jam yang sudah ditentukan, sehingga diperlukan kedisiplinan yang tinggi agar dapat hadir tepat waktu. Jika terlalu lama santai, tentu hal ini jadi masalah bagi siswa untuk penyesuaian.
c. Kurangnya Kemandirian
Kurangnya kemandirian. Kelas belajar luring atau tradisional masih kurang jika dibandingkan dengan pembelajaran daring. Hal ini karena siswa harus dituntun untuk belajar dan kadang harus dipaksa guru untuk fokus pada pembelajaran. Oleh sebab itu, siswa kurang memiliki kesadaran untuk belajar dan memeroleh ilmu.
d. Berisiko Tertular Covid-19
Berisiko tertular Covid-19. Meski sudah dilakukan pencegahan sedemikian rupa, pembelajaran luring tidak bisa menutup kemungkinan lebih rentan terpapar atau tertular virus corona, sehingga belum maksimal jika dilaksanakan dalam situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini.
e. Keterbatasan Pengetahuan Teknologi
Keterbatasan pengetahuan teknologi. Jika dilaksanakan terus-menerus, maka guru dan siswa merasa dimudahkan dengan adanya kemudahan belajar langsung sehingga tidak bisa atau tidak mampu mengeksplorasi kemampuannya menggunakan teknologi dan informasi seperti laptop, PC, penggunaan aplikasi di internet, dan lain sebagainya.
f. Sarana Prasarana
Sarana prasarana. Ketika sudah harus dilakukan pembelajaran luring dalam era pandemi Covid-19, diperlukan sarana prasarana yang lebih besar atau memadai agar tercipta protokol kesehatan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk tempat cuci tangan, hand sanitizer, masker, face shield, bahkan pengukur suhu harus dikeluarkan.
2. Kelebihan Pembelajaran Luring
Berikut beberapa kelebihan pembelajaran luring:
a. Siswa Terpantau
Siswa terpantau. Meski tradisional, pembelajaran tatap muka atau pembelajaran luring sudah tentu membuat segala aktivitas siswa dan berbagai kompetensinya dapat dipantau dengan jelas oleh guru. Guru akan lebih mudah memantau aktivitas siswa, baik secara akademik maupun nonakademik untuk mendorong perkembangannya.
b. Siswa Lebih Fokus
Siswa lebih fokus. Selain lebih terpantau, pembelajaran ini juga membuat siswa dapat lebih fokus dengan pembelajaran. Secara langsung, siswa dapat belajar dan mengerjakan tugas tanpa adanya gangguan jaringan internet atau alat sehingga dapat belajar dengan lancar. Selain itu, siswa juga dapat lebih fokus belajar dan tak terganggu gangguan yang mungkin memecah fokus belajar.
Bantu mahasiswa makin memahami materi di kelas dengan video dan PPT. Mau dapat MEDIA PEMBELAJARAN (PPT+VIDEO) SIAP PAKAI secara GRATIS?
Ambil Promo Diskon Terbit E-Book hingga 30%! Dapatkan semua fasilitas media pembelajaran, voucher diskon HaKI, cashback, fasilitas e-book premium, dan masih banyak lagi. Yuk, terbitkan e-book sekarang, sitasi meningkat, poin KUM-pun dapat!
c. Standardisasi Jelas
Standardisasi jelas. Tak hanya materi pembelajaran dan juga kurikulum yang bisa disampaikan dengan jelas, pengajar dan juga materinya juga sudah jelas tersertifikasi. Sehingga guru dapat menyampaikan materi dengan kemampuan dan ilmunya sebagai kapasitas pendidik, dan materi yang disampaikan juga sudah sesuai dengan standar.
d. Siswa Diperhatikan
Siswa diperhatikan. Siswa yang tidak memahami materi bisa langsung bertanya tanpa harus terbatas ruang dan waktu. Sehingga pembelajaran luring ini memungkinkan siswa lebih mudah memahami dan menerima materi pembelajaran.
Contoh Pembelajaran Luring
Adapun beberapa di bawah ini merupakan contoh pembelajaran luring yang telah terlaksana baik sebelum pandemi Covid-19 maupun saat pandemi Covid-19.
a. Tayangan Belajar dari Rumah
Tayangan Belajar dari Rumah. Tayangan Belajar dari Rumah atau BDR yang tayang di TVRI sebagai media belajar luring atau pembelajaran luring yang diperuntukkan siswa SD-SMA untuk dapat belajar dengan menyaksikan televisi.
Dalam tayangan tersebut, sudah disusun jadwal siaran materi pembelajaran dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Siswa dapat menyaksikannya sesuai dengan jenjang pendidikan dan mata pelajaran masing-masing.
b. Radio
Radio. Selain tayangan Belajar dari Rumah atau BDR dari TATV, ada pula beberapa komunitas radio yang memperdengarkan kepada pendengarnya mengenai materi pembelajaran siswa sesuai mata pelajaran dan juga jenjang pendidikannya masing-masing.
c. Modul Belajar
Modul Belajar. Contoh pembelajaran luring yang ketiga yakni menggunakan modul belajar. Ini biasanya sudah dilakukan sejak zaman dahulu yakni siswa atau guru dapat mendapat materi melalui bahan ajar secara cetak.
d. Tatap Muka
Tatap Muka. Contoh yang terakhir yaitu pembelajaran tatap muka atau PTM yang sudah mulai diterapkan belakangan ini. Sistem PTM ini dilakukan dengan cara tradisional yakni bertemu dengan guru dan siswa lainnya dalam satu kelas dan di waktu yang sama.
Namun karena pandemi Covid-19 ada beberapa aturan yang mengatur mengenai protokol kesehatan yang harus dilakukan selama melangsungkan PTM di masa pandemi Covid-19.
Artikel Terkait: